Tittle: My Little family genre; romance cast: SeoHan (req - TopicsExpress



          

Tittle: My Little family genre; romance cast: SeoHan (req cast) type OneShoot Author: BaekYeon Own2 annyeong !!! MinBaek Back dengan sebuah FF !! sehabis baca jangan lupa komennya ok ! Don’t Be Silent Reader Chingu Seohyun POV Hari ini aku tidak diperbolehkan untuk bekerja oleh Luhan karena kemarin aku sempat tidak enak badan dan sekarang aku hanya sendirian dirumah tidak berbuat apapun. Luhan itu ternyata benar-benar keras kepala, sekarang aku menjadi lebih mengetahui sifat dia semenjak aku dinikahinya 1 tahun yang lalu. Tetapi meskipun dia keras kepala aku tahu tujuan dia melakukan itu semua, dia sangat berusaha agar aku dapat nyaman hidup dengannya. Dan hal itu terbukti selama aku menikah dengannya. Aku sekarang sedang duduk di depan TV dengan acara yang semuanya membosankan. Selintas terdapat ide didalam otakku aku akan membuatkannya makanan. Setelah mendapatkan ide itu aku sangat antusias membuat makanan ini. Aku membuka buku-buku resep yang aku beli kemarin. Setelah kupilih-pilih akhirnya aku akan membuat Bibimbab dan kimchi saja karena waktu sudah mendekati siang. Padahal aku ingin sekali menyuguhkannya makanan yang special. ***************** “Annyeonghaseyo, apakah tuan Xi ada diruangannya?” Aku sekarang sudah berada dikantor Luhan. “Tuan Xi sedang diruangannya nyonya.” Ucapa resepsionis yang berada didepanku. “Gansahamnida..” Aku berjalan menuju ruangan Luhan yang berada dilantai 5. Aku berdiri didepan lift dan menunggu lift itu berhenti. Aku menaiki lift itu dan disini hanya terdapat aku dan seorang wanita yang lebih tinggi dariku, aku berusaha ramah padanya dan memberikannya senyuman diapun membalasnya dengan senyuman tetapi terkesan seperti senyuman yang terpaksa. Aku tidak mengerti dengan wanita itu. Lebih baikku abaikan saja lagipula aku tidak mengenal wanita itu. Mungkin dia adalah pegawai baru, jadi tidak mengetahui aku adalah siapa.. Setelah Lift itu berhenti, aku berjalan keluar dari lift itu dan wanita itu juga sama tetapi dia berjalan kearah kiri sementara aku berjalan kearah kanan. Aku segera menuju ruangan Luhan dan setelah sampai didepan ruangannya aku sengaja untuk tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung membuka pintu ruangannya. “Yeoboya~~” Aku membuka pintu ruangan itu secara perlahan, tetapi tidak ada seorangpun disini dimana dia. Aku mencari keseluruh ruangan ini bahkan sampai toiletnyapun aku tidak menemukannya. Aaaiisshh kali ini aku gagal membuat surprise untuknya. To : Luhan ‘Kau sedang dimana? aku sekarang berada diruanganmu. Ppali nawa…’ Aku mengetik sebuah pesan untuknya. Tak lama aku mendegar ringtone yang dipakai Luhan untuk HPnya. Aku mencari sumber suara itu dan aku menemukan Hp Luhan berada diatas meja kerjanya. Bahkan Hp yang sangat berharga baginyapun kali ini tidak dibawa. Sebenarnya dia sedang dimana, membuatku frustasi. Kuputuskan untuk menunggunya. Mungkin dia sedang ada urusan diluar lagipula kata resepsionis tadi dia sedang diruangannya berarti dia sedang tidak ada schedule saat ini. Lebih baik aku membereskan ruangan yang seperti kapal pecah ini. Hampir semua sudut ruangan ini terdapat berkas dan majalah-majalah bisnis. Dan akhirnya setelah 15 menit ruangan ini sudah bersih berkat kerja kerasku. Tetapi Luhan belum juga kembali keruangannya. 15 menit kemudian…. 30 menit kemudian…. 1 jam kemudian….. 2 jam kemudian…… Aishhh benar-benar keterlaluan, sebenarnya dia itu kemana. Saking kesalnya, aku hampir saja melepar box makanan ini. Lebih baik aku pulang saja dengan perasaan yang sangat kesal, marah, kecewa yang berkecamuk dihatiku ini. Aku menuju pintu keluar tapi baru saja aku mau memegang gagang pintu, seseorang berusaha membuka pintu tersebut. Dan terlihat seseorang yang kutunggu-tunggu itu. Terlihat dia sangat kaget melihatku, aku hanya melihatnya dengan tatapan yang biasa saja, mungkin mendekati tatapan marah. “Seo-ah, kenapa kau ada disini? bukankah aku menyuruhmu untuk istirahat dirumah. ” Dia hanya berkata seperti itu tanpa menyuruhku untuk masuk lagi kedalam. Dan aku melihat seorang wanita yang berada dibelakangnya, aku mengingat wanita itu dia adalah wanita yang kutemui di lift tadi. Dia membungkuk padaku dan akupun membalasnya. “Oppa ppali kajja kita sudah ditunggu ..” Ucap wanita itu,Aku sangat kaget dengan ucapan wanita itu. Sebenarnya dia itu siapa sampai beraninya dia memanggil Luhan Oppa. Luhan pun melewatiku dan memasukki ruangannya seperti mengambil sesuatu kemudian menuju pintu kembali. “Seo-ah, kau cepat pulang.. Aku ada meeting hari ini. Hati-hati dijalan..” Dia berjalan menjauhiku. Aku hanya terbengong melihat tingkahnya. Baru kali ini aku diacuhkan olehnya dan terlebih lagi aku harus melihat kedekatan mereka yang tidak kuketahui hubungan mereka itu apa. lebih baik aku berusaha berpikir positif tentang wanita itu, aku harus menahan egoku ini. **************** Luhan POV “Yeobo.. oediya??” Aku masuk kedalam rumah tetapi keadaan rumah masih sangat gelap. Kemana Seohyun. Jarang sekali dia seperti ini, biasanya dia selalu menyambutku jika pulang bekerja. Aku buka satu persatu ruangan namun hasilnya nihil. Aku masuk kedalam kamar yang masih gelap, ketika aku menyalakan lampu, terlihat ada seorang wanita yang sedang tertidur diatas ranjang. Dan ternyata dia adalah Seohyun. “Seo-ah…” Dia sama sekali tidak menghiraukan ucapanku. Kuelus keningnya, ternyata dia demam lagi seperti kemarin. Aku tidak mau menganggu istirahatnya. Kuputuskan untuk mengganti baju kemudian mengompres Seohyun. Setelah itu aku turun kelantai bawah untuk mengambil air es dan juga lap. Ketika aku hendak membuka kulkas, mataku tertuju pada box makanan yang isinya masih utuh. Ahhh iya aku ingat , ini adalah box makanan yang dibawa Seohyun tadi siang. Aku menjadi sangat bersalah karena harus mengusirnya tadi. **************** Seohyun POV Aku buka mataku ternyata hari sudah pagi. Seperti biasa yang petama kali kutuju adalah seseorang yang berada disampingku. Kuraba-raba namun sudah tidak ada orang disebelahku. Sepertinya dia sudah bangun duluan. Aku bangun dari tidurku dan cepat-cepat menuju dapur. Jika tidak, pasti Luhan memakan-makanan instan lagi. Aku turun dari tangga. Baru saja beberapa langkah, aku sudah mempunyai firasat yang buruk. Pasti dapurku menjadi berantakan. “Oppa.. Apa yang kau lakukan. Matikan semua apinya.” Dia tersentak kaget dan langsung mematikan semua api kompor. “Seo-ah, kau sudah bangun..” Aku menghampirinya dan melihat apa yang dia kerjakan. “Mianhae membuat kekacauan lagi.” Aku menghela nafas. “Oppa aku kan sudah pernah bilang, jika ingin makan, kau bangunkan aku..” Kulihat dia menunduk dan menjauhiku. Aku mendekati kompor dan berusaha membersihkan makanan-makanan yang gosong ini. “Tapi kan kau masih sakit. Aku tidak mau menganggumu..” Aku mendekatinya dan duduk disebelahnya. “Araseo..” Dia merentangkan tangannya padaku dan aku masuk kedalam pelukannya. “Yeobo…” “Hmmm” “Morning kiss..” “SHIREOOOOOO” ************** “Seo-ah.. ” “Waeyo..” Aku masih fokus pada makanan yang ada dihadapanku. “Sebaiknya kau berhentilah bekerja” Aku tersentak kemudian menghentikan makanku dan memandang Luhan. “Kenapa aku harus melakukan itu?” Aku benar-benar tidak menyangka dia sampai menyuruhku berhenti bekerja. “Kau fokuslah pada rumah tangga kita..” “Oppa.. aku tidak mau..” Dia tidak mengerti bagaimana aku bersusah payah mendapatkan pekerjaan ini. Meskipun pemilik perusahaan ini adalah suamiku sendiri, tetapi aku sama sekali tidak rela jika harus meninggalkan pekerjaan ini. “Aku mohon padamu Seo-ah.. Cukup hanya bagiku saja yang bekerja..” Dia sekarang terlihat sperti memohon padaku, sebenarnya apa tujuan dia sehingga aku harus menyetujui ini. “Seo-ah…” “Oppa, aku sungguh tidak mau berhenti bekerja..” Aku taruh sendok yang kupegang tadi kesembarang tempat kemudian berdiri dan berjalan cepat menuju kamar. ****************** Luhan POV Kulihat Seohyun berjalan setengah berlari menuju kamar dan kemudian menutup pintu dengan hentakan yang sangat keras. Apakah aku bersalah? Baru kali ini aku melihatnya semarah ini. Aku sudah berfikir matang-matang untuk mengambil keputusan ini karena aku ingin Seohyun tidak terlalu memikirkan hal-hal yang berat dan lebih focus pada urusan rumah tangga kami. tetapi jika kejadiannya seperti ini, lebih baik aku mengalah dan membiarkan Seohyun untuk tetap bekerja. Aku berjalan menuju kamar dan kubuka pintu secara perlahan. Terlihat Seohyun sedang duduk dipinggir ranjang dan menundukkan wajahnya. Aku mendekatinya kemudian duduk disebelahnya. Dia tidak melakukan respon apapun dan terus