Sementara itu, pembahasan fenomena ketuhanan yang menyangkut - TopicsExpress



          

Sementara itu, pembahasan fenomena ketuhanan yang menyangkut eksistensi Tuhan tidak sama di semua tempat dan di semua jaman. Setidak-tidaknya terdapat dua pendekatan utama yang selalu dilakukan manusia, yaitu pendekatan intuitif eksistensial seperti pada filsafat Timur dan pendekatan rasional seperti pada filsafat Barat. Dalam kerangka dua pendekatan utama ini terdapat aliran-aliran besar yang memandang eksistensi Tuhan secara berbeda, bahkan ada yang menolak tentang Tuhan itu sendiri. Pertama, Theisme merupakan aliran dalam filsafat ketuhanan yang mengandung pengertian bahwa adanya Tuhan bukan hanya sesuatu ide yang terdapat dalam pikiran (mind) manusia, akan tetapi menunjukkan bahwa zat yang dinamakan Tuhan itu berwujud obyektif. Zat Tuhan telah ada jauh sebelum kita sadar akan eksistensi Tuhan sebagai ide bawaan dalam diri kita sebagaimana diungkapkan oleh Plato dan Descartes. Artinya Konsep tentang Tuhan itu merupakan suatu keniscayaan.[21] Titik tekan kajian theisme bahwa Tuhan dipandang sebagai wujud personal, tempat sasaran yang layak untuk disembah dan dipuja, esensinya yang berbeda atau tepisah dari dunia, tetapi juga secara aktif berhubungan dengan dunia. Dengan kata lain, eksistensi Tuhan dalam pandangan theisme bersifat immanen sekaligus transenden. Disamping itu, Tuhan juga dianggap sebagai pencipta, pemelihara dan penguasa dunia. [22] Kedua, Atheisme merupakan antitesis dari konsep theisme yang berpandangan tentang pengingkaran adanya Tuhan yang berarti menolak terhadap kepercayaan adanya Tuhan.[23] Penolakan terhadap Tuhan termasuk didalamnya adalah pengingkaran terhadap wujud Tuhan yang personal, pencipta, pemelihara dan penguasa. Dengan demikian, atheisme dapat dikatakan: pertama, paham-paham yang mengingkari adanya Tuhan seperti materialisme, sebagian Naturalisme.Kedua, Paham-paham ketuhanan yang tidak menggambarkan Tuhannya bersifat personal seperti Deisme, Pantheisme dan lain sebagainya. Atheisme sebagai pandangan yang menolak theisme atau menolak eksistensi Tuhan sesungguhnya dapat digolongkan ke dalam tiga jenis sikap. Pertama, Atheisme Dogmatic, suatu pandangan yang menolak sama sekali bahwa Tuhan itu ada. Kedua, Atheisme Sceptic, suatu pandangan yang meragukan kemampuan akal manusia untuk dapat menetapkan apakah Tuhan itu ada atau tidak ada. Ketiga, Atheisme Critic, suatu pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada bukti yang cukup valid bagi adanya Tuhan. Sekalipun pandangan di atas berbeda dalam menyikap eksistensi Tuhan, tetapi secara keseluruhan pandangan atheisme adalah sama, yaitu bahwa kepercayaan adanya Tuhan itu tidak lebih khayalan manusia belaka.[24] Ketiga, Anti-Theisme [25] merupakan paham atau ajaran yang menolak atau melawan (anti) terhadap paham atau ajaran-ajaran theisme (percaya adanya Tuhan). Paham ini secara jelas sangat bertentangan dengan theisme. Dengan demikian, anti theisme merupakan suatu ajaran yangyang menolak eksistensi Tuhan. Namun demikian, gerakan antitheisme ini, terutama di jaman modern lebih sering tampak bukan sebagai reaksi langsung kepada adanya Tuhan, tetapi yang ditentang adalah kehidupan keagamaannya. Dalam kaitan ini, maka Comte dan Marx dapat dianggap sebagai penganut antitheisme karena memandang agama sebagai factor yang menghambat hidup bermasyarakat. Sedangkan Nietzsche dan Sartre berpendapat bahwa agama merupakan suatu unsure negatif dalam perkembangan pribadi Keempat, Deisme merupakan paham ketuhanan yang hampir sama dengan theisme, yaitu sama-sama mempercayai adanya Tuhan dalam perspektif natural atau agama natural. Secara prinsip antara theisme dan Deisme sangat berbeda. Theisme beranggapan bahwa Tuhan adalah transenden sekaligus immanen, sedangkan Deisme