Senin, 08 Juli 2013 10:10 WIB Dua komoditas untuk Krueng - TopicsExpress



          

Senin, 08 Juli 2013 10:10 WIB Dua komoditas untuk Krueng Geukueh IRMAN I.P. | ZULFIKAR HUSEIN | Foto : Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara.@ATJEHPOSTcom/Irman IP PRIA itu merasa kagum. Kepalanya mangguk-mangguk. “Luas sekali ya,” ujarnya. Ia terus menyeret kaki menelusuri dermaga Pelabuhan Umum Krueng Geukueh. Matanya menyapu setiap jengkal lokasi itu. Djoko Turu Wibowo namanya. Sore itu, Selasa pekan lalu, Asisten Deputi Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini mendapat tugas meninjau Krueng Geukueh. Kunjungan menindaklanjuti hasil rapat koordinasi tim teknis di Jakarta, 11 Juni lalu. Dalam rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian dibahas usulan Gubernur Aceh Zaini Abdullah supaya Pelabuhan Krueng Geukueh dan Pelabuhan Langsa dijadikan pintu masuk produk tertentu. Djoko mengecek fasilitas Krueng Geukueh sambil berdialog dengan General Manager PT Pelabuhan Indonesia I Cabang Lhokseumawe, Saiful Anwar. “Ini lebih besar dari (Pelabuhan) Kendari, ya,” Djoko mencoba mencari perbandingan. “Hampir sama mungkin, Pak,” jawab Saiful. “Ini sekelas (Pelabuhan) Tarakan, Pak.” “O ya, kelas Tarakan, ya,” Djoko sepakat dengan Saiful. Ia juga menanyakan panjang dan lebar dermaga. “Panjang dermaga 267,5 meter, lebar 25 meter. Kedalaman 10,5 meter LWS (Low Water Spring)”. Djoko menimpali, “(Kedalamannya) hampir sama dengan Pelabuhan Tanjung Priok, ya”. Saiful Anwar juga menunjukkan gudang-gudang besar dan fasilitas lain di kompleks pelabuhan. Ia menjelaskan, pelabuhan hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar. Penjelasan Saiful Anwar diperkuat Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Lhokseumawe Agus Sutiono, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Aceh Safwan, serta Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib atau Cek Mad yang mendampingi Djoko Wibowo. Setelah menapaki sebagian lantai dermaga, Djoko lantas mencoba mengorek aspirasi otoritas pelabuhan itu. “Keluhannya selama ini apa kira-kira?” ujarnya. “Tidak ada, Pak. Kami hanya berharap ini (penetapan izin impor) dipercepat,” kata Saiful Anwar. “Iya, Pak. Semua di sini sudah sangat lama menunggu agar pelabuhan ini bisa impor,” timpal Agus Sutiono. “Bukan itu, maksud saya apa ada hal lainnya yang kurang, yang perlu ditambah, dibutuhkan pelabuhan ini. Kalau soal impor sudah jelas akan kita laporkan ke pimpinan,” ujar Djoko Wibowo. Saiful dan Agus mempertegas bahwa hanya izin impor yang menjadi kebutuhan mendesak untuk Krueng Geukueh sebab fasilitas sudah mendukung. Dialog Djoko Wibowo, Saiful Anwar, dan Agus Sutiono jeda sejenak. Tiba-tiba seorang laki-laki berbadan lebar nimbrung. Sambil menyalami Djoko, pria itu memperkenalkan diri. “Nama saya Faisal, salah seorang putra daerah yang kebetulan selama ini menjadi eksportir pinang,” ujarnya. Kata Faisal, pelaku ekspor di Aceh ada lima orang. Eksportir pinang terbesar di Sumatera saat ini, kata dia, Haji Muslem dari Idi, Aceh Timur. “Saya kadang-kadang sampai 10 kontainer, Haji Muslem sampai 20 kontainer per minggu, kami harus