menunduk. Aku menghela nafas kemudian berbicara. “Seo-ah, dengarkan aku dulu..” Aku menatapnya, tetapi dia tidak bergeming sama sekali. Aku kemudian menarik kursi yang berada didepanku ke depan Seohyun dan duduk dikursi itu. “Tatap aku..” Ucapku sambil memegang bahunya dan akhirnya dia menatapku. “Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menyetujuinya. Tetapi kau tidak boleh seperti ini..” Aku berusaha menjelaskannya. “Mianhae.” Hanya itu yang keluar dari bibirnya. “Nado.. Aku tidak akan memaksamu lagi..” Aku mengelus pipinya dan dia membuat senyum dibibirnya itu. “Kau sudah lebih baik bukan? apakah masih sakit?” aku menyentuh keningnya untuk memastikan dia sudah sehat. “Gwenchana..” Dia menyingkirkan tanganku secara perlahan dan akupun mengerti, dia memang tidak suka jika aku terlalu khawatir secara berlebihan. “Araseo..” aku menatapnya dan dia hanya tersenyum simpul kepadaku. “Apakah kau mau kesuatu tempat.. ? aku akan mengatarkanmu kemanapun kau mau..” “Jinjjayo?” Aku mengangguk. “Bagaimana jika kita ke Lotte World..?” “Joha.. Ayo kita berangkat.. Kau siapkan semua yang akan dibawa.. Arachi? ”aku sedikit mengacak-acak rambutnya. Dia kemudian berteriak kegirangan dan kamipun bersiap menuju Lotte world. *************** “Oppa.. Ayo kita naik itu.. Jebal..” Seohyun menarik-narik lenganku sembari menunjuk-nujuk rel roller coaster yang berada di depan kami. Aku sebenarnya sudah malas jika harus dipaksa-paksa seperti ini. “Seo-ah.. Aku malas. Aku tunggu disini saja ya..” dia memajukan bibirnya dan kemudian terdiam. Itu berarti dia akan marah. Akupun menghela nafas berat. “Araseo.. Kajja..” Aku menariknya menuju pintu masuk dan kulihat dia tersenyum penuh kemenangan. **************** “Seo-ah.. Kau minum dulu..” Aku sekarang sudah duduk dengannya dikursi taman. “A..ni..ya..” Seohyun masih menangis dari tadi, mungkin dia masih pusing . Cihh.. Dia yang ingin main kenapa jadi diapula yang ketakutan. “Hahaha.. Kau ini benar-benar aneh. Kenapa kau masih berani menaiki itu jika kau takut…” Aku menyindirnya. Dia menatapku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku harus bersiap-siap untuk menutup kupingku. Tetapi sedetik kemudian dia memalingkan wajahnya, kukira dia akan berteriak-teriak seperti biasa. “Apakah kau pusing?” Aku menatapnya lekat, dia menjawabnya dengan mengangguk. “Araseo, kita pulang saja. Lagipula sekarang sudah hampir malam.. Kajja..” Aku berdiri kemudian menggenggam tangannya dan berjalan menuju pintu keluar. ****************** Seohyun POV Hari ini aku senang sekali karena aku memiliki waktu luang untuk bersama dengan Luhan. Dan ditambah lagi ketempat yang aku inginkan. Benar-benar menyenangkan. Meskipun tadi ada sedikit insiden tapi aku tetap senang. Sekarang kami sedang berada didalam mobil, aku berkutat dengan pikiranku, sementara Luhan focus untuk menyetir. Aku sekarang sedang memikirkan keputusan untuk berhenti bekerja atau tidak. Aku tahu keputusan yang Luhan buat pasti untuk kebaikanku, tetapi disisi lain hatiku seakan menolak untuk melakukannya. Aku benar-benar bingung sekarang. “Oppa…” Aku harus membicarakan ini supaya semuanya jelas. “Wae..?” Luhan menatapku hanya sedetik kemudian focus pada jalanan kembali. “Masalah itu…” Kata-kataku sedikit tergantung tapi dia dengan cepat bertanya. “Masalah apa?” “Kenapa oppa menyuruhku berhenti bekerja..?” Dia tidak menatapku tetapi kulihat dia tersenyum sembari melihat jalan. “Karena kau Seo-ah.. Aku ingin kau menjadi seorang istri yang sama dengan perempuan lainnya. Cukup aku saja yang bekerja. Rasanya aku bukan suami yang baik jika kau ikut mencari uang denganku..” Aku mencoba memahami semua perkataannya. Dan sekarang aku mulai paham, dia mementingkan agar aku tidak terlalu lelah bekerja. “Tapi oppa kau adalah suami yang baik bagiku..” Dia tersenyum kembali. “Jinjjayo? ” aku menjawabnya dengan mengangguk. Kami terdiam kembali. “Oppa…” “Wae chagi?” “Aku putuskan untuk berhenti bekerja..” Aku memberanikan diri mengucapkan itu, kulihat dia menatapku kemudian tersenyum. “Jinjja..” Aku mengangguk “Gomawo Seo-ah.. ” Luhan oppa memberhentikan mobil dipinggir jalan. Aku bingung dengan apa yang ia lakukan. Setelah mobil ini berhenti, Luhan oppa menarikku dalam pelukannya kemudian menciumku berkali-kali. “Opp..ppa.. Berhenti..” Aku mendorongnya. Dia itu