WASPADA TERHADAP KISAH-KISAH TAK NYATA (6/6) (SYAIKH MUHAMMAD BIN - TopicsExpress



          

WASPADA TERHADAP KISAH-KISAH TAK NYATA (6/6) (SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB MENCELA NABI?!...) SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB MENCELA NABI?! Kisahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sering mendapatkan tuduhan-tuduhan dan kisah-kisah dusta, semua itu dengan tujuan untuk melarikan manusia dari dakwahnya. Diantara kisah yang paling mencuat adalah bahwa merendahkan Nabi SAW dan membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: “Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkatku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali”. Sekadar Bualan Tuduhan merendahkan Nabi Muhammad bukanlah hal yang baru. Semenjak masa hidup Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sudah ada orang yang menuduh beliau seperti itu , lalu beliau menjawab tuduhan tersebut: “Maha Suci Engkau Ya Allah, ini adalah kedustaan yang nyata. Namun hal itu tak aneh, karena memang sejak dahulupun sudah ada orang yang menuduh Nabi Muhammad bahwa beliau mencela Isa bin Maryam dan mencela orang-orang shalih, hati mereka serupa, mereka juga menuduh Nabi Muhammad bahwa beliau mengatakan kalau Malaikat, Isa dan Uzair tempatnya di Neraka, maka Allah menurunkan ayat tentang hal itu: إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (QS. Al-Anbiya’: 101) Beliau juga berkata: “Aduhai, bagaimana hal ini bisa diterima oleh orang yang berakal. Adakah seorang muslim, kafir, sadar bahkan orang gila yang mengatakan ucapan seperti itu?!!”. Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdil Wahhab juga membantah tuduhan ini: “Adapun tuduhan yang didustakan kepada kami -dengan tujuan untuk menutupi kebenaran dan menipu manusia- bahwa kami merendahkan kedudukan Nabi kita Muhammad dengan ucapan kami: “Nabi tidak berguna sama sekali di kuburnya, dan tongkat seorang diantara kami lebih bermanfaat baginya daripada nabi, dan beliau tidak memiliki syafa’at, dan ziarah ke kuburnya tidaklah disunnahkan, kami melarang shalawat kepada Nabi…Semua ini hanyalah khurafat yang jawaban kami seperti biasanya: “Maha Suci Engkau Ya Allah, ini adalah kebohongan yang nyata. Barangsiapa yang menceritakan hal itu dari kami atau menisbatkannya kepada kami, maka dia telah berdusta dan berbohong kepada kami. Barangsiapa yang menyaksikan keadaan kami dan menghadiri majlis ilmu kami serta bergaul dengan kami, niscaya dia akan mengetahui secara pasti bahwa semua itu adalah tuduhan palsu yang dicetuskan oleh musuh-musuh agama dan saudara-saudara Syetan untuk melarikan manusia dari tunduk dan pemurnian tauhid hanya kepada Allah saja serta peringatan keras dari beragam jenis kesyirikan. Keyakinan kami bahwa kedudukan Nabi kita Muhammad adalah kedudukan makhluk yang paling tertinggi secara mutlak, dan beliau hidup di kuburnya dengan kehidupan barzakhiyyah (di alam barzakh, antara dunia dan akherat -pent-) yang melebihi kehidupan para syuhada’ yang ditegaskan dalam Al-Qur’an, sebab tidak diragukan lagi bahwa beliau lebih utama daripada mereka, beliau juga dapat mendengar salamnya orang yang menyampaikan salam kepadanya, disunnahkan ziarah ke kuburnya, dan barangsiapa yang menyibukkan diri dan mengisi waktunya dengan shalawat kepada Nabi berupa shalawat yang dicontohkan, maka dia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat”. Salah seorang ulama Nejed menulis risalah bantahan terhadap tulisan yang dimuat dalam koran Al-Qiblat, dimana penulisnya menuduh bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya mengatakan bahwa tongkat itu lebih bermanfaat daripada Nabi: “Allah Akbar! Allah Maha Besar dari perilaku para penyesat yang ingin melarikan manusia dari agama Allah dan mengahalangi manusia dari jalan Allah, mereka menginginkan kerusakan di muka bumi. Barangsiapa yang menuduh kami seperti