Tegar di atas Sunnah! Di zaman yang serba kocar-kacir ini dan - TopicsExpress



          

Tegar di atas Sunnah! Di zaman yang serba kocar-kacir ini dan keterasingan Islam sudah mulai nampak, seorang memerlukan mental yang tidak kecil untuk menampakkan identitas keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari cara berpakaian yang kudu congklang dan berjenggot untuk laki-lakinya, bercadar (menurut satu dari dua pendapat) bagi wanitanya yang akan diteriaki orang-orang, “Eh, ada ninja tu.” Tidak nimbrung dalam ritual syirik dan bid’ah semacam istighatsah, tahlilan, yasinan, dan lainnya yang kemungkinan akan dikomentari banyak manusia bodoh, “Ora umum!” atau, “Ngelawan arus?!” Boleh jadi justru dikucilkan masyarakatnya dan diisolasi bahkan. Lalu bagaimana solusinya? Perkara semacam ini memang cukup kompleks. Namun akan menjadi mudah dan gampang manakala Anda ingat sebuah cerita seorang ayah dan anaknya mengadakan suatu perjalan dengan mengendarai keledai yang hanya cukup membawa seorang saja, sementara yang lain harus berjalan kaki. Ketika sang ayah tengah berada di atas keledai dan anaknya di bawah berjalan kaki, ada yang berkomentar, “Anda ini bayah macam apa sih? Masak anak sendiri disuruh jalan! Yang benar saja?!” Mendengar komentar ini, sang ayah pun bertukar posisi dengan anaknya. Sudah begini, lagi-lagi ada yang berkomenta, “Kamu ini anak macam apa? Masa ayah sendiri disuruh jalan sementara kamu enak-enak di atas!” Anda bisa bayangkan bagaimana jika Anda yang ada dalam cerita ini? Apakah Anda akan terus mengikuti semua ocehan manusia? Atau Anda mempunyai komitmen sendiri? Ingat, Imam Asy-Syafi’i pernah berkata, “Mendapatkan keridhaan semua manusia adalah sesuatu yang sangat mustahil diperoleh.” Jika Anda tidak mengikuti tradisi masyarakat umum seperti bersalaman atar jenis, pakaian ala kadarnya, isbal, tak berjenggot, tahlilan, yasinan, istighatasah, dan semacamnya yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat, Anda akan diteriaki –minimal-, “Dasar, ora umum!” Namun, jika Anda ikut serta terbawa suasana buruk itu, Anda bakal disiksa dimurkai Allah ‘Azza wa Jalla. Lantas, bagaimana? Inilah solusi jitunya! Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa salam- jauh-jauh hari telah memprediksikan bakal terjadinya dua pilihan yang cukup kompleks namun ringan bagi orang yang berfikir. Beliau bersabda: مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ النًّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَ أَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ، وَ مَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ، سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَ أَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ “Siapa yang mencari keridhaan Allah dengan kebencian manusia, Allah pasti meridhainya dan menajadukan manusia meridhainya. Dan siapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, Allah pasti memurkainya dan membuat manusia memurkainya.” (Lafazh ini diriwayatkan Ibnu Hibban. Riwayat semacanya juga diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnul Mubarak dalam Zuhud-nya, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, dan Ibnu Hibban) Jadi, pilih mana?
Posted on: Mon, 23 Sep 2013 14:30:00 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015