benar-benar ingin membuatku mati. “Kau mau membuatku mati karena kehabisan nafas?” aku sedikit terengah. “Mianhae.. Aku sangat senang sekarang. Gomawo seo-ah Jinjja gomawo.” Aku tertawa mendengar gaya bicaranya itu. “Hahaha.. Sudahlah oppa cepat kita pulang..” Luhan oppa mengangguk, kemudian menyalakan mesin mobil dan berjalan pulang. ***************** Aku berjalan menuju kamar dan bergegas untuk istrirahat. Dan Luhan pun selesai dari kegiatan mandinya. Aku merebahkan diri, sementara dia berkutat dengan HPnya kemudian duduk didekat meja rias. Tak lama kemudian aku mendengar suara penggilan dari HP Luhan dan dia sangat bergegas untuk mengangkatnya. “Yoboseyo?” Ucapnya. “……….” “Ne..” Hanya itu yang mereka bicarakan, singkat sekali. Aku jadi ingin tahu siapa yang menelponnya. Tetapi baru saja aku ingin bertanya, dia terlebih dulu bicara denganku. “Seo-ah.. Aku keluar sebentar..” Dia bergegas keluar dari kamar ini. Lebih baik aku menunggunya pulang dan beristirahat bersama. 30 menit… 1 jam…. Aisshh.. Sebenarnya kemana Luhan pergi. 1 jam aku menunggunya tapi dia belum juga kembali. Aku berjalan menuju jendela kamar ini. Dan melihat keadaan diluar, mungkin saja aku bisa melihat Luhan. Dan benar saja aku melihat Luhan sedang duduk dihalaman depan rumah ini. Tetapi ada hal yang membuatku janggal, Luhan sedang bersama seorang wanita. 1 Hal lagi yang membuatku terkejut, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri wanita yang disamping Luhan sedang mencium pipinya. JLEBB~~~~ Aku benar-benar tidak percaya ini. Apakah Luhan selama ini bermain dengan seorang wanita dibelakangku? aku benar-benar kecewa, marah, sedih melihat kejadian tadi. Rasanya aku ingin menangis. Aku berusaha melihat wanita itu tapi sangat susah untuk melihatnya dia tertutupi oleh Luhan karena mereka sekarang duduk menyampingiku. Tak terasa air mataku jatuh. Aku sungguh kecewa dengan ini. Aku segera membalikkan badan dan kemudian menjatuhkan diri di ranjang. Aku tidak kuasa menahan tangisku sekarang. **************** Luhan POV Aku baru saja dihubungi oleh seseorang. Aku lupa mengerjakan berkas yang akan diberikan besok. Maka dari itu dia datang kerumahku untuk mengerjakan semuanya. Aku sengaja tidak memberi tahu Seohyun agar dia bisa terlebih dahulu istirahat. Aku segera untuk keluar dan langsung memanggil orang yang sudah berada dibelakang gerbang. “choi Sooyoung..” wanita itu membalikkan badannya dan kemudian tersenyum. Aku terus menghampirinya. “Ayo kita kerjakan sekarang. Hari sudah malam..” aku bergegas mendorongnya masuk dan menyuruhnya duduk dibangku halaman. “Cepat kita kerjakan..” Aku membantunya untuk menghidupkan laptop dan berkas-berkas lainnya. Aku agak sedikit tegang karena takut Seohyun melihat kami. “Oppa.. Tenanglah sedikit. Memang ada apa? kenapa harus terburu-buru. Istrimu dimana?” Dia bertanya dengan santainya. “Dia sedang istirahat. Cepatlah..” Kemudian kami mengerjakan semuanya. Dan setelah 1 jam kami menyelesaikan semuanya. “Mianhae.. Karena aku, kau harus kesini sekarang..” “Kau tahu, aku membutuhkan energy untuk kesini. Belum lagi hari ini dikantor aku harus bekerja dengan sangat keras.. ” Dia berusaha membela dirinya. “Mianhae..” kemudian kami terdiam dan aku hanya sibuk dengan berkas-berkas yang ada ditanganku. Tiba-tiba…. PLAKKK~~~ “Kyyyaa… apa yang kau lakukan?” Aku memegang pipiku. Sungguh menyakitkan. “Mianhae.. Tadi dipipi oppa ada nyamuk..” aku masih menatapnya sambil mengelus-elus pipiku. “Apakah ada yang sakit?” dia menarik tanganku kemudian mendekati wajahnya pada wajahku lalu dia meniup bagian pipi yang ia tampar tadi. Aku tidak nyaman dengan ini, lalu aku menjauhkan sedikit wajahku dari wajahnya. “Gwenchana… Lebih baik kau pulang sekarang..” Aku menyuruhnya pulang, dia menurut padaku kemudian pulang menggunakan mobilnya. Sooyoung dan aku adalah teman ketika aku masih di bangku SD. Tetapi kami berbeda 2 tahun, karena aku sebenarnya bersahabat dengan kakak sooyoung yaitu Choi Siwon. Aku suka sekali jika kami bermain bersama. Semenjak Siwon pindah ke perusahaan yang berada di china. Sooyounglah yang sekarang menjadi direktur perusahaan Hyundai grup yang berada di korea. Dan sekarang perusahaanku dan perusahaan Sooyoung sedang menjalin hubungan lalu kamipun menjadi mitra kerja. Dan itu pula sebabnya akhir-akhir ini kami sering