TUMBUH KEMBANG ANAK I. Pengertian 1.1. Pertumbuhan (growth) - TopicsExpress



          

TUMBUH KEMBANG ANAK I. Pengertian 1.1. Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh. 1.2. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual (Supartini, 2000). 1.3. Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak. II. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor di antaranya : 2.1. Herediter/ Genetik 2.2. Lingkungan/ Eksternal Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu : 2.2.1. Lingkungan Pranatal Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio. 2.2.2. Lingkungan Postnatal Lingkungan postnatal dapat dibagi, menjadi : 1. Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme. 2. Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi. 3. Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua. 4. Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua. 2.3. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah. 2.4. Nutrisi Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. 2.5. Kesehatan Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan. III. Ciri Proses Tumbuh Kembang Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu : 3.1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan. 3.2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda. 3.3. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. 3.4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ. IV. Tingkatan Tumbuh Kembang Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu : 4.1. Tumbuh kembang fisis Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas. 4.2. Tumbuh kembang intelektual Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung, atau membaca. 4.3. Tumbuh kembang emosional Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi umtuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta kasih. V. Prinsip Tumbuh Kembang Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005) yaitu : 5.1. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti arah rangkaian tertentu 5.2. Perkembangan adalah suatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai berikut Cephalocaudal yaitu pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh, Proximodistal yaitu perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal), Differentiation yaitu perkembangan berlangsung terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks. 5.3. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisiten dan kronologis. VI. Tahap- tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai berikut : 6.1. Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari) Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya. Sedangkan perawat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang masih belum diketahui oleh orang tuanya. 6.2. Bayi (1 bulan sampai 1 tahun) Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik. 6.3. Toddler (usia 1-3 tahun) Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan, perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal. 6.4. Pra Sekolah (3-6 tahun) Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi. 6.5. Usia Sekolah (6-12 tahun) Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini membantu memberikan waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut. 6.6. Remaja ( 12-18/20 tahun) Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian koping pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik. 6.7. Dewasa Muda (20-40 tahun) Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting untuk kesehatan. 6.8. Dewasa Menengah (40-65 tahun) Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan. 6.9. Dewasa Tua Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta). VII. Perkembangan Psiko Seksual Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut : 7.1. Tahap Oral- Sensori (lahir sampai usia 12 bulan) Dalam tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya mulai melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai bergantung pada orang lain (dependen), prosedur dalam pemberian makan sebaiknya memberkan kenyamanan dan keamanan bagi anak. 7.2. Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler) Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus sebagai sumber kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam dan temperamen. 7.3. Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah) Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya, selain itu masturbasi dimulai dan keinggintahuan tentang seksual. Hambatan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kesulitan dalam identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut. 7.4. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah) Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini. 7.5. Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa) Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan, produksi horman seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual, energi ditunjukan untuk mencapai hubungan seksual yang teratur, pada awal fase ini sering muncuul emosi yang belum matang, kemudian berkembang kemampuan untuk menerima dan memberi cinta. VIII. Perkembangan Biologis Teori biologisme, biasa disebut teori nativisme menekankan pentingnya peranan bakat. Pendirian biologisme ini dimulai lebniz (1646-1716) yang mengemukakan teori kontunuitas yang dilanjutkan dengan evoluisionisme. Selanjutnya Haeckel (1834-1919) seorang ahli biologi Jerman mengemukakan teori biogenese, yang menyatakan bahwa perkembangan ontogenese (individu) merupakan rekapitulasi dari filogesenasi. Para penganut bilogisme menekankan pada faktor biologis, menekankan fase-fase perkembangan yang harus dilalui. Sedangkan penganut sosiologisme atau empirisme menekankan peranan lingkungan pada perkembangan pribadi. Wolf menentang teori biogenese dan mengemukakan teori epigenese, yang menyatakan bahwa perkembangan organisme itu tidak ditentukan oleh performansinya, melainkan ada sesuatu yang baru. William Stern mengemukakan teori konvergensi yang berusaha mensitesakan kedua teori tersebut. Sebagai makhluk kodrati yang kompleks, manusia memiliki inteligensi dan kehendak bebas. Dalam hal perkembangan, pada awalnya manusia berkembang alami sesuai dengan hukum alam. Kemudian perkembangan alami manusia ini menjadi jauh melampui perkembangan makhluk lain melalui intervensi inteligensi dan kebebasannya. IX. Perkembangan Psiko Seksual Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori tentang perkembangan psikososial diantaranya : 9.1. Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan) Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain, tetapi selain itu ada segi negatifnya yaitu tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk. 9.2. Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) – todler (1-3 tahun) Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah. Anak mulai mengembangkan kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki kepribadian yang ragu-ragu. 9.3. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun) Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri, pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang lain. 9.4. Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun) Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya. 9.5. Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12 - 18 tahun) Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran,sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan. 9.6. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (18-25sampai 45tahun) Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu mengenai akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendiri. 9.7. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun) Absorpsi diri orang dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan kepada dunia dimasa yang akan datang. 9.8. Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas) Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan. Selain teori tersebut menurut, diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua.Konflik peran yang yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada amasa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri. X. Perkembangan Moral Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral. W.G. Summer (1907), salah seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi sanksi tersendiri buat pelanggar pelanggarnya.Bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget (Hurlock, 1980) disebut moralitas dengan paksaan (preconventional level) yang merupakan tahap pertama dari tiga tahapan perkembangan moral. Menurut teori Kohlberg (1968) menyatakan bahwa perkembangan moral meliputi beberapa tahap meliputi : 10.1. Tingkat premoral (prekonvensional) : lahir sampai 9 tahun Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa penghargaan atau bantuan akan diterimanya, kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima secara sosial, kontrol emosi didapatkan dari luar. 10.2. Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun Usaha yang dilakukan untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi didapat dari dalam, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari kritikan dari yang berwenang. 10.3. Tingkat moralitas pasca konvensional : 13 tahun sampai meninggal Individu memperoleh nilai moral yang benar, pencapaian nilai moral yang benar terjadi setelah dicapai formal operasional dan tidak semua orang mencapai tingkatan ini. