Sepulang dari kantor kemarin, aku melihat Indri berdiri tegak - TopicsExpress



          

Sepulang dari kantor kemarin, aku melihat Indri berdiri tegak dengan sikap sempurna. Lalu, ia berjalan tegap dengan tangan kirinya menggamit sebuah map. Tiba di depanku, ia berhenti. Lalu ia memberi hormat. Kujawab juga dengan hormat juga. Pikirku, Indri sedang didapuk jadi petugas upacara oleh sekolahnya dan sekarang ia sedang berlatih. "Lapor!" serunya. "Penyerahan raport, siap!" "Ya," jawabku sekenanya. Aku memang sudah lama tidak menjadi pembina upacara. Aku baru ingat mestinya kujawab "laksanakan!" Indri kemudian menyerahkan map yang ternyata adalah raport. Kuterima, lalu kubuka lembar untuk nilai semester ke-2 kelas II. Kulihat nilai demi nilai. Semuanya di atas KKM. Berarti ia telah tuntas belajar pada setiap mata pelajaran. Lalu kulihat di bawah: sebuah judge bahwa ia naik kelas III. "Selamat!" seruku sambil manggut-manggut. Raport segera kuserahkan karena waktu itu kulihat Indri menggaruk-garuk kaki kanannya dengan kaki kirinya. Rupanya ada nyamuk yang hinggap di kaki kirinya. Kalau tak segera kuakhiri adegan formal ini, wah, berabe. "Raport kembali saya terima!" serunya. "Kembali ke tempat!" perintahku. "Siap, Komandan!" jawabnya. "He, aku bukan komandan tapi ayahmu!" "Oh, ya. Siap, Ayah." Lalu ia kembali memberi hormat, kubalas, baru ia kembali menuju tempat semula, tetap dengan langkah tegap. Aku bernapas lega karena telah lepas dari acara seremonial yang cukup melelahkan itu. Aku bertanya pada ibunya, mengapa putri bungsuku itu terlihat bahagia siang ini. Usut punya usut, ia gembira karena semester ini ia rangking 8, naik dua point dari semester kemarin yang cuma rangking 10. Aku biasa-biasa saja menanggapi soal rangking itu, karena dalam rangking, anak dibandingkan dengan anak lainnya dalam kelas. Dalam konsepku, perbandingan prestasi anak adalah terhadap prestasi maksimal yang bisa dicapai anak itu. Itu dilihat dari usahanya selama ini. Aku tahu, jika Indri belum mencapai prestasi maksimal dari kemampuannya. Jika diberi skor 0 -10, ia masih berada pada skor 7. Selama ini, kalau diajak belajar, ia masih sering "mbulet", dan baru bersemangat jika kumotivasi dengan kuiz berhadiah. Namun, tentu aku tidak boleh membunuhnya dengan kata-kata negatif. "Selamat, ya! Tahun depan, belajarnya makin rajin!" kataku sambil menyalaminya. Dalam suasana santai. Tidak kaku seperti tadi. "Ya, Yah," jawabnya.
Posted on: Sat, 22 Jun 2013 22:56:31 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015