ini maka baginya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia, Allah tidak menerima tebusan darinya, dan Allah membongkar kedoknya di khayalak ramai pada suatu hari dimana tidak bermanfaat lagi alasan manusia. Subhanallah, bagaimanakah hal ini terbetik dalam benak seorang yang berakal, jahil atau gila? Ucapan seperti ini tidak mungkin diucapkan oleh seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sungguh tidak ada yang mengucapkannya kecuali seorang yang lebih sesat daripada keledai miliknya. Kita memohon kepada Allah dari kegersangan hati, tidak mungkin kita mengucakan ucapan seperti ini, Maha suci Engkau Ya Allah, ini kedustaan yang nyata”. Syaikh Abdullah bin Ali al-Qashimi berkata: “Adapun apa yang disebutkan dalam kitab Khulashatul Kalam karya pembohong besar Dahlan bahwa Syaikh (Muhammad bin Abdil Wahhab) mengatakan bahwa tongkat lebih baik daripada Rasul, dimana ucapan itu dilontarkan di hadapannya dan beliau mendengar serta menyetujuinya, maka semua ini hanyalah kebohongan yang sangat murah harganya. Kita menantang orang rafidhah ini dan seluruh kawan-kawannya agar mereka membuktikan ucapan ini dari salah seorang Wahabi, tak usah terlalu jauh-jauh kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab atau seorang ulama dari pengikutnya, cukuplah kita meminta kepada mereka dari seorang yang bodoh di kalangan mereka (Wahabi). Kalau sekedar berbohong, semua orang juga bisa, hatta yang paling bodohpun! Apabila seorang mendebat lawannya dengan kebohongan, hal itu berarti dia berpegang kepada pegangan yang sangat kropos dan menjadi orang yang merugi dalam perniagaan”. Seorang dari Negeri Cina pernah melontarkan sebuah pertanyaan ini: Banyak beredar sebuah issu bahwa Wahhabiyun mengatakan: Tongkatku ini lebih baik daripada Muhammad!! Karena tongkatku masih sering saya butuhkan, berbeda dengan Muhammad Rasulullah, dia telah meninggal dunia!! Apakah issu ini benar ataukah hanya sekedar tuduhan?! Pertanyaan ini dijawab oleh Syaikh Muhammad Sulthan al-Ma’shumi: “Ucapan ini hanyalah tuduhan sangat nyata, dicetuskan oleh orang-orang yang memiliki tujuan-tujuan kotor. Ucapan ini hanyalah kebohongan yang disebarkan oleh para pendusta dan penyebar kesesatan, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab Wahabi, diantaranya seorang ulama Nejed, Syaikh Sulaiman bin Sahman dalam beberapa karya tulisnya. Semoga Allah menghancurkan para penyebar kerusakan dan para fanatis golongan, mereka telah membuang sifat malu dari wajah-wajah mereka. Kenyataan yang sebenarnya: Wahabi adalah golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah yang konsisten di atas jalan yang lurus. Ya Allah, Tunjukilah kami kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Tunjukilah kami kebatilan dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya dengan karuniMu wahai Dzat Yang Maha penyayang”.Dan bukti-bukti kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab banyak sekali, bukan di sini uraiannya. WASIAT SYAIKH AHMAD PENJAGA HUJROH NABI Selebaran Laris Manis Sering kita temukan selebaran wasiat dusta yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad, penjaga hujrah Nabi. Sebuah selebaran yang sangat laris manis, banyak beredar di berbagai negara semenjak puluhan tahun yang lalu. Dalam wasiat tersebut terdapat janji kebaikan bagi orang yang menulisnya tiga puluh kali dan membagikan kepada kenalannya, sebaliknya petaka akan menimpa bagi seorang yang mengabaikannya dan tidak berpartisipasi dan menulis dan mengedarkannya. Dalam selebaran tersebut dikatakan bahwa Syaikh Ahmad, sang penjaga hujroh Nabi bertemu dengan Nabi dan mendapatkan wasiat-wasiat dari beliau untuk disebarkan. Ulama Ramai Membantah Telah banyak para ulama yang memperingatkan dari wasiat bohong ini, diantaranya adalah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dalam Fatawa-nya 1/240-242, Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam risalahnya At-Tahdzir Minal Bida’, Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan dalam Al-Bayan li Akhta’ Ba’dhi Kuttab hal. 221-227 dan lain sebagainya. Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: “Saya tidak menyangka sebelumnya kalau wasiat batil ini laris di kalangan orang yang sedikit memiliki pengetahuan dan fithrah yang sehat, tetapi banyak diantara saudaraku memberikan informasi kepadaku bahwa wasiat ini laris manis di tengah-tengah mayoritas manusia, bahkan sebagian diantara mereka membenarkannya. Oleh karenanya, saya memandang bahwa kewajiban orang sepertiku untuk menulis penjelasan tentang kebatilan isi wasiat ini dan kebohongan terhadap Rasulullah agar manusia tidak tertipu dengannya. Setiap orang yang memiliki ilmu dan keimanan serta fithrah sehat apabila mau merenunginya, niscaya dia kan mengetahui bahwa wasiat ini bohong belaka ditinjau dari berbagai sudut pandangannya. Saya telah bertanya kepada sebagian kerabat Syaikh Ahmad yang dinisbatkan kedustaan wasiat ini kepadanya, lalu dia memberikan jawaban kepadaku bahwa ini hanyalah kedustaan yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad, beliau tidak pernah mengatakannya sedikitpun, Syaikh Ahmad tersebut telah lama meninggal dunia. Anggaplah memang benar kalau Syaikh Ahmad atau bahkan orang yang lebih tinggi darinya mengaku bahwa dia melihat Nabi dalam keadaan mimpi atau sadar lalu Nabi memberikan wasiat ini kepadanya, niscaya kita akan mendustakannya secara pasti, dan sebenarnya yang mengatakannya adalah Syetan, bukan Nabi…”. Lembaga riset fatwa dan dakwah Saudi Arabia telah mengeluarkan penjelasan yang mengingatkan manusia agar berwaspada dari wasiat bohong ini. Berikut teks fatwa mereka:Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam bagi rasulnya, keluarga dan para sahabatnya. Amma Ba’du:Memang mungkin saja secara akal dan syari’at seorang muslim bisa bermimpi melihat Nabi dalam bentuk aslinya, sehingga mimpinya itu benar, karena Syetan tidak mungkin menyerupai beliau. Hal ini berdasarkan sabdanya: مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِيْ, فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِيْ Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sesungguhnya dia benar-benar melihatku, karena Syetan tidak mungkin bisa menyerupaiku. (HR. Ahmad dan Bukhari dari Anas) Namun seorang bisa jadi berdusta mengaku mimpi melihat Nabi tetapi dia mensifatkannya kepada kita ciri-ciri Nabi dengan benar, atau bisa jadi juga dia mimipi melihat seorang yang tidak sesuai dengan sifat Nabi, tetapi syetan membisikan kepadanya bahwa itu adalah Nabi padahal sebenarnya bukan. Mimpi yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad, penjaga hujrah Nabi tidak benar adanya, cerita ini hanya dibuat-buat belaka. Hal ini sangat nampak jelas sekali, betapa sering seorang tak dikenal mengaku bernama Syaikh Ahmad dan mengaku mimpi melihat Nabi. Syaikh Ahmad, penjaga hujrah Nabi telah lama meninggal dunia sebagaimana informasi para kerabatnya ketika diklarifikasikan masalah ini, dan mereka mengingkari adanya mimpi ini, padahal mereka adalah orang yang paling dekat dan paling mengerti tentang keadaannya. Seandainya penisbatan ini benar, maka hanya ada dua kemingkinan; mungkin ini adalah dusta kepada Nabi, atau ini hanyalah impian dan khayalan belaka yang didesuskan oleh Syetan kepada orang yang bermimpi, bukan mimpi sebenarnya. Hal yang menunjukkan batilnya mimpi ini adalah banyaknya hal yang sangat bertentangan dengan fakta dan syari’at Rasulullah. Adapun bertentangan dengan fakta, karena selebaran ini tetap disebarkan padahal kerabat dekatnya sendiri mengingkarinya. Sedangkan pertentangannya dengan syari’at maka banyak sekali, diantaranya: Pertama: Informasi tentang jumlah umat ini yang mati tidak di atas Islam setiap jum’atnya. Hal ini merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui oleh manusia, ini hanya diketahui oleh Allah dan para rasul yang diberi wahyu pada saat mereka masih hidup, sedangkan wahyu kerasulan sekarang telah terputus dengan wafatnya Nabi Muhammad. قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّـهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ ٦٥ “Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah”. (QS. An-Naml: 65) عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا٢٧ “Dialah (Allah) Yang Mengetahui perkara ghaib, maka Dia tidak memperlihatkannya kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhainya, sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS. Al-Jinn: 26-27) مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّـهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗوَكَانَ اللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ٤٠ “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi”. (QS. Al-Ahzab: 40) Kedua: Dia mengkhabarkan bahwa Nabi mengatakan: “Saya sangat malu dengan perbuatan manusia yang penuh dosa, saya tidak bisa menghadap Rabbku dan Malaikat”. Ini termasuk kebohongan dan kedustaan, sebab Nabi Muhammad tidak mengetahui keadaan umatnya setelah meningal dunia, bahkan ketika masih hidup-pun beliau tidak tahu kecuali yang beliau lihat sendiri atau informasi dari orang yang menyaksikannya, atau mendapatkan wahyu dari Allah. Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah pernah berkhutbah: Wahai sekalian manusia, kalian akan dikumpulkan di hadapan Allah dengan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak khitan, beliau lalu membacakan firman Allah: يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ ١٠٤ “Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati”. (Al-Anbiya’: 104) Kemudian beliau melanjutkan: “Ketahuilah bahwa nanti akan didatangkan beberapa orang umatku dari arah kiri, lalu saya berkata: Wahai Rabbku! Mereka sahabatku!!, kemudian dikatakan: Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kematianmu. Maka saya mengatakan seperti ucapan hamba shalih: مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّـهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَّا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ١١٧ “Aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada diantara mereka. Maka setelah engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al-Maidah: 117) Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka tetap dalam kemurtadan mereka semenjak engkau meninggalkan mereka”. (HR. Bukhari) Anggaplah bahwa beliau mengetahui keadaan umatnya setelah wafat, namun tumpukan dosa umatnya tidaklah membuat beliau harus malu dan keberatan diri. Telah shahih dalam hadits syafa’at bahwa karena dahsyatnya hari itu, maka manusia baik yang kafir maupun mukmin meminta syafa’at kepada Nabi mereka masing-masing, lalu seluruh para nabi mengemukakan alasan tidak bisa memberikan syafa’at, sehingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad dan memintanya agar memberikan syafa’at kepada Allah, kemudian Nabipun memenuhi permintaan mereka dan tidak menolak permohonan mereka atau marasa malu karena banyaknya dosa mereka, beliau kemudian sujud di bawah Arsy dan memuji Allah sehingga diperintahkan untuk mengangkat kepalanya dan memberikan syafa’at keada mereka. Setelah itu mereka pergi untuk berurusan denga hisab (pembalasan). Semua itu beliau lakukan tanpa terhalangi oleh rasa malu untuk bertemu dengan Rabbnya dan para Malaikat. Ketiga: Dalam wasiat itu diberitakan tentang pahala menulis wasiat ini dan menyebarkannya dari tempat ke tempat lainnya, padahal penentuan pahala perbuatan merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui kecuali hanya Allah semata, sedangkan wahyu telah terputus dengan wafatnya penutup para Nabi. Dengan demikian, maka pengakuan mengetahui hal tersebut merupakan kebatilan nyata. Hal ini telah diakui oleh syaikh Ahmad dalam wasiat