eori-teori yang mendukung Manajemen Pendidikan: 1. Teori - TopicsExpress



          

eori-teori yang mendukung Manajemen Pendidikan: 1. Teori Klasik Teori klasik berasumsi bahwa pekerja atau manusia itu bersifat rasional, berpikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Sasaran pada pendekatan ini adalah kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan. Selanjutnya Prinsip Studi Waktu dipelopori oleh Gilbreth menyatakan bahwa semua usaha yang produktif diukur dengan studi waktu secara teliti. Berdasarkan studi waktu muncul Prinsip Hasil Upah yaitu upah diberikan harus sesuai dengan hasil yang besarnya ditentukan dari studi waktu. Pelopor klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang menyatakan ada 5 pedoman manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkordinasian, dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol:1) kesatuan komando, 2) wewenang harus didelegasikan, 3) inisiatif harus dimiliki seorang manajer, 4) adanya solidaritas kelompok. Prinsip-prinsip tersebut harus bersifat luwes. Selanjutnya Max weber berpendapat bahwa birokrasi merupakan cirri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat memanfaatkan tenaga ahli. Karakteristik birokrasi ditandai dengan: a. Pembagian tugas dan spesialis. b. Hubungan impersonal c. Adanya hirarki wewenang d. Administrasi secara tertulis e. Pembinaan pengembangan karir f. Tindakan seimbang dengan sumbangan Setiap individu dalam organisasi mempunyai wewenang yang diatur oleh berbagai peraturan kebijakan dan ketetapan hukum sehingga diperlukan pembagian tugas sesuai dengan spesialis yang dimiliki individu. Birokrasi merupakan usaha untuk menghilangkan tradisi organisasi yang membuat keputusan secara emosional atau ikatan kekeluargaan sehhingga mengakibatka organisasi tidak efektif. Birokrasi juga tidak ada hubungannya dengan prosedur yang berbeliit-belit, penundaan pekerjaan, ketidakefisienan, dan pemborosan. Meskipun teori ini memiliki keunggulan dalam mencapai efisiensi organisasi, sekarang ini tidak banyak berkembang karena sudah tidak sesuai denan perkembangan jaman yang semakin global. Patokan-patokan pada teori klasik sudah tidak mencukupi pengaruh globalisasi yang semakin bergolak. Sehingga muncul teori neo klasik. Contoh dalam teori ini pentingnya manajer mempertahankan wewenang formal, tetapi sekarang karyawan semakin terdidik sehingga mereka kurang dapat menerima wewenang formal. Kelemahan teori klasik menurut Filley, Kerr dan Hous dalam Nanang Fatah(2009;24) adalah: 1) teori klasik adalah teori yang terikat waktu, hanya cocok diterapkan pada permulaan awal abad duapuluh, 2) teori ini mempunyai ciri-ciri deterministic, hanya menekankan pada prinsip-prinsip manajemen tanpa memperhitungkan dimensi dalam manajemen, dan 3) asumsi teori ini dirumuskan secara eksplisit. 2. Teori neo klasik Teori ini muncul karena pada manajer terdapat kelemahan dengan teori klasik. Teori ini berasmsi bahwa manusia itu makhluk social dengan mengaktualisasikan dirinya. Para tokoh aliran ini menyatakan hakikat organisasi adalah kerjasama, manajemen dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja dijaga dengan baik. Vromm mengajukan teori tentang motivasi sebagai berikut, P = f (MxA) M= f (VxE) P = f (AxVxE) P = prestasi kerja M= motivasi kerja A = ability (kemampuan) V = valensi(prefensi keinginan) E = Ekspektasi (harapan) Dua hal yang penting dalam teori Vromm adalah pembedaan antara imbalan instrinsik dan ekstrinsik dan spesifikasi dari suatu keadaan di mana ekspektasi dan nilai mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang. Seorang manajer harus menilai dan mempertimbangkan struktur imbalan dengan hati-hati melalui perencanaan yang teliti. Pemahaman perilaku akan menunjukan keefektifan tugas yang harus dilakukan seorang manajer walaupun hal tersenut merupakan bidang yang amat rumit. Perilaku seseorang dipengaruhi tiga variable, yaitu 1) variabel individu, mencakup keterampilan mental, fisik, latar belakang keluarga,, tingkat social, pengalaman, umur an jenis kelamin, 2) variable organisasi, mencakup sumber daya yang tersedia, gaya kepemimpinan, system imbalan, struktur organisasi, dan desain pekerjaan, dan 3) variable psikologi, mencakup persepsi sikap, kepribadian, proses belajar an motivasi. 