Pejuang Sambas Tetap Tegar Diberondong Peluru Belanda Nama - TopicsExpress



          

Pejuang Sambas Tetap Tegar Diberondong Peluru Belanda Nama Tabrani Ahmad cukup dikenal. Pejuang yang gugur mempertahankan kemerdekaan ini telah terpatri menjadi nama jalan. Baik di Kota Pontianak maupun Kabupaten Sambas. Berikut kisah perjuangannya hingga gugur mempertahankan bendera merah putih tetap berkibar di Kota Sambas. HARI KURNIATHAMA, Sambas Perjuangan itu berawal dari 17 Oktober 1945, sejak tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu. Ketika itu tanggal 17 Oktober 1945, tentara sekutu mendarat dan memasuki wilayah Kota Sambas dengan tujuan melucuti senjata tentara Jepang. Sejak saat itu berkibarlah bendera Australia sebagai pertanda pasukan sekutu memegang kekuasaan di Sambas. Kemudian tanggal 22 dan 23 Oktober 1945 tentara Australia yang diboncengi tentara NICA (Nederlands Indies Civil Administration) Belanda datang untuk kedua kalinya di daerah Sambas menghimpun bekas tentara KNIL dan Polisi Nederlande Hindie (Belanda dan kemudian mengakui PKO (Polisi Keamanan Oemoem) yang beranggotakan orang-orang China. ========================================== IKLAN Dapatkan Tiket Pesawat Promo Hanya di tiketpontianak hubungi 0852-5252-0100 ========================================== Pasukan ini dipimpin seorang Indo Belanda bernama Vander Leif alias Dolop. Dengan diakuinya PKO oleh NICA setelah tentara Jepang dilucuti senjatanya, maka pasukan PKO yang personilnya semakin angkuh dan sombong menimbulkan kemarahan rakyat Sambas. Kemudian pada 26 Oktober 1945 dengan melihat suasana di Kota Sambas yang diduduki untuk kedua kalinya oleh tentara NICA Belanda, maka kemarahan rakyat Sambas dan sekitarnya melahirkan aksi keras. Pada tanggal 26 Oktober 1945 datanglah rombongan Akir dari Pemangkat dengan truk mengibarkan Bendera Merah Putih disertai pekikan “Merdeka” dengan gegap gempita. Kemudian disambut para pengurus Perjuangan Persatuan Bangsa Sambas (Perbis) yang didirikan pada 15 Oktober 1945 dibawah pimpinan HM Sirad Sood. Kemudian diadakan rapat kilat di SD Tarbiatul Islam Sambas. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa Persib bermaksud mengirim delegasi untuk berunding dengan pejabat controller Belanda di Sambas. Kedatangan delegasi Perbis tidak dibenarkan naik ke kantor controller, tetapi hanya dibiarkan di halaman persis di tempat tugu peringatan di halaman rumah yang dijadikan tempat kediaman Camat Sambas. Kemudian delegasi dikelilingi satu regu tentara NICA yang merupakan pengawal Kapten Vander Schoor bersama PKO dengan todongan senjata dan sangkur terhunus, kembali keluarga Kapten Vander Sohor dan bekas controliur Belanda Dr AH Bom. Saat ditanya maksud kedatangan delegasi Perbis, kemudian delegasi Perbis menyatakan kehendaknya bahwa Indonesia telah bebas dan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi pernyataan delegas Perbis malah disambut dengan muka merah padam dan pejabat Controller malah mengeluarkan kata-kata penghinaan. Akhirnya Dr AH Bom bekas pejabat controliur yang lama justru menyarankan agar delegasi Perbis tersebut membicarakan dengan asisten residen di Singkawang. Malam hari tanggal 26 Oktober 1945 diadakan rapat kilat di rumah keluarga besar Masudi di Desa Tumuk Manggis, sekaligus menghimpun bekas Heiho Jepang dan pemuka masyarakat yang dianggap perlu. Akhirnya disepakati untuk mengadakan rapat umum di gedung Bioskop Indonesia Theater Sambas tanggal 27 Oktober 1945. Pagi hari tanggal 27 Oktober 1945, rapat umum berlangsung di gedung Bioskop Indonesia Theater Sambas, setelah pidato satu per satu pengurus Perbis untuk membakar semangat pemuda dan