UKHWAH.....! Alangkah indahnya gagasan, bila ada pendukungnya. - TopicsExpress



          

UKHWAH.....! Alangkah indahnya gagasan, bila ada pendukungnya. Alangkah indahnya pendukung bila dibingkai dengan amal jama`i dan dijiwai persaudaraan. Tentu saja persaudaraan disini tidak dengan arti kronisme, najis yang melahirkan kezaliman yang menimpa semua yang bukan `saudara` atau `kefamilian` yang membuat semua tatanan kacau karena pameo “saya keponakan Bapak” atau “tolong masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan”, dengan konotasi “sogok”, “suap” dan segala derivatnya. Suara merdu persaudaraan sepatutnya didominasi oleh nuansa bening. Serendah-rendahnya bermuatan “kelapangan hati” dan setinggi-tingginya “itsar” : memprioritaskan saudara melebihi diri sendiri. Karena seperti pesan Bapak persaudaraan islam abad XX Assyahid Hasan Al Banna : “saudara yang lurus memandang pada saudaranya lebih utama dari pada dirinya sendiri “. Karena seandainya ia tidak bersama mereka, maka ia tidak akan bersama siapa-siapa. Sebaiknya bila mereka tidak bersamanya, maka mereka dapat bersama dengan yang lainnya. Tentu saja hal ini sangat berat diterima oleh orang yang menafsirkannya sebagai primordialisme, sekarianisme dan fanatisme. Cobala lengkapi lagi dengan pernyataan sebelumnya: “Yang kumaksud dengan Ukhuwah ialah bertautnya hati dan jiwa dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah ikatan yang kuat dan mahal. Ukhuwah itu adalah saudara iman dan perpecahan itu saudara kufur. Ada hamba-hamba Allah bukan nabi, bukan syuhada namun `diiri` oleh para nabi dan syuhada dihadapan Allah. “Mereka orang -orang yang salaing menyintai dengan ruh Allah, bukan karena hubungan sedarah atau hubungan kepentingan memperoleh kekayaan. Demi Allah, wajah-wajah mereka cahaya. Mereka takkan merasakan ketakutan ketika banyak orang yang ketakutan dan tidak bersedih, bila ummat manusia bersedih (HR Ahmad) Bersaudara dalam senang dan susah Belakangan, jama`ah dengan sejumlah prestasi gemilang dan nilai-nilai yang dijunjung yang diwarisi sang imam ini, juga digelari sebagai zuwwarussijn (pengunjung tetappenjara), yang kerap tanpa landasan hukum yang jelas. Saat penghuni lainnya berkelahi memperebutkan selimut yang takk cukup, air yang kurang, makanan yang minim dan bangsal penjara yang penuh sesak, mereka telah selesai menata siapa yang banyak hafalan, sepenuh AlQuran, sepertiganya, setengahnya dan seterusnya. Atau lebih dalam atau luas ilmunya, untuk kemudian segera memulai program menghafal AlQuran, kuliah penjara atau program lainnya. Mereka keluar dengan peningkatan prestasi AlQuran, tambahan bahasa asing dan selesai strata kuliah dengan gemilang. Yang tidur belakangan merelakan pangkuannya menjadi bantal bagi saudaranya dan sebaliknya. “………Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mu`min dan merukunkan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua yang ada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. ( QS: Al Anfal 62-63) Banyak orang mengira dapat mengahancurkan mereka dengan cara melemparkan fitnah kedalam shaft, serangan fisik dan penghancuran berbagai sarana dan prasarana. Mungkin kepala dapat berpisah dari jasad dan perbedaan ide menajam namun Ukhuwah tetap kokoh dan abadi tidak tergoyahkan oleh keterbatasan sifat-sifat kemanusiaan. Ukhuwah yang jujur dan benar Amal apapun memerlukan kesungguhan dalam menunaikannya, termasuk kesungguhan berukhuwah. Dia bukanlah senyum formal ketika bertemu sesama, atau kalimat simpati bila sang saudara tertimpa musibah. Ia adalah Inisiatif, bukan menunggu, memberi, bukan menuntut, tangan diatas atau bukan tangan dibawah. Seorang aktifis terperangah ketika ia mendapat jawaban yang tak pernah ia banyangkan sebelumnya. “Engkau mengeluh saudaramu tak menegurmu, tak mendahuluimu dengan salam dan saudaramu yang lain tidak dinamis dan produktif? Apakah engkau sendiri telah memulai teguran dan salam kepadanya? Tidakkah engkau sadar bahw tak ada lagi yang menjadi teladanmu, engakaulah yaang