_Menggulirkan Produktivitas dengan Pantauan Media - TopicsExpress



          

_Menggulirkan Produktivitas dengan Pantauan Media Sosial__ Jakarta - Selama ini, dalam pengamatan penulis, media sosial di Indonesia masih sebatas komponen user tool. Artinya, mayoritas dari masyarakat Indonesia masih sebatas pengguna aktif tanpa memperoleh benefit produktivitas yang maksimal. Kita sudah jadi imun saking terbiasanya sejak lama. Betapa media sosial sebatas medium untuk komentar tak penting, suasana hati galau diumbar-umbar, bullying tiada henti, atau malah merubah platform media sosial tak ubahnya pesan instan. Konsepsi user tool memang sebatas itu, padahal dunia teknologi informasi global mengajarkan banyak hal yang melampaui sebuah konsep aplikasi teknologi informasi (TI). Ambil contoh Webtrends, sebuah perusahaan TI asal Portland, Amerika Serikat. Pertama kali berdiri tahun 1993, mereka menempatkan diri sebagai bagian mekanisme produktivitas. Fokus awal bisnisnya memantau kinerja website, sehingga sisi ekonomis diraih dengan memberikan apa yang dibutuhkan industri. Seiring perkembangan zaman, mereka juga meriset kinerja aplikasi mobile seiring beralihnya pengguna perangkat digital dedicated ke peranti bergerak. Ini memang sejalan dengan tren peningkatan teledensitas seluler di banyak negara. Belakangan, mulai tahun 2008, mereka juga memberikan layanan pemantauan media sosial. Ini pun sesuai tuntutan zaman, ketika semua orang dalam lima tahun terakhir mengabarkan apapun yang terjadi melalui Twitter dan Facebook. Dampak bisnisnya pun dahsyat. Surveyor digital global ini kian berkembang, sehingga kini memiliki kantor cabang hingga 21 lokasi, tersebar mulai dari San Francisco, Seattle, Amerika Latin, Beijing, Spanyol, Swiss, Belanda, Australia, dan seterusnya (webtrends). Belakangan yang juga mencuat adalah Social Bakers, dengan layanan utamanya monitoring media sosial. Salah satu yang banyak diminati dari mereka adalah daftar jumlah follower maupun member terbanyak dari sebuah akun Facebook/Twitter. Sampai titik ini, kita melihat bahwa betapa jeli, intuitif, dan meleknya orang luar dalam memanfaatkan fenomena bidang TI. Mereka tak puas sekedar tercakup dalam user tool, tapi mencoba jadi bagian mekanisme produktivisme. Inilah yang sebenarnya menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Memang, tak bisa dipungkiri, sudah banyak pergerakan bisnis berbasis media sosial yang hebat, seperti misalnya @infomaicih dari Bandung dengan omzet fantastis berbekal satu akun Twitter. Namun percayalah dengan hipotesa penulis, ini belumlah cukup! Pergerakan yang ada sekarang masihlah parsial dan belum membentuk ekosistem yang kuat. Artinya, jika ada satu yang rubuh, semua ikut karena belum ada elemen industri penopangnya. Itulah yang melandasi kami teguh mencoba dalam tiga tahun terakhir ini dengan mencipta peranti lunak pemantau media sosial, terutama ke Twitter. Seluruh percakapan kami rekap dengan akurat dan menyeluruh, kemudian data tersebut dianalisis. Pendekatan analisis ini menggunakan sejumlah parameter seperti bisa mengelompokkan tweets seseorang masuk sentimen positif, netral, atau negatif. Juga, mampu mencatat seperti apa pengaruhnya kepada para pengikut akun bersangkutan. Misal kita ingin tahu akun calon presiden mana yang paling disukai sekaligus dibenci pengguna internet di Indonesia. Sebelumnya, hal ini kompleks karena perusahaan harus menyebar ribuan/jutaan kuesioner guna mengetahui respons masyarakat. Lebih rincinya, NoLimit Engine, perangkat lunak buatan penulis, juga bisa memberikan rekomendasi kapan saat yang tepat menulis tweets, kapan saat yang tidak pas, tema apa yang harus banyak dibahas, seperti apa bahasanya, dan seterusnya. Singkat kata, secara simultan, penanganan data dan informasi media sosial yang lebih terkelola akan meningkatkan sentimen dan menjaga citra bagus. Dengan sendirinya, akan terjadi proses pertukaran nilai bisnis kepada penyedia data. Contoh Riil Jika masih bingung dengan apa yang biasa penulis lakukan, ada contoh riil dengan pemantauan kami terkait akun peserta Pilwakot Bandung 2013. Pemantauan ini sendiri dilakukan pada periode 12-16 Junilalu. Apa yang dipantau antara lain tweet, reply, mention, dan retweet. Juga kami perhatikan adalah jumlah pengikut akun sampai pengaruh terhadap trending topic. Hasil olahan data tersebut kemudian dikelompokkan tiga poin parameter yakni popularitas (conversation), pengaruh (influence), dan citra kandidat (sentiment). Parameter ini kami olah lagi untuk memunculkan pemeringkatan. Maka, apa yang kami hasilkan adalah Kang Emil, alias Ridwan Kamil dan pasangannya Oded M. Danial, memperoleh popularitas dan reputasi tertinggi dengan jumlah tweets 6.281 serta sentiment 99,48%. Ada dua hal yang mendongkraknya yakni dukungan tokoh ternama seperti Jusuf Kalla dan Anis Baswedan serta performanya saat debat calon di salah satu televisi. Percakapan netral ke pasangan ini muncul ketika ada kontrak politik dengan sejumlah RW. Meski di puncak survei, namun percakapan negatif tweeps/twitter people ada juga, terutama terkait pilihan partai yang mengusung keduanya. Pasangan ini dibayangi kandidat Ayi Vivananda dan Nani Suryani, dengan apresiasi positif berupa deklarasi dukungan Asosiasi Guru Honorer Indonesia. Yang relatif menurunkan sentimen pasangan ini adalah Dada Rosada, yang juga suami Nani Suryani --kerap disebut-sebut tersangkut dengan kasus penangkapan Hakim Setyabudi beberapa waktu lalu. Itulah sebabnya, Ridwan Kamil --yang juga peraih Google Chrome Award 2012 sekaligus pelopor Indonesia Berkebun ini, jika sekedar mengacu pemantauan kami, akan meraih posisi puncak dalam pemilukada tersebut. Kami sudah pernah melakukan survei semacam ini pada Pilgub Jabar Februari 2013 lalu dengan hasil tak jauh beda dengan survei konvensional. Kita membayangkan ke depan, lembaga survei online ini sama banyaknya dengan surveyor konvensional. Dan itu pula yang penulis maksud dengan menjalankan bagian mekanisme produktivitas. Kita tak lagi semata-mata pengguna disertai aneka inproduktivitas di dalamnya. Kita menjadi bagian ekonomi besar media sosial, agar manfaat riilnya menetes di Indonesia! Goutama Bachtiar Tentang penulis: Aqsath Rasyid Naradhipa merupakan pendiri NoLimit, perusahaan media sosial monitoring di Bandung. Bisa dihubungi lewat Twitter: @aqsath, email: aqsath@nolimitid dan LinkedIn: Aqsath Rasyid. (rou/tyo) inet.detik/read/2013/06/22/145238/2281116/398/menggulirkan-produktivitas-dengan-pantauan-media-sosial?i991102105
Posted on: Sun, 23 Jun 2013 05:42:43 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015