Sentimen Negatif Lebih Dominan, Rupiah Diperkirakan Konsolidasi - TopicsExpress



          

Sentimen Negatif Lebih Dominan, Rupiah Diperkirakan Konsolidasi Cenderung Melemah Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (25/9) diprediksi konsolidasi melemah. Terdapat banyak faktor yang jadi tekanan negatif. Potensi pelemahan lanjut rupiah Rabu ini, salah satunya dipicu oleh lajunya sendiri yang sudah keluar dari kisaran trading-nya Rp 11.500 per dolar AS. Hanya saja, kemarin tampak intervensi dari Bank Sentral sehingga rupiah menguat dari level terlemahnya Rp 11.580. Karena itu, pada Rabu ini pun pelemahan rupiah akan mulai terbatas seiring potensi intervensi kembali dari bank sentral. Diperkirakan rupiah akan konsolidasi dengan kecenderungan tetap melemah dalam kisaran Rp 11.350 hingga Rp 11.650 per dolar AS. Selain itu, rupiah juga mendapat tekanan negatif dari pudarnya euforia penundaan stimulus The Fed. Terutama, setelah adanya komentar dari Presiden Fed of St Louis, James Bullard yang mengindikasikan penundaan tapering The Fed hanya sementara. Terlebih, hari ini akan dirilis data core durable goods order (pesanan barang tahan lama) dan sektor perumahan AS yang angkanya sudah diprediksi positif. Kondisi ini juga semakin memperkuat isu tapering (pengurangan) stimulus The Fed. Pesanan barang tahan lama diprediksi naik ke 1,1% dari publikasi sebelumnya -0,8%. Begitu juga dengan data penjualan rumah baru AS yang diprediksi meningkat menjadi 422 ribu unit dibandingkan sebelumnya 394 ribu unit. Pesanan barang tahan lama mengindikasikan membaiknya aktivitas manufaktur. Kemudian besok akan dirilis data final untuk Produk Domestik Bruto AS kuartal II-2013. Angkannya sudah diprediksi lebih baik menjadi 2,7% dari publikasi sebelumnya 2,5%. Ini juga memperkuat spekulasi opsi tapering The Fed Oktober atau Desember 2013. Hanya saja, PDB AS ini merupakan data kuartal II. Sebenarnya, dibutuhkan beberapa kuartal lagi jika melihat pernyataan bank sentral sendiri. Jika PDB tersebut melampaui estimasi, semakin memicu spekulasi ke arah itu. Secara makro, kalaupaun dapat kejutan dari pertumbuhan ekonomi AS dari kuartal II dan III, tingkat pertumbuhan tahunan AS mungkin masih tetap di bawah 2%. Selain itu, untuk data sektor perumahan, terdapat kecemasan bahwa kenaikan suku bunga hipotek akhir-akhir ini seiring kenaikan yield obligasi AS menghambat laju sektor perumahan. Jika ternyata data sektor perumahan AS dirilis lebih positif, bisa menjadi kejutan positif bagi dolar AS dan justru bisa memicu reduksi stimulus kembali. Pasar juga mengkhawatirkan tenggat waktu kenaikan batas atas utang AS (debt ceiling). Sebab, kecemasan pasar meningkat pada masalah pemenuhan defisit pemerintah AS jika plafon utang tidak dinaikkan sebelum deadline akhir bulan ini. Akibatnya, para investor akan berburu dolar AS secara keseluruhan sebagai save haven. Sebab, jika tidak mencapai kata sepakat, anggaran pemerintah AS bisa deadlock. Secara terpisah, laju nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahannya. Koreksi ini seiring dengan sentimen negatif pernyataan beberapa petinggi The Fed bahwa pemberlakukan pengurangan stimulus dipastikan pada Oktober. Lalu, adanya sikap kekecewaan dari beberapa petinggi The Fed atas keputusan Bernanke akhir pekan lalu. Laju Rupiah juga terimbas pelemahan euro terhadap dolar AS seiring sikap wait and see pelaku pasar mengantisipasi pembahasan fiskal APBN AS. Dari dalam negeri, rupiah mendapat tekanan dari sentimen spekulasi banyaknya perusahaan lokal yang membeli dolar AS jelang akhir bulan dan perkiraan masih akan defisitnya current account. Semua itu membuat rupiah kian terpuruk sehingga melewati target support Rp 11.525. Diperkirakan Rabu ini rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 11.423-11.560 berdasarkan kurs tengah BI.
Posted on: Wed, 25 Sep 2013 07:16:05 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015