angkut melalui Belawan,” ujar Faisal. Padahal, kata Faisal, Pelabuhan Belawan di Medan sudah sangat penuh. “Kadang-kadang kapal terlambat. Jadi harapan kami, kalau izin impor ini dipercepat, kami juga ingin bantu memajukan pelabuhan ini,” ujarnya. Djoko menanggapi, “Tentu, Pak, tentu. Insya Allah”. Faisal melanjutkan, para pengusaha di Aceh dari dulu sudah menunggu Krueng Geukueh memperoleh izin impor sehingga kegiatan ekspor akan berjalan maksimal. Ia lantas mencontohkan, Portland Malaysia saat pertama kali beroperasi tidak satu pun kapal mau masuk. “Setelah 15 tahun, sekarang Portland termasuk pelabuhan tersibuk di dunia, 10 besar,” ujar Faisal. Pelabuhan Krueng Geukueh menurutnya sangat strategis. Kalau kegiatan impor sudah berdenyut, banyak kapal akan berlabuh. “Kita sebetulnya sudah beberapa tahun menunggu ini.” Djoko mengatakan itu memang tugasnya untuk melaporkan ke Jakarta. Itu sebabnya, kata dia, tim teknis dari Jakarta datang ke pelabuhan. “Pak Wakil Gubernur Aceh kirim undangan, kami langsung turun kemari,” ujarnya. Matahari telah terbenam. Saiful Anwar dan Agus Sutiono kemudian mengantar Djoko sampai ke pintu pelabuhan. Djoko bersama rombongan lalu diajak Bupati Cek Mad ke Pendopo Bupati. *** DJOKO Wibowo datang ke Pelabuhan Krueng Geukueh bersama pejabat dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Balai Pengawasan Obat dan Makanan, serta Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Safwan. Rombongan Djoko Wibowo disambut Bupati Cek Mad, Wakil Bupati Muhammad Jamil, Ketua DPRK Jamaluddin Jalil, dan sejumlah pejabat lainnya di kantor Pelindo I Cabang Lhokseumawe. Dalam pertemuan singkat di kantor Pelindo, sebelum meninjau ke lapangan, Djoko Wibowo menyayangkan fasilitas pelabuhan sudah ada, tapi tidak dimanfaatkan. “Kalau peraturan itu (Peraturan Menteri Perdagangan tentang larangan impor produk tertentu) sudah tidak layak lagi, kita usulkan diperbaiki, ini untuk kepentingan masyarakat.” Pernyataan itu membuat Bupati Cek Mad bersemangat. Ia berharap Pemerintah Pusat melalui kementerian terkait segera menetapkan Krueng Geukueh sebagai pintu masuk barang impor. “Mau dua atau tiga (produk tertentu), yang penting jalan dulu. Pak Gubernur, Wagub, Disperindag Aceh, dan kita di Aceh Utara akan mengejar ini sampai keluar izin resmi tahun ini, kita kejar ke Jakarta,” ujar Cek Mad. Ia mengimbau jajaran pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha bersiap-siap menggerakkan kegiatan ekspor lewat Pelabuhan Umum Krueng Geukueh. “Agar semua ini berjalan, mari kita jaga situasi Aceh Utara yang kondusif. Saya sangat mengharapkan tidak ada lagi ‘kerikil tajam’ di Aceh. Yang ada hanya kerikil senam pagi untuk mengobati asam urat,” ujar Cek Mad. Kepala Dinas Perindustrian Aceh Safwan mengaminkan. “Dengan doa kita semua, mudah-mudahan ini bisa tercapai dalam waktu dekat,” ujarnya. Selama ini, kata Safwan, sudah ada kegiatan ekspor di Pelabuhan Krueng Geukueh, tapi tidak maksimal lantaran terganjal larangan impor. Ketua Kamar Dagang dan Industri Aceh Utara T. Moni Alwi berharap Menteri Perdagangan segera “ketuk palu” Pelabuhan Umum Krueng Geukueh menjadi pintu masuk impor produk