Tim peneliti dari Rumah Sakit Penyakit Tropis Universitas - TopicsExpress



          

Tim peneliti dari Rumah Sakit Penyakit Tropis Universitas Airlangga menemukan jenis penyakit malaria terbaru di daerah perkebunan sawit Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut Direktur Utama RSPT Unair Boerhan Hidayat, jenis malaria baru itu adalah Plasmodium Knowlesi Macacca. Penyakit ini ditularkan lewat perantara tubuh kera sebelum dibawa nyamuk ke tubuh manusia. Hasil riset sejak 2011 hingga saat ini menunjukkan bahwa 30 persen pekerja kebun sawit di Kalimantan Tengah telah terjangkit malaria Plasmodium Knowlesi Macacca. HIngga saat ini belum ditemukan obat penyakit yang ditularkan lewat kera ekor panjang itu. "Nyamuk menggigit monyet dulu, lantas menggigit tubuh manusia. Manusia terjangkit," kata Boerhan kepada Tempo, Selasa 16 Juli 2013. Empat jenis malaria tropis yang dikenal di Indonesia adalah Plasmodium Falsiparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale dan Plasmodium Malariae. Indikasi bahwa tubuh mulai terjangkit Knowlesi Macacca adalah suhu meninggi secara tiba-tiba, kondisi badan drop, kejang-kejang hingga berujung kematian. Gejala penyakit itu memang hampir sama dengan jenis malaria tipe lain, tapi malaria macacca disinyalir lebih berbahaya karena membawa penyakit dari tubuh kera. Sementara ini, tim peneliti masih menganjurkan penggunaan obat jenis artemisinin untuk mencegah malaria tersebut. Boerhan menambahkan, hasil riset ini sama persis dengan temuan periset asal Singapura di Negara Bagian Serawak, Malaysia dan Brunei Darussalam. Periset Singapura juga belum menemukan obat khusus bagi penderita Malaria Macacca. Dua bulan lalu, RSPT mengundang tim peneliti asal Singapuran itu untuk membahas temuan malaria baru itu. Boerhan cemas jika pekerja sawit yang kebanyakan asal Jawa, lantas pulang kampung dan penyakit malarianya belum belum sembuh benar. "Ini bisa menyebar ke manusia lainnya. Kita masih riset, belum menjurus ke penelitian biomolekuler," ujar Boerhan. Ketua Kelompok Riset Herbal Medicine Lembaga Penyakit Tropis Unair, Achmad Fuad Hafid, sudah mendengar temuan tim RSPT tersebut. Saat ini, kelompok risetnya tengah menjajaki dengan Kimia Farma untuk memproduksi obat anti malaria berbahan baku kulit batang cempedak. Obat malaria ini sudah lolos uji klinis. Ia berharap, obat ini tidak resisten terhadap Plasmodium Knowlesi Macacca. Kulit batang cempedak, kata dia, banyak ditemukan di pedalaman Kalimantan. "Uji klinisnya di Pulau Seram, disana banyak terjadi malaria. Tapi belum diuji klinis ke penderita Knowlesi Macacca," kata Fuad.
Posted on: Wed, 17 Jul 2013 01:53:09 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015