berkegiatan bersama. Aku sudah sampai dikamar dan terlihat Seohyun sudah tertidur. Lebih baik aku juga istirahat dan tidak menganggu tidur nyenyaknya. ******************* Aku berusaha mengumpulkan semua kesadaranku, hari sudah pagi, dan Seohyunpun sudah bangun dari tidurnya. Aku lebih baik menyapanya, pasti sekrang dia sedang didapur. aku berjalan menuju lantai bawah, dan memang benar Seohyun sedang berada di dapur. Aku mendekatinya tanpa sepengetahuannya, lalu aku memeluknya dari belakang. Dia sedikit tersentak kaget. “Chagi good morning..” Aku menopang daguku kepada bahunya. Tetapi dia sedikit menolak dengan perlakuaanku lalu dia berusaha melepaskan tanganku yang berada dipinggangnya. “Kau mandilah dulu. Aku akan menyiapkan makananmu dimeja makan..” Dia berbicara seperti itu tanpa menatapku sedikitpun. Aku hanya bisa menuruti ucapannya. Jarang-jarang dia menjadi seperti ini. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku menuju meja makan dan melihat Seohyun sudah sarapan terlebih dahulu. “Kenapa kau tidak menungguku?” Aku duduk disebrangnya, dia hanya menggeleng dan masih focus pada makanannya. Aku menjadi heran dengannya. “Seo-ah, Waeyo? Apakah kau sakit lagi?” Dia menggeleng lagi. “Katakanlah sesuatu..” “Antarkan aku ke kantor, aku ingin berpamitan dengan teman-temanku..” Dia menatapku tidak seperti biasanya. “Ne, kau bersiaplah..” dia berdiri kemudian berjalan menuju kamar. Pagi ini terasa aneh bagiku karena Seohyun tiba-tiba berubah seperti itu. Aku tidak mengerti jalan pikirannya. ***************** Seohyun POV Aku sudah berpamitan pada semua rekan kerjaku. Rasanya sangat sedih sekali jika harus berpisah seperti ini. Aku berniat untuk pulang sekarang, dan lebih baik aku menghampiri Luhan terlebih dahulu untu memberitahunya. Aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian kemarin, benar-benar menyakitkan. Aku sudah sampai didepan ruang Luhan , tanpa mengetuk pintu aku membuka ruangan tersebut. yang kulihat adalah 2 orang yang sedang duduk bersebelahan terlihat sangat mesra Dan mereka adalah Luhan dan Wanita yang kutemui 2 hari yang lalu dan kemarin yang berada dihalaman rumahku. Mereka terlihat terkejut dengan kedatanganku, aku tidak dapat melihat ini. dengan cepat aku membalikkan badan dan berjalan cepat. Tak lama kemudian aku ditarik oleh seseorang dan membawaku menuju lorong yang lumayan sepi. Aku berusaha melepaskan genggamannya tetapi dia sangat kuat dan aku tidak bisa menghindarinya. “Seo-ah… Dengarkan aku terlebih dahulu..” aku benar-benar geram sekarang. “UNTUK APA SEMUA PENJELASAN DARIMU. SUDAH JELAS SEMUANYA.. BERANINYA KAU BERMAIN DENGAN WANITA DIBELAKANGKU.” Aku berteriak dan meluapkan semua emosi yang ada didalam dadaku. Kulihat Luhan terkejut karena baru kali ini aku membentaknya seperti itu. “apa maksudmu? aku tidak pernah berselingkuh. Kau salah paham Seo-ah..” “Aku melihatmu semalam kalian berdua dihalaman. Berciuman dihadapanku. Dan ini alasan kau memberhentikan aku bekerja, karena kau bisa bersamanya jika aku tidak ada disini” Rasa marahku bercampur dengan rasa kecewa dan sedih. Aku berusaha untuk tidak menangis. Luhan masih menatapku. “Seo-ah…” aku memalingkan mukaku dan melihat wanita itu sedang berdiri di ujung lorong. Aku melepaskan genggamanku. “Aku benar-benar kecewa denganmu…” Aku berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar. Aku menyadari jika Luhan mengejarku. Tetapi aku tidak menghiraukannya. Setelah sampai pintu keluar, aku menaiki .taxi dan Luhan masih saja mengejarku. Aku benar-benar kecewa. Sekarang semua sudah jelas Didalam taxi aku menangis sejadi-jadinya. **************** Luhan POV Aku tidak menyangka jika Seohyun akan menjadi salah paham seperti ini. Aku dengan Sooyoung tadi hanya sedang bermain game dan sedikit bercanda. Perasaanku sekarang menjadi kalut. Aku tidak menyangka jika kemarin dia melihatku bersama Sooyoung, tapi apa maksudnya dengan bercuiman, kami sama sekali tidak melakukan itu. Kenapa dia bisa berbicara seperti itu. Aku masuk kedalam kantor dengan wajah lesu. Aku memtuskan untuk pulang terlebih dahulu. Aku ingin menjelaskan semuanya dan juga tidak mau jika Seohyun menjadi seperti ini. Jujur, baru kali ini aku mengalami pertengkaran seperti ini sampai-sampai dia berani membentakku. “Oppa…” Aku menolehkan wajahku, ternyata dia adalah Sooyoung. Aku