Sikap Muslim dalam Menghadapi Musibah Berbagai bencana yang - TopicsExpress



          

Sikap Muslim dalam Menghadapi Musibah Berbagai bencana yang terjadi, baik di masa silam maupun sekarang, menjadi salah satu tanda terbesar atas keagungan Allah l. Dalam waktu yang singkat, bencana yang menimpa, seperti gempa, tsunami, banjir, badai (angin topan), gunung meletus, dan yang lain, telah menghancurkan berbagai tempat di belahan muka bumi ini. Sekian ratus ribu jiwa melayang, baik manusia maupun hewan yang berada di daratan dan lautan. Hanya beberapa detik saja bencana tersebut terjadi, sekian ribu mil daerah yang berada dari pusat bencana terkena imbasnya. Ini baru beberapa detik, bagaimana halnya jika lebih lama waktunya? Bencana ini terjadi di sebagian tempat, bagaimana jika terjadi di berbagai tempat bencana yang serupa?! Ini baru bencana bumi yang terjadi di dunia sekarang, bagaimana halnya dengan bencana yang akan terjadi pada hari kiamat yang akan datang?! Allah l berfirman: “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.” (Ibrahim: 48) “Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (at-Takwir: 1—3) “Apabila langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap.” (al-Infithar: 1—3) “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.” (az-Zalzalah: 1—2) Jika berbagai bencana dan musibah terjadi, tidak bisa dimungkiri, sebuah kepastian di hari kemudian—hari yang semua manusia tidak akan bisa menghindar dari ketetapan yang telah ditentukan—akan terjadi berbagai peristiwa yang tak terbayangkan. Semoga semua yang berlalu menjadi pelajaran, bukan hanya catatan atau dongeng. Hendaknya semua yang telah berlalu itu mewariskan sikap dalam diri seorang muslim yang beriman untuk kelangsungan hidup dirinya dan semua insan; sesuatu yang bermanfaat untuk pribadi, agama, dan umat secara keseluruhan. Beberapa sikap yang hendaknya dimiliki oleh seorang muslim dalam menghadapi musibah adalah sebagai berikut. 1. Menganggapnya sebagai pelajaran, peringatan, bukan sekadar fenomena alam biasa Berbagai bencana, perubahan alam, dan azab yang terjadi zaman sekarang, seperti gempa, badai, banjir, kekeringan, kemarau, paceklik, kelaparan, dan kejadian (bencana) yang baru, hari demi hari semakin bertambah. Sudah sepantasnya setiap muslim mengambil pelajaran darinya. Nasihat dan peringatan dari Al-Qur’an akan lebih mudah menggerakkan hati yang hidup dan membekas padanya. Pemiliknya akan menetapkan segala kenikmatan yang telah dikaruniakan oleh Allah l dan mengakui kekurangan dalam memenuhi hak-Nya. Allah l berfirman: “Dan tiadalah mendapat pelajaran selain orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (al-Mu’min: 13) “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya.” (Qaf: 37) Adapun seseorang yang mati hatinya karena tertutupi oleh syubhat, berkarat karena syahwat, ia tidak akan tergerak dan terpengaruh oleh nasihat atau peringatan. Tidak pula ia merasa takut terhadap suatu ancaman, hingga azab tiba-tiba menimpanya dalam keadaan tidak sadar. Bahkan, karena seringnya terjadi bencana dan susul-menyusul, hati manusia banyak yang mati meskipun jasadnya hidup. Ketahuilah, berbagai bencana yang terjadi, petaka dan azab yang menimpa, ditampakkan oleh Allah l untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Allah l berfirman: “(Dan) tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (al-Isra’: 59) Bencana banjir, banyak orang berkomentar, “Sekarang memang lagi musimnya (hujan)!” Bencana gempa, orang mengatakan, “Ini proses alam semata.” Akhirnya, banyak bencana yang melanda, namun sedikit manusia yang mau memerhatikan dan mengambil pelajaran. Andaikata mereka mau memerhatikan dengan saksama kerugian yang diakibatkan sebuah bencana, terhadap keluarga, rumah, dan harta, niscaya mereka akan mengetahui kadar musibah yang telah menimpa. Apabila di antara kita ada yang tertimpa musibah dengan meninggalnya salah seorang dari keluarganya atau orang yang disayangi, ia akan sangat sedih. Hatinya akan selalu teringat, sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah l. Andai sempat terlupa, tentu teringat kembali pada waktu yang lain. Bahkan, bisa jadi sampai terbawa dalam mimpi. Mungkin tidurnya sering bermimpi melihat atau berjumpa dengannya. Ini baru kehilangan satu nyawa, bagaimana kalau semua keluarganya binasa karena suatu bencana yang menimpa, tinggal ia hidup sebatang kara, tanpa famili dan saudara? Kalau saja seorang di antara kita ditimpa kerugian separuh hartanya, ia akan merasakan kesusahan untuk mencukupi kehidupannya. Dadanya pun terasa sesak dan sempit. Kelezatan dan kenyamanan tidur, makan, dan minum, tidak ia dapatkan. Bagaimana dengan orang yang kehilangan seluruh rumah dan hartanya? Di tengah hamparan yang luas, sendiri ia berada, dalam keadaan linglung, miskin, dan tidak punya apa-apa. Padahal sebelumnya ia seorang yang punya harta, rumah, dan keluarga?! Sebab itu, apabila seseorang tidak mengambil pelajaran dengan apa yang dia lihat, dia dengar, dari bencana yang terjadi, kapan dia akan mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai peringatan?
Posted on: Thu, 04 Jul 2013 06:15:43 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015