Setelah berjalan dengan susah payah ke setiap rumah sakit dan - TopicsExpress



          

Setelah berjalan dengan susah payah ke setiap rumah sakit dan kamar mayat di ibukota Bangladesh, Mohammed Jashim mengaku lelah dalam upaya untuk mencari adik tercintanya yang menjadi korban reruntuhan pabrik garmen beberapa waktu yang lalu. "Selama tujuh hari terakhir saya harus berjalan ratusan kilometer. Tapi, semua usaha ini tampaknya sia-sia karena saya sudah tidak mampu menemukan mayatnya," kata penarik becak berusia 25 tahun. "Ketika Anda tidak punya uang, yang dapat Anda lakukan adalah berjalan. Tapi, saya tidak tahan lagi," akunya. Adik Jashim yang bernama Jakiya Begum adalah salah satu dari sekitar 3.000 pekerja garmen di kompleks pabrik Rana Plaza di pinggiran kota Dhaka yang tiba-tiba ambruk pada 24 April lalu. Lebih dari 2.400 pekerja telah berhasil diselamatkan dari tempat kejadian dan sekitar 441 mayat telah ditemukan. Puluhan lainnya tetap terkubur di reruntuhan. Kini dengan bantuan buldoser, upaya penemuan mayat dilakukan. Karena dibesarkan oleh Jakiya setelah kematian ibunya, Jashim merasa ikatan khusus terhadap adiknya dan tanggung jawab untuk mencari tahu persis apa yang terjadi padanya pada tragedi 24 April lalu. "Saya tiba di Savar Kamis lalu. Sejak itu, rasanya seolah-olah aku hanya bisa menangis dan berjalan. Saya berjalan dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain," akunya. Adiknya bekerja sebagai penjahit di Rana Plaza dengan gaji 40 dolar per bulan. Upah ini menambah pendapatan Kalam dari pekerjaannya sebagai penarik becak. "Saya telah mengunjungi 15 rumah sakit 3-4 kali, tapi dia tidak di antara yang terluka," katanya. Ketika mendengar tentang kuburan massal dari 32 mayat tak dikenal, Jashim dan keponakannya Mohammed Helal bergegas ke kamar mayat. Tapi upaya itu juga sia-sia. "Bau mayat itu begitu mengerikan. Anda akan mau muntah. Beberapa orang dalam keadaan membusuk," katanya. "Meski begitu, Helal dan saya memeriksa semua mayat. Kami melihat dengan hati-hati pada tubuh yang seperti adikku. Mayat itu mengalami cedera luka bakar di perutnya dan luka besar di dahinya. Tapi ia bukan adikku," akunya. Sejauh ini, puluhan mayat belum teridentifikasi dan otoritas Bangladesh telah mengubur 32 mayat tanpa identitas di kuburan tak bertanda melalui sebuah upacara massa pada Rabu lalu. Meski telah menerima kenyataan bahwa adiknya kemungkinan besar sudah meninggal karena tragedi di pinggiran kota Savar, Jashim tetap ingin pemakaman yang layak bagi adiknya. "Aku ingin dia beristirahat dalam damai di samping ibu kami," akunya pilu.
Posted on: Mon, 09 Sep 2013 16:53:43 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015