sedikit menghela nafas. “Wae?” Dia mendekatiku. “Apa yang terjadi? Apa dia salah paham?” aku mengaguk, diapun mengerti.”Aku ingin menjelaskan semuanya pada Seohyun.” “Tidak usah.. Ini adalah masalah kami. Kau tidak perlu ikut campur.” Ucapku sedikit tidak bersemngat. “Aniya, masalah ini melibatkanku. Aku akan ikut denganmu.” Aku mengerti sekarang, dia memang ingin membantuku agar menyelesaikan semua. “Araseo.. Jika aku sudah pulang, kau boleh kerumahku..” Dia mengangguk. Aku membalikkan badan dan kemudian bersiap untuk pulang. ****************** Aku sekarang sudah berada dirumah, tetapi disini tidak ada siapapun. Sebenarnya kemana dia, padahal hari sudah mau malam. Aku mencoba menelfon eommaku tetapi Seohyun tidak berada disana. Aku menjadi bingung sendiri. Dia tidak mengaktifkan telponnya. Lebih baik aku mencarinya, aku tidak bisa tenang jika dia belum pulang. Taman tidak ada…. jalanan tidak ada….. Mall tidak ada… Aku benar-benar frustasi. Dia tidak ada dimanapun.Namun ada sekelebat ingatan di pikiranku. Dia pasti kerumah Halmonienya. Aku yakin dia pasti kesana. Baiklah aku akan kesana besok, karena aku tidak mau jika aku kesana malam-malam dan kami akan ribut ditengah malam. Dan tak lupa aku menelfon Sooyoung untuk memberitahunya agar dia ikut denganku ke Busan. ******************** Seohyun POV Aku bangun dari tidurku. Sekarang aku menginap dirumah halmonie. Aku sekarang benar-benar tidak ingin bertemu dengan Luhan terlebih dahulu. Aku berusaha bangun dari tidurku tapi entah mengapa ada rasa pusing dikepalaku dan akupun sedikit mual. Padahal aku tidak memakan apapun dari tadi. Aku berusaha menguatkan diriku kemudian keluar dari kamar dan menghampiri halmonie. “Seo-ah.. Kau sudah bangun?” Kulihat halmonie sedang terduduk di bangku depan rumah. Aku juga ikut duduk dengannya. “Apakah Luhan tidak akan mencarimu?” aku menggeleng. “Luhan tidak akan mencariku. Dia sedang sibuk bekerja halmonie..” Halmonie hanya mengangguk. Aku tidak berterus terang padanya karena aku takut dia terlalu mengkhawatirkanku. “Hari ini halmonie akan mengunjungi pamanmu. Apakah kau ingin ikut?” Aku sedikit berfikir. Aku menggeleng, aku tidak ingin ikut dengannya karena aku sepertinya tidak sehat. “Araseo, jika begitu halmonie akan bersiap-siap terlebih dahulu.”Halmonie meninggalkanku diluar rumah. Semenjak itu aku melamunkan Luhan. Aku sedikit berfikir, sampai kapan aku akan menghindarinya. Seharusnya kami berbicara terlebih dahulu. Tapi entahlah, aku terlalu kecewa dengannya. ****************** Halmonie sudah pergi 30 menit yang lalu. Aku sekarang sedang berada dirumah sendirian. Lebih baik aku membereskan rumah ini. Yang pertama kutuju adalah halaman rumah. Aku menyirami semua tanaman yang ada disini. “Seohyun-ah…” ada seseorang yang memanggilku dan aku sangat mengenal suara itu. Kulihat Luhan berdiri dibelakang gerbang dan juga dibelakangnya ada seorang wanita yang kutemui kemarin bermesraan bersama Luhan. Aku berusaha berjalan masuk kedalam rumah tetapi Luhan mengenggam tanganku agar menghentikan langkahku. “Seo-ah.. Ayo kita bicara..” Aku hanya bisa terdiam kemudian dia menyuruhku dan menyuruh wanita itu masuk kedalam rumah. Sekarang kami bertiga sudah duduk diruang tamu. “Seo-ah.. Gwenchana? kenapa mukamu pucat sekali.” Luhan duduk disebelahku, aku hanya terdiam pura-pura tidak mendengarnya. Dan aku sangat terganggu dengan rasa pusing dan mualku ini. “Kenalkan, dia adalah Sooyoung. Aku dan dia adalah teman sejak kita kecil. Kau tahu Siwon kan? Sooyoung adalah adik Siwon.” Ternyata dia adalah adik Siwon. Aku menatapnya dengan tatapan dingin tetapi dia tetap saja tersenyum kepadaku. Kepalaku mulai bertambah pusing karena aku sekarang berpikir banyak hal. “Seo-ah.. Kau mau mendengarkanku kan? Aku tidak ada apapun dengannya. Kami hanya sebagai teman dan rekan kerja. Kau tahu Hyundai grup yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita? Dia adalah direktur dari perusahaannya.” Aku terdiam lagi. Aku benar-benar bertambah pusing sekarang. “Seohyun-ssi, benar kata Luhan. Aku tidak ada hubungan apapun dengannya. Kami hanya sebagai teman dan rekan kerja saja. Memang kami terlihat sangat dekat, karena kami adalah teman baik. Masalah malam itu, kami murni hanya membahas masalah pekerjaan karena waktu itu Luhan tidak berangkat bekerja.” Aku