Wahai para suami renungkanlah sabda dan nasihat Nabi kalian - TopicsExpress



          

Wahai para suami renungkanlah sabda dan nasihat Nabi kalian Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam, suami teladan umat ini.. “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku”. HR At-Thirmidzi dan Ibnu majah] “Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik- baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri- istrinya”. [HR At-Thirmidzi dan Ibnu Majah] Berkata Asy-Syaukani, “Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam (Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istri- istri mereka) dan juga pada hadits yang lain (Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya), pada kedua hadits ini ada peringatan bahwasanya orang yang tingkat kebaikannya tertinggi dan yang paling berhak untuk disifati dengan kebaikan adalah orang yang terbaik bagi istrinya. Karena istri adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik, perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan kemudhorotan. Jika seorang lelaki bersikap demikian maka dia adalah orang yang terbaik, namun jika keadaannya adalah sebaliknya maka dia telah berada di sisi yang lain yaitu sisi keburukan. Banyak orang yang terjatuh dalam kesalahan ini, engkau melihat seorang pria jika bertemu dengan istrinya maka ia adalah orang yang terburuk akhlaknya, paling pelit, dan yang paling sedikit kebaikannya. Namun jika ia bertemu dengan orang lain (selain istrinya) maka ia akan bersikap lemah lembut, berakhlak mulia, hilang rasa pelitnya, dan banyak kebaikan yang dilakukannya. Tidak diragukan lagi barangsiapa yang demikian kondisinya maka ia telah terhalang dari taufiq (petunjuk) Allah dan telah menyimpang dari jalan yang lurus. Kita memohon keselamatan kepada Allah.” (Nailul Author VI/360) Berkata Syaikh Abdul Malik, “Betapa banyak kita dapati seseorang tatkala bertemu dengan sahabatnya di tempat kerja maka ia akan bersifat mulia dan lembut, namun jika ia kembali ke rumahnya maka jadilah orang yang pelit, keras, dan menakutkan !!!, padahal orang yang paling berhak untuk ia lembuti dan ia baiki adalah istrinya… Hakikat seseorang lebih terungkap di rumahnya daripada tatkala ia di luar rumah. Ini merupakan kaidah yang baku. Rahasia kaidah ini adalah karena seseorang bisa menampak-nampakkan akhlak yang baik tatkala ia di luar rumah dan ia bisa bersabar dalam menampakan akhlak yang baik tersebut karena waktu pertemuannya dengan orang-orang di luar rumahnya hanyalah sebentar. Ia bertemu dengan seseorang setengah jam, dengan orang yang kedua selama satu jam, dan dengan orang yang ketiga lebih cepat atau lebih lama, sehingga ia mampu sabar berhadapan dengan mereka dengan menampak-nampakan akhlak yang baik dan sosok palsunya yang bukan sosok aslinya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pegawai… Akan tetapi ia tidak mampu bertahan di atas kepribadian yang bukan asli di rumahnya sepanjang hidupnya… Akhlak asli seseorang bisa diperiksa tatkala ia di rumahnya, di situlah akan tampak sikap kerasnya dari sikap kelembutannya, terungkap sikap pelitnya dari sikap kedermawanannya, terungkap sikapnya yang terburu-buru dari sikap kesabarannya, bagaimanakah ia bermu’amalah dengan ibunya dan ayahnya?? Betapa banyak sikap durhaka di zaman ini..!!! …Maka kenalilah (hakikat) dirimu di rumahmu !!, bagaimanakah kesabaranmu tatkala engkau menghadapi anak-anakmu??, tatkala menghadapi istrimu??, bagaimana kesabaranmu menjalankan tanggung jawab rumah tangga??! (Dan camkanlah bahwa) orang yang tidak bisa mengatur rumah tangganya bagaimana ia bisa memimpin umat??!! inilah rahasia sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya”… [Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 77-79] Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di atas bukanlah perkara yang aneh, karena seorang muslim – siapapun juga orangnya- tidak akan bisa memperoleh sifat yang mulia di tengah-tengah masyarakat kaum muslimin kecuali jika setelah mampu untuk bermu’amalah dengan baik di keluarganya. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat, jika ia mampu untuk bermu’amalah dengan baik di keluarganya maka seakan-akan hal ini merupakan persaksian baginya bahwa ia telah siap (ahli) untuk menjadi bagian yang bermanfaat bagi masyarakat. [Al-Asaaliib An-Nabawiyah fi mu’aalajah al-musykilah az- zaujiyah hal 17] Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin, “Sikap engkau terhadap istrimu hendaknya sebagaimana harapan engkau akan sikap suami putrimu sendiri. Maka sikap bagaimanakah yang kau harapkan dari lelaki tersebut untuk menyikapi putrimu??, apakah engkau ridho jika ia menyikapi putrimu dengan kasar dan kaku?. Jawabannya tentulah tidak. Jika demikian maka janganlah engkau menyikapi putri orang lain dengan sikap yang engkau tidak ridho jika diarahkan kepada putrimu sendiri. Ini merupakah kaidah yang hendaknya diketahui setiap orang….” [Asy-Syarhul Mumti’ XII/381] Kitab Akhlak Dan Iman.. silakan share semoga bermanfaat dan menginspirasi serta menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.
Posted on: Sat, 06 Jul 2013 22:26:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015