Ternyata Pemerintah Indonesia Mensubsidi Rakyat China Harga Gas - TopicsExpress



          

Ternyata Pemerintah Indonesia Mensubsidi Rakyat China Harga Gas Tangguh Lebih Murah dari Elpiji 3 Kg Harga jual LNG Tangguh ke China ternyata lebih murah dibanding harga elpiji 3 kg bersubsidi yang dibayar masyarakat. Perbandingan harganya didasarkan atas nilai kalori yang tergantung dalam gas. Pengamat migas Kurtubi mengatakan harga elpiji 3 kg yang dibeli masyarakat sebesar Rp 4.250/kg setara dengan US$ 9,9/mmbtu. Sementara harga LNG Tangguh yang dijual hanya sebesar US$ 3,35/mmbtu. "Kalau begini, sama saja pemerintah kita mensubsidi rakyat China. Padahal masyarakat kita di dalam negeri membayar lebih mahal," ujarnya dalam keterangan pers di Gedung MPR/DPR, Jakarta. Sementara untuk harga elpiji 12 kg yang subsidi pemerintahnya lebih sedikit dijual Rp 5.750/kg atau setara dengan US$ 12/mmbtu. Seperti diketahui, harga LNG Tangguh dijual ke China dengan patokan harga minyak yang dibatasi US$ 38 per barel. Dengan formula antara lain 5% dari harga minyak, maka harga gasnya jatuh di kisaran US$ 3,35/mmbtu. Pengamat ekonomi Fadhil Hasan mengatakan, koefisien formula ini lebih jelek ketimbang formula harga dari kilang Arun yang berupa 7,5% harga minyak ditambah 1,5%. Begitu juga jika dibandingkan formula kilang Badak yang sebesar 15% harga minyak ditambah 1,5%. sumbernya finance.detik./read/2008/09/02/153906/999024/4/harga-gas-tangguh-lebih-murah-dari-elpiji-3-kg ------------------------------------------------ Renegosiasi Harga Gas Tangguh ke Fujian Tertunda Negosiasi harga baru ekspor gas alam cair (LNG) Kilang LNG Tangguh, Papua ke Fujian, Cina kemungkinan tertunda. Meskipun mulanya kedua belah pihak setuju meninjau harga ekspor LNG pada Mei 2013, namun belum ada kesepakatan kapan negosiasi dimulai. "Kami selalu komunikasi dengan mereka, tapi mereka belum setuju kapan mau kick off-nya, mau membahas," kata Deputi Pengendalian Komersial Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Widhyawan Prawiraatmadja ketika ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Widhyawan mengatakan, terjadi perbedaan persepsi mengenai waktu renegosiasi harga LNG. Indonesia menggunakan patokan waktu empat tahun setelah pengiriman perdana kargo LNG dari Tangguh ke Fujian yang jatuh tempo pada awal Mei 2013. "Menurut Cina tidak bisa tahun kontrak dimulai pada tengah tahun. Dengan kata lain, mereka menyatakan baru bisa tahun depan," kata Widhyawan. Menurutnya, pemerintah Indonesia menginginkan renegosiasi harga dirampungkan paling lambat akhir 2013. Harga baru diharapkan berlaku surut untuk pengiriman kargo LNG sejak Januari 2013. "Kalau menurut mereka, renegosiasi pada Mei 2014. Sehingga, kalau berlaku surut, dihitung dari ekspor LNG Januari 2014," kata Widhyawan. Dia berharap, waktu renegosiasi dapat diputuskan dalam waktu dekat. Setelah kedua pihak duduk bersama, masalah harga baru akan dibahas. Selama belum ada kesepakatan baru, maka gas untuk Fujian masih diekspor dengan harga lama yaitu US$ 3,35 juta per million metric british thermal unit (MMBTU). "Tetapi masalahnya pembeli dan penjual punya interpretasi sendiri-sendiri. Kalau ada perbedaan interpretasi, kalau perlu ya ke arbitrase," katanya. Menteri ESDM Jero wacik sebelumnya mengharapkan harga ekspor LNG Tangguh ke Fujian bisa naik di atas US$ 10 per MMBTU. Perhitungan ini dengan acuan harga LNG di pasar domestik yang berkisar US$ 10 per MMBTU dan harga LNG di pasar spot internasional di kisaran US$ 16 per MMBTU. Sebelumnya, Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan, ada 2 poin terkait formula yang diusulkan diubah dalam renegosiasi ini. Pertama, pencabutan batas atas harga minyak yang dipatok maksimal US$ 38 per barel. Batas atas inilah yang menyebabkan harga gas ke Fujian selama ini mentok di US$ 3,35 per MMBTU meskipun harga minyak dunia sudah menembus US$ 100 per barel. Poin ke dua, menaikkan faktor pengali harga LNG yang saat ini 5,25 persen menjadi 11 persen. Menurut Rudi, dengan dua faktor ini harga bisa naik ke kisaran US$ 7 per MMBTU hingga US$ 11 per MMBTU. sumber: tempo
Posted on: Sat, 05 Oct 2013 15:04:48 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015