“Taubat...” Tiap orang pernah melakukan kesalahan. Besar atau kecil. Lama atau baru. Pernah atau sering. Dari seluruh makhluk yang ada di alam ini, si pelakulah yang mestinya paling tahu soal kriteria kesalahan yang ia perbuat (besar, kecil, lama, baru, pernah, atau sering). Menariknya, tidak semua orang sadar dengan kesalahan yang ia perbuat. Terutama ketika bersentuhan dengan kesalahan kecil. Paling tidak, kecil menurut anggapan si pelaku. Walaupun mungkin tidak seperti itu menurut pandangan Allah swt. Kesadaran yang tertidur menggiring nalar si pelaku menjadi beku tentang arti sebuah kesalahan. Kadang tanpa sadar, seseorang menjadi biasa berbuat salah. Biasa menjadi tak terasa. Seorang pedagang menganggap biasa melakukan kebohongan ‘kecil’ : “saya jamin, dagangan saya paling berkualitas, paling murah!” Dimana imannya ketika itu? Bahwa, Allah maha Tahu dusta seseorang. Seorang suami pun kadang biasa membentak istri,tanpa sedikitpun tergerak untuk meminta maaf di kemudian hari. Tanpa juga bisa membayangkan betapa sakitnya hati sang istri saat menjadi objek kemarahan. Seorang politisi boleh jadi menganggap remeh janji dan pernyataan. Bahkan, janji yang harus ia pertanggungjawabkan pun tergantikan dengan janji baru tanpa sempat menepati janji yang sebelumnya. Seolah Allah tidak pernah mencatat ucapannya. Seolah mengecewakan banyak orang lewat janji sudah menjadi hal biasa. Dan membingungkan masyarakat lewat statement menjadi hal lumrah. Salah dan dosa memang tidak pernah terlihat. Tidak pernah terukur dengan alat canggih manapun. Jangan sampai hitungannya menjadi terbalik: kitalah yang paling tidak tahu tentang kesalahan yang telah diperbuat. Allah berfirman dalam sebuah hadist qudsi: “wahai hambaKu, sesungguhnya kalian kerap melakukan dosa, siang dan malam. Dan Akulah yang mengampuni dosa-dosamu itu. Karena itu, mohonlah ampun kepadaku. Niscaya Aku akan mengampunimu.”
Posted on: Wed, 10 Jul 2013 15:46:42 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015