3. Teori modern Pendekatan ini didasarkan hal-hal yang bersifat situasional. Asumsi yang dipakai adalah bahwa orang itu berlainan dan berubah, baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya sesuai dengan lingkungan. Manajemen dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan system terbuka dan tujuan organisasi mempunyai kebergantungan. Teori modern mempunyai pandangan bahwa organisasi itu terbuka dan kompleks. Analisi sistem, rancangan sistem, dan manajemen member petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem merupakan tiga unsure pokok yang berusaha mengenal esensi keterpaduan berbagai unsur dalam memecahkan masalah yang sifatnya kompleks, termasuk pendidikan. Educationesia - Shrode Dan voich (1986) menyatakan bahwa kerangka dasar konsep manajemen pendidikan meliputi ”Philosophy, Asumtions, Principles, and theory which are basic to the study of any disipline of management”. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berpikir praktis. Falsafah ini dijadikan dasar untuk membuat asumsi, dan prinsip-pinsip yang yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Oleh karena itu maka falsafah, asumsi, prinsip maupun teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang perlu dipahami. Keterkaitan diantara manajemen , flsafah, asumsi maupun teori digambarkan dengan diagram sebagai berikut : Kerangka Konsep Manajemen Esensi Falsafah Manajemen. Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik menganai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah manajemen. Pemahaman falsafah manajemen secara sistemik dapat menjadi alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul dalam praktik menejerial. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi, yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Dengan harapan akhir adalah terciptnya kepuasan dalam melakukan pendekatan sistematik ketika praktik manajemen. Esensi Teori Manajemen Teori manajemen mempunyai peran penting dalam membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Teori-teori menajemen dapat dikalsifikasikan menjadi tiga yaitu teori klasik, teori neoklasik dan toeri modern. Teori klasik memiliki pilar-pilar yaitu; 1. Pembagian kerja 2. Proses fungsi-fungsi 3. Struktur 4. Pengawasan Teori Neoklasik terkait dengen pendekatan perilaku yang membahasa tentang; 1. Teori kebutuhan 2. Teori kepribadian dan organisasi Teori Modern dengan pengembangannya sehingga memiliki konsep-konsep kegiatan tentang; 1. General System. 2. Contigency pimpinan. 3. Hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan. Esensi Prinsip Manajemen Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari: • Pembagian kerja (Division of work) • Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) • Disiplin (Discipline) • Kesatuan perintah (Unity of command) • Kesatuan pengarahan (Unity of direction) • Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri • Penggajian pegawai • Pemusatan (Centralization) • Hirarki (tingkatan) • Ketertiban (Order) • Keadilan dan kejujuran • Stabilitas kondisi karyawan • Prakarsa (Inisiative) • Semangat kesatuan, semangat korps Adanya prinsip-prinsip tersebut memiliki arti penting dalam praktik manajemen antara lain : 1. Menentukan cara/metode kerja 2. Pemiilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian 3. Pemilihan prosedur kerjA 4. Menentukan batas-batas tugas 5. Mempersiapkan dan membuat spsifikasi tugaS 6. Melakukan diklat 7. Menentukan sistem dan imbalan. Dan prinsip-prinsip tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan efesien. Kegiatan Praktik Manajerial Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu: • Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. • Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. • Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). • Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar. Sumber Daya Pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yag terlihat dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Ada bebrapa pokok pikiran yang penting dalam pandangan sumber daya pendidikan ini, yaitu : • Sumber daya yang paling penting dalam manajemen pendidikan adalah SDM. • SDM mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajerial. • Persoalan utama dalam pembinaan SDM adalah etos kerja. Implikasi Konsep-Konsep Manajemen dalam Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu. Dalam hal ini dimensi penerapan konsep-konsep manajemen dalam manajemen pendidikan lebih mendapat perhatian kita sesuai dengan pokok bahasan yang disoroti dalam bab ini. Perencanaan Pendidikan Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi: 1. Perencanaan pendidikan yang menyeluruh yang berskala nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam sistem pendidikan nasional. Perencanaan pada tahap ini menjadi dasar dalam rangka penyusunan perencanaan pendidikan jangka panjang. 