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg, ialah internalisasi (internalization), yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal. XI. Perkembangan Spritual Sejalan dengan perkembangan social, perkembangan keagamaan mulai disadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang untuk melakukannya.Perkembangan spiritual anak sangat bepengaruh sekali dalam tumbuh kembang anak. Agama sebagai pedoman hidup anak untuk masa yang akan datang. Selain itu, moral seorang anak juga dapat dibentuk melalui perkembangan spiritual. Anak diberi pengetahuan adanya kepercayaan terhadap Tuhan YME sesuai dengan kepercayaan yang dianut orang tua. Karena agama seorang anak itu diturunkan/diwariskan oleh orang tuanya. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan spiritual dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : 11.1. Masa kanak-kanak (sampai tujuh tahun) Tanda-tandanya antara lain : sikap keagamaan resepsif meskipun banyak bertanya, pandangan ke- Tuhanan masih dipersonifikasikan, penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam meskipun mereka telah melakukan kegiatan ritual. 11.2. Masa anak sekolah Tanda-tandanya antara lain : sikap keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian, pandangan dan faham ke-Tuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya, pengahayatan secara rohaniah makin mendalam dalam melaksanakan ritual. 11.3. Masa remaja (12-18 tahun) Tanda-tanda masa remaja awal : sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hypocrit yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu sama dengan perbuatannya, pandangan dalam hal ke-Tuhanan menjadi kacau karena ia bingung terhadap berbagai konsep tentang aliran dan paham yang saling bertentangan. Tanda-tanda masa remaja akhir : sikap kembali kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam konteks agama yang dianut dan dipilih, penghayatan rohaninya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan membedakan agama sebagai doktrin bagi para penganutnya. XII. Tahap Tumbuh Kembang Anak 12.1. Usia 0- 1 bulan Bayi usia 0 sampai dengan 1 bulan biasanya bayi lebih banyak tidur, di saat yang bersamaan indera pendengaran mulai berkembang, indera perasa, penyentuh dan indera penglihatan, bayi mampu menggerakkan kepala ke satu sisi dalam keadaan tengkurap dan menegakkan kepala selama 2 detik atau lebih saat digendong vertikal. Di saat usia 2 bulan si kecil sudah dapat mengangkat dan mempertahankan kepala dalam posisi 45 derajat selama 20 detik dalam keadaan tengkurap. Mereka akan mulai melihat warna dan mengembangkan berbagai suara. Dan mereka juga sudah mulai bermain menggunakan otot, dan mata lebih banyak berkedipnya. Nah, pada usia 4 bulan, ia sudah mampu mengangkat kepala dan dada dalam posisi 90 derajat. Kemampuan mengangkat kepala menunjukkan bahwa tonus (resistensi otot terhadap gerakan) otot leher bayi cukup baik. Tonus diperlukan untuk melawan gravitasi, juga sebagai awal dari gerakan. Pada usia 4 bulan, idealnya si kecil memang sudah bisa mengangkat kepalanya. Namun ada lho bayi yang belum bisa melakukannya sama sekali. Bila seperti ini, itu pertanda adanya gangguan perkembangan atau kelainan pada susunan saraf pusatnya. Misalnya, jika ditelungkupkan kepala bayi tergeletak di sejajar dengan tubuh dan jika dilakukan traksi (ditarik dengan dipegang kedua tangannya dalam posisi terlentang) kepala akan tertinggal (head lag). Nah, jika mencurigai si kecil bermasalah dengan lehernya, orangtua sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Ini penting untuk mengetahui apakah keterlambatan tersebut bagian dari suatu penyakit (seperti palsi serebral, kelainan metabolik, sindroma Down, penyakit degeneratif) atau akibat kurangnya stimulasi dari orangtuanya. Tumbuh kembang Bayi terjadi di tahapan yang berbeda beda pada setiap anak. Beberapa anak akan tampak lebih maju dan mulai merangkak lebih awal dari bayi lain, tapi rata-rata seorang bayi duduk dimulai pada usia sekitar 6 bulan dan merangkak dimulai sekitar usia sembilan bulan. 12.2. Usia 1- 2 tahun Anak Usia 1 sampai dengan 2 tahun. Pada usia 1 tahun anak akan mulai belajar berjalan perlahan, belajar mengenali tentang apa saja di sekitarnya. Kontrol motoriknya sudah mulai berkembang dan anak sudah mulai bisa belajar memegang krayon dan belajar seni lainnya. Mereka akan marah ketika mereka di ambil dari orang tua mereka, sudah mulai juga bisa makan sendiri dan mereka tidak mau mendengarkan perintah terlalu banyak. 12.3. Usia 18 bulan Anak usia 18 bulan, mereka pada umumnya sudah mulai mantap berjalan menggunakan kedua kaki mereka, dan dalam beberapa kasus merekapun ada yang sudah dapat menendang bola, perkembangan kosa katanya juga sudah meningkat. 