menjadi teladan mereka dan ditanya Allah atas kepemimpinanmu. Banyak orang bersaudara karena kesatuan suku, usaha atau partai, ormas atau jama`ah. Tidak sepatutunya Ukhuwah Islamiyah dibatasi oleh tembok-tembok rapuh. Karenanya membicarakan keburukan orang (ghibah), membawa berita yang membawa permusuhan (naminah), serta memata-matai orang lain (tajassus) tidak semata halal karena mereka bukan saudara seorganisasi. Siapapun mereka, dalam ikatan iman, telah memiliki `kesaklaran` Ukhuwah yang pantang dinodai. Betapa mengerikan kelakuan beruang, singa dan harimau yang mencabik-cabikan daging mangsanya. Lebih mengeriakn lagi makhluk yang berdasi, berkopiah, bersorban dan `berperadaban` yang memakan daging saudaranya sendiri. Abdullah bin Amir bin Ash `kecewa` karena pengintainya kepada rumah seseorang calon penghuni sorga gagal total, karena ia tidak menemukan ibadah-ibadah unggulan yang dilakukan saudaranya tersebut. Namun ia merasa terhibur ketika saudaranya tersebut mengatakan : ” Yang selalu kujaga ialah, tak pernah aku menutup mata untuk tidur, sebelum melepas perasaan tak baik terhadap sesama muslim”. Seseorang telah mencerca Ummu`l Mu`minin Aisyah Radhiyallhu`anha, didepan Ammar bin Yasir Radiyallahu`anhu yang dalam wa`qah Jamal (insiden /perang unta) Ammar jelas berpihak pada Ali bin Abi Thalib RA. Tapi apa kata Ammar? “Diam engkau wahai siburuk lupa, akankah kau sakiti kecntaan Rasulullah SAW, Aku bersaksi bahwa ia adalah isterinya disorga. Ibunda kita Aisyah radhiyallahu`anha telah memilih jalannya dan kita tahu ia adalah isteri Rasulullah SAW du dunia dan akhirat. Akan tetapi Allah telah menguji kita dengannya, agar ia tahu apakah kepada-Nya kita taat kepadanya.” Muawiyah radhiyallahu`anhu yang dengan permintaannya sendiri meminta Dhirar menceritakan sifat Ali bin Abi Thalib radhiyallah`anhu , menangis tak tertahankan setelah mendengar dan membenarkan penuturan sifat-sifat Utama Ali bin Abi Thalib. “Bagaimana sedihmu terhadapnya, wahai Dhirar? ” tanya Mu`awiyah. “Seperti sedihnya seorang ibu yang anak tunggalnya disembelih di pangkuannya sendiri, tak akan berhenti airmatanya dan tak akan berhenti dukanya ….”, jawab Dhirar. Ketika Imam Ali bin Abi Thalib ditanya, apakah lawan-lawan politiknya itu musyrikin? jawabnya: justru dari kemusyrikinan itu mereka berlari. “jadi siapa mereka itu? Mereka ikhwan (saudara) kita, berontak kepada kita, jelas Ali. Suatu hari Ibnu Abbas ra menuntun kendaraan Zaid bin Tsabit, padahal ia sedang berbeda pendapat yang sangat tajam pada Zaid bin Tsabit pada suatu masalah dan yakin akan kebenaran Ijtihadnya dan kesalahan pada Ijtihad Zaid bin Tasbit. ” Tak usahlah , wahai putera paman Rasulullah SAW,” pinta Zaid. “Demikianlah kami diperintahkan ulama dan pembesar-pembesar kami.” jawab Ibnu Abbas. “Tolong perlihatkan tanganmu,” pinta Zaid. Ketika Ibnu Abbas memperlihatkan tangannya, segera Zaid menciumnya.” Begitulah kami diperintahkan kepada ahli bait Rasulullah SAW,” ujar Zaid. Saudara dan Persaudaraan Arrabi` Al- Aslami, dari generasi gemilang sahabat yang jadi relawan dan melayani keperluan sehari-hari Rasulullah SAW diminta mengajukan permintaan oleh Rasulullah SAW. Apa jawab Arrabi` : “kuminta agar tetap dapat menemanimu di surga,” sahautnya. Al-Hasan Al-Bashri mungkin mewakili kalangan jernih, seperti juga Arrabi`, dengan kesederhanaan hidup dan ketajaman pandangan, berujar, “Tak ada yang tersisa dari kehidupan kecuali tiga: Pertama, saudara (akh)-mu yang dapat kau peroleh kebaikan dari bergaul dengannya. Bila kamu tersesat dari jalan yang lurus maka ia akan meluruskanmu. Kedua, Sholat dalam keterpaduan; engkau akan terlindung dari `melupakannya` dan meliput ganjarannya. Ketiga, Cukuplah kebahagiaan hidup bila engkau tidak punya beban tuntutan seseorang dihari kiamat.” Dilematis, persaudaraan dan persahabatan yang hampa nilai, saat tak ada diperlukan , saat diperlukan tak berguna. ( Allahu yarham Rahmad Abdullah )
Posted on: Sun, 27 Oct 2013 07:27:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015