mulai memahami semuanya, tetapi ada satu hal yang mengganjal didalam hatiku. “Kenapa malam itu kalian bisa berciuman?”Aku mulai membuka bicara. “Apa maksudmu Seo-ah? Demi Tuhan kami tidak melakukan itu..” Luhan membela diri. Tapi aku yakin jika mereka berciuman, apa hanya firasatku saja. “Waktu itu kami tidak berciuman. Aku hanya meniup pipi Luhan yang kutampar karena nyamuk ..” Dia menahan tawanya. Sepertinya aku mulai percaya dengan semuanya. Bisa kusimpulkan ternyata aku salah paham. “Seo-ah.. Kau percaya padaku kan?” Aku menatapnya dalam dan lama. Tidak ada kebohongan dimatanya. Akupun mengangguk. Luhan tiba-tiba memelukku. Pandanganku mulai samar karena pusing yangku derita ini. Rasa mualku juga bertambah. Ahh iya aku belum memberi mereka minum. “Kalian mau minum apa?” Aku mencoba lebih focus, tetapi susah sekali pusingku ini benar-benar tidak bisa dikompromi. “Seo-ah Gwenchana? apa ada yang sakit? mukamu pucat sekali.” Aku menggeleng kemudian ketika aku hendak berdiri, rasanya ada sesuatu yang menimpa kepalaku. Akupun terjatuh kemudian pandanganku berubah menjadi gelap. ******************** Luhan POV “Seo-ah.. Ya Seo joohyun..” Aku menepuk-nepuk pipinya, tetapi dia tak kunjung sadar. Aku benar-benar panik sekarang. “Oppa.. Cepat bawa ke rumah sakit..” Ucap Sooyoung. Tanpa pikir panjang aku mengangkat tubuhnya menuju mobil dan membawanya menuju rumah sakit terdekat. Dirumah sakit, aku sudah menunggu 30 menit. Tetapi kenapa belum ada dokter yang keluar. Mereka tidak tahu jika aku sangat mengkhawatirkannya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa. “Oppa.. Sepertinya aku harus kembali ke Seoul.. Kau tidak apa-apakan sendiri disini?” Aku menatap Sooyoung. Dia pasti ada masalah pekerjaan. Akupun mengangguk kemudian Sooyoung berjalan menjauhiku. Sekarang hanya aku yang ada disini. Tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka dan seseorang keluar dari ruangan itu. “Apa kau keluarga Nyonya Seo Joohyun..” Ucap dokter itu. “Ne. Saya suaminya..” Dokter itu menghela nafas sebentar. kemudian kembali berkata. “Ikuti saya..” Aku mengangguk kemudian mengikuti dokter itu ke sebuah ruangan. Aku duduk disebrang tempat duduknya. “Anda harus lebih memerhatikan istri anda. Jika tidak akan sangat berbahaya bagi ibunya..” “Maksud dokter?” dokter itu menatapku dengan tatapan heran. “Apakah anda tidak tahu jika istri anda hamil..” Aku terkejut dengan perkataan dokter itu. Aku sungguh sangat senang. Yang kunanti-nantikan akhirnya datang juga di keluarga kecil kami. “Benarkah istri saya hamil?” dokter itu mengangguk kemudian berkata. “Ini sudah bulan yang pertama. Anda harus lebih berhati-hati menjaganya. Akan sangat berbahaya bagi ibu dan anak yang dikandungnya jika dia tidak bisa menjaga kesehatan.” Dokter itu menulis sebuah resep kemudian diberikan kepadaku. “Anda bisa meninggalkan ruangan saya.” “Terimakasih dokter.” Aku tidak menyangka jika akan terjadi seperti ini, seharusnya aku lebih memerhatikannya. Mulai sekarang aku berjanji akan memerhatikannya. Aku membuka pintu ruangan yang Seohyun tempati. Kulihat dia sudah sadarkan diri dan sedang menatap pemandangan diluar jendela. Aku duduk disebelah ranjangnya, dia kemudian menatapku. Aku tersenyum dan dia juga tersenyum. “Mianhae..” Ucapnya sedikit berbisik. “Aniya, Seharusnya aku yang meminta maaf..” aku menggenggam tangannya. “Gomawo…” “Untuk apa oppa?” dia terlihat keheranan. “Karena kau akan memberikan malaikat kecil pada kehidupan kita..” Seohyun tetap kebingungan tetapi kemudian dia senyumnya mengembang. “Aku Hamil oppa?” Dia bertanya sangat antusias. Aku mengangguk dan dia kemudian memelukku. Akupun membalasnya. “Aku berjanji akan lebih memerhatikanmu.” Ucapku. Kurasakan dia mengangguk disela-sela pelukan kami. ******************** “Oppa, aku mau boneka itu..” Seohyun merengek-rengek seperti anak kecil. semenjak dia hamil dan sekarang menginjak 5 bulan, banyak sekali yang dia inginkan. Entah apakah itu keinginan anaknya ataupun keinginan ibunya. “Seo-ah.. Bukankah sudah banyak boneka itu dirumah. Sudahlah tidak usah membelinya lagi.” Kulihat dia memajukan bibirnya kemudian menjauhiku. “Kau mau kemana?” “Pulang..” Ucapnya tanpa menatapku. Aku mengejarnya lalu meraih tangannya. “Baiklah kita beli boneka itu.” Aku menghela nafas, dia tersenyum penuh kemenangan. Tetapi