tertentu setelah menerima laporan hasil kunjungan tim teknis itu. “Kita ingin ini kunjungan yang terakhir untuk menjawab semua persoalan tentang keruntuhan ekonomi di Aceh. Pelabuhan ini akan menjadi jawaban salah satu geliat ekonomi Aceh ke depan. Kalau ekspor impor berjalan, efek ekonominya sangat besar untuk masyarakat dan daerah, pasti lebih hidup,” ujar Moni Alwi. Ketua Komisi B (Bidang Perekonomian) Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara Khaidir Abdurrahman memastikan, dewan dan bupati akan mengawal proses ini supaya izin impor produk tertentu ditetapkan dalam waktu dekat. “Bupati juga sudah menyatakan akan duduk dengan kepala daerah di dataran tinggi Gayo, membahas kesiapan komoditas untuk ekspor, termasuk kopi. Jadi kalau pelabuhan ini hidup, efek positif geliat ekonomi juga dirasakan kabupaten lain,” kata politisi Partai Aceh ini. Hamdani, Ketua Serikat Pemuda Desa Blang Naleung Mameh, desa lingkungan Pelabuhan Umum Krueng Geukueh, sangat mendukung pelabuhan ini menjadi pintu masuk barang impor. Pelabuhan ini, kata dia, berpotensi besar menjadi pelabuhan seperti Belawan. “Masuknya kapal-kapal besar untuk ekspor impor akan banyak menyerap tenaga kerja seperti buruh bongkar, pedagang, sampai tukang ojek. Setidaknya jumlah pengangguran bisa berkurang,” ujarnya.[] ___________________________________________________________ Krueng Geukueh @ Letak Secara administratif berada di Desa Krueng Geukueh dan Tambon Baroh Kecamatan Dewantara. Sekitar 20 kilometer dari Lhokseumawe. Lokasi pelabuhan berada di antara jalur transportasi lintas timur dan menghadap ke Selat Malaka. @ Status Pelabuhan umum yang diusahakan, terbuka untuk perdagangan luar negeri, status wajib pandu, pelabuhan kelas III di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia I. @ Hinterland Meliputi wilayah Aceh Utara. Berbagai komoditas utama yang dominan diangkut melalui pelabuhan ini sejak 1994 sampai saat ini berasal dari sektor-sektor berikut: LNG, Condensate, Pupuk, Amonia, Kertas, dan Betel Nuts. Sektor migas sebagai sektor terbesar yang diekspor oleh PT Arun. @ Fasilitas - Luas kolam pelabuhan sekitar 900.000 m2, kedalaman 10 LWS (Low Water Spring) - Dermaga (Panjang 267,5 meter, lebar 25 meter, kedalaman 10,5 meter LWS) - Jenis Dermaga (Umum, Curah Cair, Dolphin, Roro, Kargo, dan Curah Kering) - Kapal (Pandu, Tunda, dan Kepil) - Mobile Crane 45 Ton - Forklift (3 Ton, 5 Ton, dan 7,5 Ton) - Reachstacker - Gudang - Lapangan penumpukan sumber: lhokseumawe.inaport1.co.id 0 0 Baca Juga: Asisten Deputi Kementerian Perekonomian: Krueng Geukueh bukan hanya pintu masuk Bupati Aceh Tengah minta DPRA percepat operasi pelabuhan Krueng Geukueh Keinginan jadikan Krueng Geukueh pelabuhan ekspor impor tersandung regulasi Aktivitas ekspor di Krueng Geukueh dinilai dapat menambah pendapatan warga Redaksi: theatjehpost[at]gmail Informasi pemasangan iklan : Hubungi Rinza Sandy di : Telepon 0651 805 4119 / 0811 680 1983 - See more at: m.atjehpost/welcome/read/2013/07/08/58426/0/2/Dua-komoditas-untuk-Krueng-Geukueh#sthash.5baPkBEJ.dpuf
Posted on: Tue, 09 Jul 2013 20:28:52 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015