Seri Pipe Line Leadership "Managing Manager" Dua tahun di - TopicsExpress



          

Seri Pipe Line Leadership "Managing Manager" Dua tahun di tempatkan di kantor cabang terasa waktu yang sebentar untuk mengambil pelajaran dari pengalaman. Memang benar pepatah kuno bernasehat, "pengalaman adalah guru terbaik". Di saat menunggu delay pesawat seperti ini, memang manis rasanya mengingat-ingat pengalaman dan mengambil pelajaran. Entah kenapa tiba-tiba teringat pengalaman di setiap akhir tahun saat melakukan man power planing (MPP). Dua tahun berturut-turut, moment man power planing menempatkan saya harus berdiskusi alot dengan superintendent department lain. Ujung pangkal perdebatan kami sebenarnya berasal dari usaha mencapai Key Performance Indicator (KPI) terbaik bagi masing-masing department. Sialnya KPI itu hanya dipikir terbatas pada pencapaian department bukan pencapaian perusahaan, apalagi antar satu KPI dengan KPI lain kesan nya saling berbenturan. HR sebagai pengelola man power mendapatkan KPI untuk mengontrol compensation and benefit cost, sedangkan department core mendapatkan KPI pencapaian produksi. Saat dipikir dengan mind site sederhana maka HR harus menekan sedikit mungkin man power supaya compensation and benefit cost nya rendah. Sebaliknya, rekan-rekan dari produksi dengan mind site sederhana yang sama akan berusaha mendapatkan man power sebanyak-banyak nya supaya pencapaian produksi bisa aman. Issue seperti ini yang membuat man power planing menjadi menarik. Tentunya tiap department ingin terlihat bagus di mata atasan, sehingga HR ingin mengontrol pertumbuhan man power dan department lain ingin mendapatkan lebih banyak man power. Tidak salah akhirnya jika HR harus bertransformasi dari administration expert menjadi strategic expert dengan membantu department merencanakan pertumbuhan man power sesuai kebutuhan. Di sisi lain, HR juga harus mengedukasi leadership para superintendent. Pipe line leadership sebagai salah satu gaya kaderisasi leadership yang saya sukai, merekomendasikan bahwa seorang superintendent yang perannya sebagai manager for first manager (supervisor) memang seharus nya sudah memiliki kompetensi men utilize man power. Mereka harus bisa melakukan perhitungan yang tepat dan akurat. Ada banyak cara untuk menghitung kebutuhan man power. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan system budget dan work force analyst. Kedua cara ini ibarat teka-teki, mana yang lebih dulu ayam atau telur. Perhitungan man power dengan system budget, layak nya telur. Perusahaan sudah menentukan cost budget pertumbuhan man power di tahun tertentu dengan melihat strategi pertumbuhan perusahaan. Contoh di tahun 2014, perusahaan merencanakan kenaikan pendapatan 4%. Salah satu strategi menaikan pendapatan itu dengan membatasi pertumbuhan man power, maka perusahaan menetapkan cost compensation and benefit yang boleh keluar di tahun 2014 hanya 15% dari total pendapatan di tahun sebelumnya. Budget pertumbuhan man power tersebut dikembalikan kepada masing-masing function untuk menentukan pertumbuhan man power yang cost nya tidak boleh lebih tinggi dari yang sudah ditentukan. Berbeda dengan perencanaan man power versi system budget. Perencanaan man power dengan system work force analyst ibarat teka-teki ayam dan telur, adalah seekor ayam. Ayam dibebaskan untuk menentukan berapa kali kawin, yang penting telur nya keluar banyak. Arti nya, dengan perencanaan man power dengan work force analyst, tiap department dibebaskan menghitung kebutuhan man power dengan menganalisa setiap pekerjaan membutuhkan waktu berapa lama untuk mengerjakan. Dengan membandingkan durasi penyelesaian pekerjaan vs efektifitas waktu orang bekerja maka akan didapat kebutuhan man power untuk pekerjaan tertentu. Kembali keperusahaan Anda, lebih memilih cara yang mana untuk merencanakan man power. Di luar kedua hal kedua tool tadi, lagi-lagi langkah awal nya adalah membangun kesadaran atau mengedukasi para leader untuk merencanakan man power dengan benar, bukan lagi berfikir kuantitas man power untuk mencapai hasil yang besar, namun seberapa seberapa efektif bisa menutilisasi atau memaksimalkan man power. Banzai selalu N. Kuswandi
Posted on: Wed, 03 Jul 2013 22:15:45 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015