dia kembali memajukan bibirnya. “Kenapa lagi..?” “Aku tidak ingin boneka itu. Tapi aku ingin Toppoki saja..” dia menarik-narik lengan jasku. “Tidak boleh.. Itu sangat pedas Seo-ah..” Aku melarangnya tiba-tiba dia berjalan menjauhiku lagi. Aku mengejarnya kembali “ Kau boleh beli apapun asal jangan toppoki..” dia membalikkan badanya menghadapku. “Aku tidak mau apapun. Lebih baik kita pulang saja…” Dia mengenggam tanganku kemudian menarikku menuju tempat parkir. Orang hamil itu memang sulit ditebak. Benar-benar membuat bingung. *********************** “Seo-ah, cepatlah istrirahat.” Seohyun baru saja selesai dari kamar mandi. Aku berusaha membantunya untuk merebahkan diri. Aku kasihan padanya, pasti sangat sulit dengan perut yang sudah membesar itu. “Kau cepatlah tidur. Bukankah besok kita harus kerumah sakit.” Aku mengelus-elus keningnya dan juga perutnya itu. “Oppa, Aku sangat takut..” Dia mendekatkan dirinya kepadaku, kemudian aku memeluknya dan dia tidur diatas dadaku. “Bukankah itu adalah tugas seorang ibu. Kau tidak perlu takut.” Aku menenangkannya kemudian kami terdiam. Aku hanya mengelus-elus perutnya pelan. Tiba-tiba dia mengenggam tanganku erat, aku tidak mengerti apa yang terjadi. “Oppa.. Appo..perutku sakit” dia merintih kesakitan. “Kita kerumah sakit sekarang” Aku panik seketika. Kemudian aku berdiri mencari kunci mobil. Setelah itu aku membantu Seohyun untuk berdiri. “Apa kau kuat?” Dia mengangguk sambil menahan rasa sakitnya itu. Disepanjang perjalanan, Seohyun tak henti-hentinya merintih kesakitan, aku tak tega melihatnya seperti itu. Aku melajukan kecepatan mobilku diatas rata-rata. ******************* “Seo-ah, kau pasti bisa..” Aku menyemangatinya. Sekarang kami sudah berada di ruang persalinan. Setelah aku berunding dengan dokter yang akan menangani Seohyun, aku diperbolehkan untuk menemaninya. “Oppa.. Sakit..” Dia mulai kesakitan lagi. Dan sekarang adalah waktunya. Suster dan dokter mulai mendekati kami dan memberi arahan. “Tenang diri anda nyonya. Tarik nafas anda dalam-dalam lalu buang..” Suster itu memberi Seohyun arahan. aku mengenggam tangannya dengan erat. Kulihat dia sangat kesakitan, aku tidak tega melihatnya. “Seo-ah.. Kau pasti bisa..” Dia mengeratkan genggaman kami. “Sakit oppa…” dia merintih kesakitan. Aku berusaha memberinya semangat dan mengelap keringat yang tercurur di dahinya. 15 menit kemudian Seohyun merenggangkan genggamannya. “Sudah selesai semuanya. Dia bayi yang sangat cantik.” Ucap dokter tersebut. Kemudian aku melihat seorang bayi yang masih dilumuri oleh darah dan dibawa oleh seorang suster. Aku tak percaya, sekarang aku sudah menjadi seorang ayah. “Seo-ah.. Gomawo..” Aku mengecup keningnya, dia tersenyum padaku. ********************* “Appa.. Aku mau boneka itu..” Rengek seorang gadis kecil yang kuberi nama Xi Seohan.. “Minta saja pada eommamu..” Ujarku. Dia kemudian memajukan bibirnya dan kemudian mulai menangis. “Aigoo.. Uljima. Mianhae..”aku berjongkok kemudian memeluknya. “Ya.. Xi Luhan apa yang kau lakukan pada anakmu?” Seohyun menghampiriku dan membentakku seperti itu. “Jangan membentakku seperti itu.” Aku terus mengelu-elus punggung Seohan. “Seohan-ah, Gwenchana?” Seohan melepaskan pelukanku. dia kemudian berlari pada eommanya. “Eomma.. Aku mau boneka itu.” dia menunjuk pada sebuah lemari yang berisi boneka yang sangat besar. “Bukankah kita sudah memilikinya..” seohyun memberi pengertian padanya. Seohan kembali cemberut. “Appa dan Eomma sama saja..” Seohan melipatkan kedua tangannya di depan dada. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. “Ayo kita pulang.” Aku mengajak Seohan dan Seohyun pulang. Kami mengandeng Seohan yang berada di tengah kami. “Seo-ah.. ” Aku memanggilnya dan dia menatap wajahku. “Gomawo sudah mau menjadi pendamping hidupku..” ucapku dan membuat dia tersenyum. “Nado oppa..” “Seo-ah.. dekatkan wajahmu..” kami berhenti berjalan, dia mendekatkan wajahnya lalu aku mencium bibirnya selam 3 detik. “Appa.. Eomma.. aku juga mau ppopo..” kami berjongkok kemudian mencium pipi Seohan secara bersamaan. Aku benar-benar bahagia bisa hidup bersama Seohyun. Karena Seohyun adalah cinta pertamaku dan juga cinta terakhirku. END gimana? bagus? Komen juseyo ^^ BaekYeon own2
Posted on: Thu, 19 Sep 2013 09:16:27 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015