pejuang. Dengan semangat yang membara dan berkobar-kobar akhirnya peserta rapat umum langsung bergerak dan mengebarkan Bendera Merah Putih. Pada saat itu pertama kali lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan pekikan merdeka. “Setelah satu jam dibakar semangat merdeka, masyaraka menggebu-gebu menyerbu kantor Controller. Massa langsung menurunkan dan merobek bendera Belanda, dimana warna birunya disobek sehingga hanya warna Merah dan Putih yang berkibar,” ungkap Safani. Dengan diiringi lagu Indonesia Raya dan disusul teriakan merdeka membahana di halaman kantor markas pemerintahan Belanda di Sambas. Tak hanya itu, warga pun merinsek masuk ke dalam kantor dan mengobrak abrik barang peralatan. Melihat kejadian itu muncullah seorang Indo Belanda bernama Van Der Lief alias Dolof bermaksud menembak para pemuda yang telah kalap itu. Salah satu dari pemuda bernama Majri berusaha menendang Belanda Indo. Kemudian diikuti pengeroyokan para pemuda terhadap Dolof. Dolof pun tewas dalam parit dipinggir rumah Controller NICA itu. Para demonstran kemudian bergerak menuju Istana Sambas pada pukul 11.00 siang. Pada saat barisan melewati Jembatan Pendawan Sambas, muncul Maha Raja Imam H.M Basuni Imran sambil tergesa-gesa mengendarai sepeda berteriak-teriak mengatakan bahwa tentara Belanda telah datang Mendengar berita itu, Kauli Akhmad (bekas kaigun Heiho) menugaskan Urai Bujang Muhtar Bima (bekas kaigun heiho) menyelidiki situasi arah datangnya musuh. Melihat keadaan Urai Bujang Mukhtar Bima berlari mengejar rombongan demonstrasi memberikan aba-aba komando dalam bahasa jepang “Mukono hasi’tekkide’tonde kimasta cukinit” yang artinya “diseberang jembatan musuh telah datang segera menyebar”. Pada saat yang kritis di halaman depan Istana Sambas pimpinan Perbis H Sirajd Sood menyampaikan pidato perjuangan menentang kolonialis Belanda. Selesai pidato ia memerintahkan menaikkan bendera Merah Putih di tiang bendera di depan Istana Sambas. Namun sebelum bendera siap dinaikkan, datanglah beberapa truk dan jeep Belanda dalam keadaan siap tempur menuju halaman istana dibawah pimpinan Kapten Van Der Schoor. Ia memerintahkan para demonstran untuk tidak bergerak. Lalu menuju kearah Tabrani Ahmad yang saat itu sedang memegang bendera Merah Putih di tiang bambu yang dibawanya sejak dari perjalanan. Ia meminta Tabrani untuk menyerahkan bendera itu. Tabrani tidak mengindahkan perintah tersebut dan dengan semangat yang menyala-nyala sebagai pejuang kemerdekaan, Ia mengangkat bendera disertai pekikan merdeka sebanyak tiga kali. Pada waktu itu serentetan tembakan dimuntahkan dari moncong senjata yang diarahkan ke Tabrani. Sebelum Bendera jatuh ketanah sempat pula diambil kembali H Sirajd Sood yang kemudian berlari membawanya menuju samong kiri masuk gerbang istana ke pesebaan atas, Seketika itu juga serentetan tembakan mengenai bagian belakang tubuhnya. Para pengurus dan anggota Perbis yang tidak sempat melarikan diri dinaikkan ke dalam truk oleh tentara Belanda untuk dibawa ke Singkawang sebagai tawanan. Pukul 12.30 WIB kendaraan Belanda tersebut meninggalkan halaman istana dan disepanjang jalan yag dilewati menembaki bendera merah putih yang di kibarkan di rumah–rumah penduduk. Sebagai peringatan atas kejadian dan perjuangan rakyat Sambas ini di simpang tiga arah menuju masuk Kota Sambas telah didirikan sebuah tugu peringatan pejuang kemerdekaan. Demikian pula di halaman kesultanan dekat tiang bendera telah didirikan pula tugu di tempat ditembaknya Tabrani Ahmad oleh tentara NICA 27 Oktober 1945.**
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 03:40:03 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015