12.4. Usia 3 tahun Anak usia 3 tahun, mereka sudah mulai dapat menaiki sepeda beroda tiga, kosa katanyapun akan selalu meningkat dan struktur kalimatnya juga sudah mulai terbentuk, inilah sebabnya mengapa buku sangat penting pada tahapan usia 3 tahun, mereka pun sudah mulai dapat melihat logika, dan akalnya pun sudah mulai berjalan ketika mereka mulai melakukan hal2 seperti membangun logo, dan meletakkan sesuatu bersama sama, dan kita pun akan melihat bahwa mereka akan berpikir panjang dan keras tentang tugas tugas tertentu. 12.5. Usia 4 tahun Anak usia 4 tahun, di tahapan usia ini, mereka seringnya merasa ketakutan, misalnya mereka mungkin menjadi takut gelap, dan mereka pun akan mulai belajar untuk berbagi dan bermain dengan anak anak lainnya. 12.6. Usia 5 tahun Anak usia 5 tahun, perkembangan motoriknya akan mulai meningkat, seperti cara mereka melompat, dan menjalankan mainan akan berbeda di setiap tahapan tumbuh kembangnya. Mereka sudah mempunyai rasa tanggung jawab, rasa penyesalan dan rasa bangga pada diri sendiri. XIII. Perkembangan 13.1. Motorik Halus Untuk mendeteksi gangguan/penyimpangan perkembangan, bisa dilakukan dengan alat skrining perkembangan Denver II. Di situ akan terlihat, gerakan apa saja yang sudah dicapai untuk range usia tertentu. Berikut garis besar skrining perkembangan motorik kasar menurut Denver II : 1. Gerakan Seimbang (sejak lahir hingga 0,5 bulan) a. Gerakan seimbang bisa dilihat dari anggota geraknya, yakni tangan dan kaki. Saat kaget, keempat anggota geraknya yang semula dalam posisi menekuk seperti katak, mengalami ekstensi menjadi lurus secara bersamaan. b. Stimulasi yang disarankan, tarik selimutnya saat anak sedang tidur, baik dalam posisi tengkurap atau telentang. Jika salah satu dari keempat anggota geraknya tak simetris, semisal kaki kanannya tampak lemas/tak terangkat, perlu dicermati sebagai tanda mencurigakan. 2. Mengangkat Kepala (20 hari - belum genap sebulan) a. Dalam range waktu antara beberapa hari sejak lahir hingga usia 2,5 bulan, anak sudah bisa mengangkat kepalanya sekitar 45 derajat. b. Selanjutnya, sekitar 1 bulan 10 hari-3,5 bulan, sudah bisa mengangkat kepala sejauh 90 derajat. c. Cara stimulasi, posisikan anak tengkurap/telungkup. Jika tak ada kelainan, secara spontan bayi akan berusaha mengangkat kepalanya sendiri. Lakukan di bawah pengawasan orang tua. 3. Duduk dengan Kepala Tegak (1,5 bulan - 3 bulan 3 minggu) Cara stimulasi, pangku dan sandarkan anak pada tubuhnya hingga kepalanya ikut tegak. Orang tua patut curiga jika kepala bayi tampak lemas, terjatuh, atau menunduk. 4. Menumpu Badan pada Kaki (1,2 bulan - 4 bulan 3 minggu) Stimulasi yang disarankan, posisikan tengkurap. Perhatikan, tubuh bayi akan terlihat bertumpu pada kakinya. 5. Dada Terangkat Bertumpu pada Lengan (2,5 bulan - mendekati 5 bulan) a. Cara stimulasi, balik/telungkupkan tubuhnya. Perhatikan kemampuannya mengangkat lengan dan dada, hingga posisi lengannya tegak. b. Untuk bisa bertumpu pada tangannya, ulurkan mainan yang bersuara atau coba panggil namanya, hingga dia mencoba melihat ke arah suara dan mengangkat kepalanya. Kadang ia terjatuh, dalam arti menundukkan kepalanya. 6. Tengkurap Sendiri (1 bulan 3 minggu - 5,5 bulan) Cara stimulasi,jangan sering menggendong bayi atau menaruhnya di ayunan karena anak tak akan punya kesempatan belajar tengkurap. Sebaiknya taruh anak di tempat tidur dengan posisi telentang. Kemudian sedikit demi sedikit bantu ia membalikkan posisi tubuhnya. 7. Ditarik untuk Duduk Kepala Tegak (2 bulan 3 minggu - 6 bulan) Cara stimulasi, tidurkan anak dengan posisi telentang, lalu tarik perlahan kedua lengannya. Perhatikan, apakah kepalanya sudah dapat mengikuti tubuh untuk tegak atau tidak. Jika kepala tetap lunglai, besar kemungkinan ada kelainan yang umumnya terjadi di susunan saraf pusat. 8. Duduk Tanpa Pegangan (5 bulan 1 minggu - 7 bulan) Bila sesudah ditarik kedua tangannya kepala bayi bisa tegak, coba lepaskan kedua tangannya secara perlahan agar dia bisa duduk sendiri. XIV. Penanganan Noni Pada fase post natal anak dapat diberikan Tahitian Noni Bioactive Beverage dengan takaran 1ml x berat vadan untuk sekali minum dengan minimal komsumsi 2 x sehari. TAHITIAN NONI BIOACTIVE BEVERAGE mampu memberika peranan yang optimal dalam membantu menjaga kesehatan sejak dari orang tua sebelum menikah, mengandung, melahirkan, bayi dan tumbuh kembang anak hingga dewasa. Semua hal tersebut sudah mendapatkan HAK PATEN dari badan International dan sudah melalui 14 kali HUMAN CLINICAL TRIAL.
Posted on: Mon, 28 Oct 2013 16:01:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015