Transfer Mahal Merusak Karier Pesepakbola (BAGIAN 3) Stewart - TopicsExpress



          

Transfer Mahal Merusak Karier Pesepakbola (BAGIAN 3) Stewart Downing Stewart Downing memang pemain bagus. Namun, ketika Liverpool membelinya seharga €22,8 juta dari Aston Villa pada tahun 2011, banyak pihak yang tersentak. Sekali lagi, Downing memang bagus, tapi mereka tidak melihatnya memiliki kualitas world-class yang pantas ditebus dengan nominal sebesar itu. Musim pertamanya di Anfield terhitung biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Dipadu dengan inkonsistensi The Reds, permainan Downing pun terlihat semakin tenggelam. Jonathan Woodgate Jonathan Woodgate adalah bagian dari skuad Leeds United yang menjadi sensasi di awal 2000-an. Woodgate pun diakui sebagai salah satu bek muda terbaik di daratan Eropa dan hijrah ke Newcastle dengan biaya transfer €13,5 pada 2003. Masa-masanya di Newcastle, seperti sebagian besar dalam lembaran kariernya kemudian, kerap diwarnai cedera. Jadi, ketika Real Madrid membelinya seharga €18,3 juta di tahun 2004, banyak yang meragukan Woodgate bakal sukses di Bernabeu. Benar saja, akibat cedera, Woodgate harus menunggu hingga 2005 untuk melakoni debut di Spanyol. Namun, debut itu jadi mimpi buruk baginya. Dia mencetak sebuah gol bunuh diri dan diusir wasit dengan kartu kuning kedua. Setelah itu, dia melompat ke beberapa klub lagi, termasuk Stoke, Tottenham dan Middlesbrough. Selama hampir 15 tahun berkarier sebagai pesepakbola profesional, Woodgate baru membukukan 356 penampilan. Andriy Shevchenko Pada masa-masa terbaiknya, baik bersama Dynamo Kiev maupun AC Milan, Andriy Shevchenko adalah salah satu striker paling mematikan dan mesin gol paling ditakuti di seluruh penjuru Eropa. Ketika direkrut Chelsea senilai €46 juta tahun 2006 silam, publik pun yakin Sheva bakal mengguncang persepakbolaan Inggris dengan gol-golnya. Itu tidak terjadi. Sheva memang mencetak gol di laga debutnya. Namun, dia seolah pemain yang berbeda dari ketika masih memperkuat Dynamo dan Milan. Entah akibat perubahan kultur atau banderol transfernya, karier Sheva di Stamford Bridge tak pernah mencapai level seperti saat dia berseragam Rossoneri. Fernando Torres Ketika Liverpool berhasil mengamankan jasa Fernando Torres pada tahun 2007, mereka telah mendapatkan striker muda yang tengah berada di masa keemasannya. Dia sensasional. Dalam keadaan on form, Torres adalah mimpi buruk bagi bek-bek paling tangguh Eropa sekali pun. Dia sulit dihentikan waktu itu. Dengan dukungan Steven Gerrard, Torres jadi semakin menakutkan. Rekornya bersama Liverpool sungguh fenomenal: 81 gol dalam 142 pertandingan di segala ajang. Enam bulan terakhirnya di Anfield, Torres mengalami penurunan, baik dari segi performa maupun kepercayaan diri. Apakah itu karena Rafael Benitez digantikan oleh Roy Hodgson atau ada sesuatu yang lain yang kita tidak pernah tahu? Apa pun itu, Torres kemudian hijrah ke Chelsea dengan rekor transfer Inggris sebesar €58,5 juta pada Januari 2011. Sejak itu, Torres tak pernah kembali lagi. Banyak yang merindukan sosok sejati Torres, bahkan hingga sekarang. Pasalnya, saat sedang top form, tak ada striker yang lebih baik darinya di Eropa. Andy Carroll Digaet Liverpool dari Newcastle dengan banderol €41 juta setelah The Reds menjual Torres ke Chelsea, Andy Carroll sebenarnya diplot jadi pengganti sepadan sang striker Spanyol. Carroll memiliki karakteristik seorang nomor 9 sejati. Dia tangguh dalam duel udara, punya insting gol mematikan, tendangan keras, dan kemampuan untuk berduel di atas tanah. Namun, setelah sempat dibelenggu cedera lutut, Carroll kesulitan masuk starting line-up Liverpool. Ketika Brendan Rodgers datang musim panas lalu, karier pemain timnas Inggris itu di Anfield pun bisa dibilang sudah habis. Dia lalu dipinjamkan ke West Ham, bahkan kini statusnya sudah permanen. Carroll adalah pemain fantastis di Premier League. Kepindahannya ke Liverpool pun mungkin tidak salah, hanya saja waktunya yang tidak tepat. Kaka. Dari pemain terbaik dunia menjadi penghangat bangku cadangan. Itulah kisah Kaka. Bersama AC Milan, Kaka memenangi segalanya, bahkan menjadi nomor satu di muka bumi. Namun, semua berubah hanya dalam sekejap mata. Setelah terbang ke Real Madrid dengan banderol €65 juta pada 2009, karier Kaka seolah terjun bebas. Jangankan menampilkan permainan magisnya, atau mencetak gol indah dan merancang assist brilian, masuk starting line-up saja dia harus bersusah payah. Sama seperti ketika Sheva pindah ke Chelsea, Kaka pun kesulitan menemukan performa terbaiknya. Dalam beberapa kesempatan, memang ada momen-momen di mana kita berkata Kaka is back, akan tetapi itu tidak bertahan cukup lama. Seiring dengan penunjukan Carlo Ancelotti sebagai arsitek baru Los Merengues, ada pula harapan Kaka kembali menjadi Kaka yang sesungguhnya. Saat berada dalam top form, tak banyak pemain lain di jagat ini yang lebih baik daripada dia.
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 14:34:12 +0000

Trending Topics




© 2015