bohongnya: “Barangsiapa menulisnya sedangkan dia miskin papa, niscaya Allah menjadikannya kaya raya, kalau dia berhutang niscaya Allah akan melunasinya, kalau dia berdosa niscaya Allah akan mengampuninya dan juga kedua orang tuanya”. Semua ini hanyalah kebohongan semata. Demikian pula ancaman kerasnya terhadap orang yang tidak menulisnya dan menyebarkannya bahkan dia menvonis orang tersebut bakal tidak mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad dan wajahnya akan menjadi hitam di dunia dan akherat. Ini juga termasuk perkara ghaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah, maka menginformasikannya sedangkan wahyu telah terputus merupakan kedustaan. Demikian pula ucapannya: “Barangsiapa mempercayainya, niscaya akan selamat dari siksa Neraka dan barangsiapa yang mendustakannya maka dia telah kafir, keluar dari agama”. Hal ini juga kedustaan dan kebohongan, sebab tidak memercayai mimpi selain Nabi tidak termasuk kekufuran dengan kesepakatan kaum muslimin. Keempat: Semua yang dia khabarkan berupa janji dan ancaman tersebut mengandung sebuah unsur syari’at untuk menganjurkan penulisan wasiat ini dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia agar supaya diamalkan dan diyakini pahala yang tertera di dalamnya. Demikian pula mengandung syari’at haramnya menyembunyikannya, tidak menyebarkannya, atau memperingatkan manusia darinya, karena khawatir tertimpa ancaman keras berupa haramnya Syafa’at Nabi baginya serta hitamnya wajah di dunia dan akherat kelak. Kelima: Tidak ada kesesuaian antara amalan dan ganjarannya. Hal ini membuktikan kedustaan wasiat ini. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang merupakan kedustaan nyata. Oleh karenanya maka kewajiban bagi setiap muslim untuk waspada dari wasiat ini dan berusaha untuk melenyapkannya. Hanya kepada Allah kita memohon taufiq. Shalawat dan salam bagi Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya”. KHOTIMAH Al-Hamdulillah, itulah sebuah kata yang senantiasa hendaknya kita ucapkan seiring dengan selesainya tulisan ini. Semoga Allah menjadikan tulisan ini ikhlas hanya mengharapkan ridho-Nya serta bermanfaat bagi para hamba-Nya. Saudaraku, demikianlah beberapa kisah yang tidak shohih. Kami menyodorkannya kepada anda agar kita mewasapadainya semua. Sengaja kami cukupkan sampai 20 kisah saja agar tidak terlalu memperpanjang jumlah halaman. Hal ini sama sekali bukan berarti sebagai pembatasan namun hanya sekedar contoh saja. Sebenarnya, masih banyak lagi kisah-kisah tak nyata lainnya yang perlu dikritisi dan dicatat dalam buku ini, tetapi semoga apa yang kami sampaikan di atas cukup mewakili agar kita lebih kritis lagi. Apalagi, yang kami fokuskan dalam buku ini adalah kisah-kisah yang populer di masyarakat atau penuntut ilmu, khususnya apabila kisah-kisah tersebut memiliki dampak negatif seperti penyimpangan aqidah, celaan kepada para Nabi dan Ulama, tuduhan dusta dan lain sebagainya. Adapun kisah-kisah lainnya yang tidak mengandung dampak negatif dan bathilnya matan kisah, maka hal itu lebih ringan perkaranya. Fahamilah! Akhirnya, inilah yang dapat kami utarakan, kami menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karenanya besar harapan kami saran, kritik dan tambahan dari saudara pembaca sehingga bisa menjadi perbaikan di kemudian hari. Kita berdoa kepada Allah agar menambahkan kepada kita semua ilmu yang bermanfaat, keimanan yang kuat dan amal sholeh. Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi Artikel: abiubaidah/ DAFTAR PUSTAKA 40 Masalah Agama, KH. Sirojuddin Abbas Adh-Dhuafa Al-Kabir, al-Uqaili Adhwaul Bayan, as-Sinqithi Ad-Durar ats-Tsaminah Fi Tarikhil Madinah, Ibnu Najjar Ahkam Nazhor Ila Muharromat, Abu Bakar al-‘Amiri Ajwibah Al-Masail Ats-Tsaman, Muhammad bin Sulthon al-Ma’shumi Al-Aqwal Syadzah fi Tafsir, Abdur Rahman ad-Dahsy Al-Asror al-Marfu’ah, Mula Ali al-Qori Al-Awashim Minal Qowashim, Ibnul Arabi Al-Bayan li Akhto’ Ba’dhi Kuttab, Shalih bin Fauzan al-Fauzan Al-Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir Al-Fawaid al-Majmu’ah, Asy-Syaukani Al-Haj Al-Mabrur, Abu Bakar al-Jazairi Al-Ishobah, Ibnu Hajar Al-Isro’ wal Mi’roj, al-Albani Al-Jama’at Islamiyyah, Salim bin Ied al-Hilali Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, al-Qurthubi Al-Majruhin, Ibnu Hibban Al-Maqosidhul Hasanah, as-Sakhowi Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi Al-Muhalla, Ibnu Hazm Al-Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitab Tauhid, Ibnu Utsaimin Al-Uqud Ad-Durriyyah, Ibnu Abdil Hadi Ar-Rohiqul Makhtum, Syafiyyur Rahman al-Mubarokfuri Ash-Shiro’ul Bainal Islam wal Watsaniyyah, Abdullah bin Ali al-Qoshimi Ash-Shorimul Munki, Ibnu Abdil Hadi As-Syihab Ats-Tsaqib fi Dzabbi ‘an Tsa’lbah bin Hathib, Salim bin I’ed al-Hilali At-Tahdzir Minal Bida’, Abdul Aziz bin Baz At-Tashfiyah wa Tarbiyah, Ali bin Hasan al-Halabi At-Tawassul wal Wasilah, Ibnu Taimiyyah At-Tawassul, ‘Anwauhu wa Ahkamuhu, al-Albani At-Tawashul ‘Ila Haqiqati Tawassul, Muhammad Nasib ar-Rifa’i Dalail Nubuwwah, al-Baihaqi Dho’if Jami’ Shoghir, al-Albani Difa’ Anil Hadits Nabawi was sirah, al-Albani Faidhul Qodir, al-Munawi Fatawa Islamiyyah, kumpulan Abdul Aziz al-Musnid Fatawa Lajnah Daimah Fatawa Muhammad Rosyid Ridho Fathul Bari, Ibnu Hajar Fathul Mughits, as-Sakhowi Ghoyatul Amani Fi Roddi Ala Nabhani, Mahmud Syukri al-Alusi Hadzihi Mafaahimuna, Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh Hilyatul Auliya’, Abu Nuaim Hasyiyah Ala Syarhil Idzah Fi Manasikil Hajji Li Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Haitami I’tiqod Ahli Sunnah wal Jama’ah, KH. Sirojuddin Abbas Iqtidho’ Shiratil Mustaqim, Ibnu Taimiyyah Irwaul Gholil, al-Albani Kamus Istilah Populer Kutub Hadzaro Minha Ulama, Masyhur bin Hasan Salman Lisanul Mizan, Ibnu Hajar Lubab Nuqul fi Asbab Nuzul, as-Suyuthi Madarij Salikin, Ibnu Qoyyim Majalah Al Furqon, Gresik Majalah al-Buhuts Islamiyyah, Saudi Arabia Majalah At-Tauhid, Mesir Majma’ Zawaid, al-Haitsami Majmu Fatawa wa Maqolat, Ibnu Baz Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Majmu’ah Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Maqolat Al-Albani, kumpulan Nuruddin Tholib Masawi’ul Akhlaq, al-Khoroithi Meluruskan Sejarah Wahhabi, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar Membongkar Kebohongan Buku Kiai Nu Menggugat.., Tim Bahtsul Masail PC NU Jember Minhaj Sunnah, Ibnu Taimiyyah Mizanul I’tidal, adz-Dzahabi Mu’jam al-Buldan, al-Hamawi Mu’jam Al-Kabir, Ath–Thobaroni Nur Ala Darb, Shalih bin Fauzan al-Fauzan Nuzhatun Nazhor Fi Taudhih Nukhbatil Fikar, Ibnu Hajar al-Asqolani Qishotu Harut wa Marut Fi Mizanil Manqul wa Ma’qul, Dr. Iyadah bin Ayyub al- Kubaisy Qoshoshun Laa Tatsbutu, Masyhur bin Hasan Salman dan Yusuf al-‘Atiq Shohih Bukhori Shohih Muslim Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah, al-Albani Siyar A’lam Nubala’, Adz-Dzahabi Sunan Abu Dawud Sunan Tirmidzi Sunan Nasa’i Sunan Ibnu Majah Syarh Hadits Nuzul, Ibnu Taimiyyah Syarh Riyadh Sholihin, Ibnu Utsaimin Syifa’ Shudur fi Roddi Ala Jawabil Masykur, Muhammad bin Ibrohim dkk Syu’abul Iman, al-Baihaqi Tafsir Al-Qur’anil Azhim, Ibnu Katsir Tahdzib Tahdzib, Ibnu Hajar Taisir Aliyyil Qodir, Muhammad Nasib ar-Rifa’i Taisirul Karimir Rohman, Abdur Rahman as-Sa’di Tajrid Asma Shohabah, adz-Dzahabi Takhrij Ihya’, al-‘Iroqi Tanzih Syari’ah, Ibnul ‘Arroq Tarikh Baghdad, al-Khothib al-Baghdadi Tarikh Nejed, Ibnu Ghonnam Tsa’labah bin Hathib As-Shohabi Al-Muftaro Alaihi, Addab Mahmud al-Himsy Tuhfatul Qori fir Raddi ‘ala al-Ghumari, Hammad al-Anshori Usdul Ghobah, IbnulAtsir Ushulun fi Tafsir, Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin Wafayat A’yan, Ibnu Khollikan Zadul Ma’ad, Ibnu Qoyyim
Posted on: Sat, 14 Sep 2013 01:52:55 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015