2. Perencanaan pendidikan jangka panjang, misalnya untuk jangka selama satu pelita. Perencanaan ini tergolong sebagai perencanaan pendidikan bertingkat strategis. 3. Perencanaan pendidikan tingkat medium yang berjangka sedang dalam jangka waktu yang relatif pendek misalnya untuk jangka satu tahun atau dua tahun pertama dari pelita. 4. Perencanaan pendidikan bertingkat operasional, yang berjangka pendek, misalnya dalam jangka satu tahun/2 tahun semester. Perencanaan pendidikan ini umumnya dilaksanakan pada tingkat wilayah dan kelembagaan pendidikan. Organisasi Pendidikan Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan. Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi). Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan. Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi. Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang. Kontrol (Pengawasan) Pendidikan Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan. 1. Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan. Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Dengan demikian fungsi-fungsi tersebut erat kaitannya dengan kelancaran jalannya roda organisasi pendidikan, dan ketercapaian hasil pelaksanaan sistem pendidikan sesuai dengan jenjangnya. 2. Sistem kontrol pendidikan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut : • Apakah kontrol itu dilakukan secara terbuka atau secara tertutup? Kontrol yang dilakukan secara terbuka berarti dapat melibatkan semua orang di lingkungan organisasi dan konsekuensinya semua informasi perlu ditampung dan diperhatikan. Kontrol secara tertutup keterlibatan hanya dibatasi pada pihak-pihak terkait saja dan umumnya tidak menyelusuri semua dimensi organisasi pendidikan. Kedua cara ini sesungguhnya dapat dilakukan secara berbarengan. • Apakah kontrol pendidikan dilakukan oleh manusia atau oleh mesin (alat elektronik misalnya). Sistem manajemen pendidikan yang telah berkembang dewasa ini memungkinkan penggunaan kedua sistem tersebut, yakni dilakukan oleh manusia dan menggunakan alat yang canggih. • Apakah kontrol dilaksanakan terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi atau terhadap hasil operasionalisasi sistem pendidikan. Kedua bentuk kontrol tersebut seyogyanya dilaksanakan dalam sistem manajemen pendidikan, karena pada dasarnya antara kegiatan organisasi pendidikan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan harian bersifat saling terkait dan oleh karenanya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Sistem Informasi Pendidikan Sistem manajemen pendidikan membutuhkan sistem informasi yang harus dikelola secara baik. Kebutuhan informasi ini terasa setiap saat di mana terjadi proses pendidikan, sebab dalam proses pengelolaan itu senantiasa diperlukan data yang akurat, yang dikumpulkan dan disimpan secara akurat pula. Itu sebabnya perlu diatur sistem manajemen informasi yang khusus relevan dengan tuntutan dan permintaan sistem pendidikan. Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka. Tujuan pendidikan sinkron dengan tujuan hidup bangsa, yaitu melahirkan individu, keluarga dan masyarakat yang saleh, serta menumbuhkan konsep-konsep kemanusiaan yang baik diantara umat manusia dalam mencapai suasana saling pengertian sehingga dapat melahirkan konsep-konsep yang sesuai dengan budaya, peradaban, dan warisan umat serta pandangannya tentang alam, manusia dan hidup. Pendidikan tidak berada dalam ruang hampa. Artinya, pendidikan selalu berada dalam konteks. Pendidikan merupakan wahana, sarana, dan proses serta alat untuk mentransfer warisan umat dari nenek moyang kepada anak cucu dan dari orang tua kepada anak. Pendidikan mengembangkan peradaban melalui pengembangan ilmu dan pengetahuan secara terus menerus sejalan dengan visi dan misi hidup umat. Pendidikan juga memberikan sahamnya bagi pemecahan berbagai masalah sosial kontemporer dengan melatih generasi muda untuk berfikir sehat agar segala aktifitas mereka di dalam masyarakat bersifat orisinal; dalam arti bukan impor atau tentative, melainkan lahir dari tradisi yang diadaptasi secara koordinatif dengan berbagai realitas perkembangan zaman. Cara demikian membutuhkan manajemen pendidikan yang dapat menjamin jati diri dan kepribadian umat termasuk dalam bingkai pendidikan Islam. Manajemen Pendidikan merupakan kunci sukses karena sangat menentukan kelancaran kinerja organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, perubahan sosial akan selalu menuju ke arah yang lebih baik, berbagai rintangan akan dapat diatasi, serta ketergelinciran dan lompatan yang menyimpang jauh dijamin tidak akan terjadi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis memberikan rumusan dalam makalah ini meliputi: 1. Bagaimana pengertian manajemen Pendidikan Islam? 2. Bagaimana Tujuan Manajemen Pendidikan Islam? 3. Apa Ruang Lingkup Praktik Manajemen Pendidikan Islam? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam Kata “Manajemen” saat ini sudah banyak dikenal di Indonesia, baik di lingkungan swasta, perusahaan, maupun pendidikan. Demikian pula seminar tentang manajemen telah muncul dimana-mana bak jamur dimusim hujan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini menunjukkan manajemen telah diterima dan dibutuhkan kehadirannya di masyarakat. Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan definisi atau batasan tentang pengertia manajemen. Berikut ini beberapa defenisi tentang manajemen sebagai berikut: 1. Sukanto Reksohadipprodjo, “ Manajemen adalah suatu usaha, merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif 2. Marry Papker Follett, “Manajemen sebagai seni untuk mendapatkan sesuatu melalui sikap dan keterampilan tertentu 3. James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Adapun Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula diartikan secara luas. Secara sempit pendidikan dapat diartikan: “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa” Sedangkan penidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai bagi anak didik., sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat. Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat umum. Adapun pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih, mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan bebrudi luhur sesuai ajaran Islam. Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. mengemukakan pengertian Pendidikan Islam dalam dua aspek pertama pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di definisikan bahwa manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. B. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam Manajemen pada dasarnya merupakan suatu penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Istilah manajemen biasa dikenal dalam ilmu ekonomi yang memfokuskan pada profit (keuntungan) dan komoditas komersial. Seorang manajer adalah orang yang menggunakan wewenang dan kebijaksanaan organisasi/perusahaan untuk menggerakkan staf atau bawahannya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itu seorang manajer biasanya bertugas untuk mengelola sumber daya fisik, yang berupa capital (modal), skills (keterampilan-ketermapilan manusia), row material (bahan dan mentah), dan technologi, agar dapat melahirkan produktivitas, efesiensi, tepat waktu (sesuai dengan rencana kerja dengan kualitas). Berbeda halnya dengan seorang pemimpin (leader) yang lebih memfokuskan pada visi. Ia berusaha mengajak dan memotivasi bawahannya untuk bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itu seorang pemimpin (leader) biasanya berusaha mengelola sumber-sumber emosional dan spritual, yang berupa values (aspirasi), commitment (keberpihakan) dan aspiration (aspirasi) staf atau bawahannya, agar dapat melahirkan kebanggaan dan kepuasan dalam bekerja. Menurut teori manajemen, bahwa manajer yang sukses adalah manajer yang memiliki unsur kepemimpinan (leadership) dan mampu menerapkan serta mengembangkannya. Dengan kata lain manajer yang mampu bertindak sebagai pemimpin (manager is a leader) Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesian. Bisa juga diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada umumnya, sedangkan manajemen pendidikan lebih khusus lagi mengarah pada manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam arti bagaimana menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sendiri. Sudah barang tentu aspek manager dan leader yang Islami atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam dan/atau yang berciri khas Islam, harus melekat pada manajemen pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam bisa dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (nobel industri) karena mengembang misi ganda yaitu profit sekaligus sosial. Misi profit yaitu, untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai ketika efisiensi dan efektifitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar daripada biaya operasional. Misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang memadai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang tinggi, tetapi juga misi niat suci dan mental berlimpah, sama halnya dengan mengelola noble industry yang lain, seperti rumah sakit, panti asuhan, yayasan sosial, lembaga riset atau kajian dan lemabaga swadaya masyarakat. Sumber daya pendidikan Islam itu setidak-tidaknya menyangkut peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan (termasuk di dalamnya tenaga adminstrasi), kurikulum atau program pendidikan, sarana/prasarana, biaya keuangan, informasi, proses belajar mengajar atau pelaksanaan pendidikan, lingkungan, output dan outcome serta hubungan kerjasama/kemitraan dengan stakeholder dan lain-lain, yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. C. Ruang Lingkup Praktik Manajemen Pendidikan Islam Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. bahwa manajemen pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan dengan hasrat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam praktiknya di indonesia pendidikan Islam setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu: 1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di sebut sebagai pendidikan kegamaan (Islam) formal, seperti pondok pesantren/Madrasah Diniyah (Ula, wustha, ‘Ulya, dan Ma’had ‘Ali) 2. PAUD/RA, BA, TA, Madrasah da pendidika lanjutan seperti IAIN, SAIN atau Universitas Islam Negeri yang bernaung di bawah Kementerian Agama. 3. Pendidikan Usia dini, RA, BA, TA, sekolah/perguruan tinggi yang diselenggaraakan di bawah naungan yayasan dan organisasi Islam. 4. Pelajaran agama Islam di sekolah/ madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah, dan atau sebagai program studi; dan 5. Pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah, dan/atau di forum-forum kajian keislaman, majelis taklim, dan institusi-institusi lainnya yang sekarang sedang digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (Islam) melalui jalur pendidikan nonformal, dan informal. Ruang lingkup praktik manajemen pendidikan Islam dalam definisi kedua yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Muhaimin , M.A. yaitu sistem pendidikan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam pengertian ini pendidikan Islam dapat juga mencakup; 1. Pendidik/guru/dosen kepala Madrasah/sekolah atau pimpinan perguruan Tinggi dan / atau tenaga kependidikan lainnya yang melakukan dan emgnembangkan aktivitas kependidikannya disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. 2. Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi/bahan ajar, alat/ media/ sumber belajar, metode, evaluasi, lingkungan/konteks, manajemen dan lain-lain yang disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang bercirikhas Islam. Dengan demikian lingkup praktik manajemen pendidikan Islam meliputi manajemen kelembagaan dan program pendidikan Islam serta aspek sprit Islam melekat pada setiap aktivitas pendidikan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam adalah menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sendiri. Ruang lingkup praktik manajemen Pendidikan Islam meliputi aspek manajemen kelembagaan dan program pendidikan Islam serta aspek sprit Islam yang melekat pada setiap aktivitas pendidikan. B. Saran-saran Tugas Madrasah sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan perlu menjadi contoh dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan manajemen Yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan semua potensi-potensi yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta:mutiara, 1997. Arifin, H.Muzayin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1, Jakarta:Bina Aksara, 1987. H. Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Islam “Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah / Madrasah, cet. 2; Jakarta ; Kencana, 2010. Manaf, H. Sofwan, Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok Pesantren. Jakarta, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI., 2001. Marribah, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 5; Jakarta : Bumi aksara, 1997. Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Cet 1; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. Ke-4 : Bandung;Remaja Rosda Karya, 2001. Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Cet. 3; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.
Posted on: Tue, 24 Sep 2013 12:07:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015