berpandangan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam ini kemudian membiarkannya secara mekanis berjalan sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan lagi. Dengan demikian, Tuhan bersifat transenden terhadap alam. Tuhan berada di luar alam. Karena itu, para penganut Deisme tidak akan mempercayai adanya mu’jizat dan arti doapun tidak ada manfaatnya. Alam telah tersusun secara rapi dan teratur sehingga tidak memungkinkan adanya perubahan baik dari akibat mu’jizat maupun dari doa. Deisme sebagai paham ketuhanan menyebabkan para penganutnya tidak mengikuti salah satu agama atau kepercayaan, sekalipun mengakui adanya Tuhan. [26] Kelima, Agnostisisme merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat terbatas, sehingga tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal manusia termasuk di dalamnya aalah realitas ketuhanan.[27] Dengan kata lain, agnostisisme adalah pengingkaran secara umum terhadap segala persoalan metafisika sebagai sumber ilmu pengetahuan nyata, sedangkan secara khusus merupakan pengingkaran dari kemungkinan akal manusia mampu mengetahui eksistensi Tuhan. Paham ini menerima kemungkinan adanya suatu kenyataan yang bersifat transenden terhadap manusia, namun menolak gagasan bahwa manusia dapat mengetahui secara pasti eksistensi Tuhan. Sebagai akibatnya, pengetahuan dibatasi pada barang-barang material di dunia.[28] Keenam, Pantheisme merupakan aliran atau paham ketuhanan yang berpandangan bahwa Tuhan adalah yang tertinggi dan semuanya adalah Tuhan, sehingga segala sesuatu itu adalah Tuhan, sebab antara alam dan Tuhan merupakan suatu kesatuan dari realitas Absolut. Realitas yang sesungguhnya adalah Tuhan. Disinilah ada peleburan selain Tuhan ke dalam diri Tuhan, sehingga yang tampak adalah Tuhan itu sendiri. Dari segi tipologinya, maka pantheisme merupakan paham ketuhan yang mempunyai ciri-ciri bahwa Tuhan itu adalah Eternal (bersifat abadi), mempunyai kesadaran diri yang abadi (Conscious), Knowing (mengetahui dunia dan alam semesta) dan World inclusive (memiliki sesuatu dan hadir dalam dunia atau tampak pada alam semesta)[29] Ketujuh, Panentheisme merupakan paham atau pemikiran dalam filsafat ketuhanan yang berpandangan bahwa Tuhan berada di alam semesta sebagai kesatuan dua pola yaitu actual dan potensial. Pola actual Tuhan senantiasa berubah, terbatas dan temporal, sedangkan pola potensial Tuhan bersifat abadi dan tidak berubah. Secara literal, Panentheisme (pan – en - theisme) merupakan konsep ketuhanan yang dapat dikatan sebagai semua – di dalam – Tuhan. Ditinjau dari segi tipologinya, maka panentheisme merupakan kepercayaan bahwa Tuhan memiliki pola actual (dunia) dan pola potensial (di atas dunia). Paham ini mempercayai bahwa Tuhan berubah, terbatas dan temporal dalam pola aktualnya dan juga mempercayai Tuhan dalam pola potensialnya bersifat abadi dan tidak berubah. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa panentheisme mempunyai ciri-ciri bahwa Tuhan itu adalah Eternal (Yang Tertinggi sebagai yang abadi), Temporal- Counsciousness (bersifat temporal atau kesementaraan dan mempunyai kesadaran akan hal tersebut), Knowing - World (Tuhan mengetahui dan hadir dalam dunia atau alam semesta). [30] Panentheisme sebagai paham ketuhanan yang menganggap semua di dalam Tuhan sesungguhnya mempunyai nama lain yang disebut dengan Teologi Proses yaitu adanya anggapan bahwa Tuhan sebagai suatu Zat atau Realitas yang berubah); bisa juga disebut teisme bipolar, karena mempercayai bahwa Tuhan memiliki pola ganda, yaitu pola potensial dan pola Aktual. Disamping itu, panentheisme dapat juga dikatakan sebagai teologi organisme, karena memandang semua yang terjadi sebagai organisme besar (gigantic) atau juga disebut sebagai teisme neo-klasik (Tuhan yang bersifat temporal atau terbatas) yang berlawanan dengan teisme klasik (Tuhan dipandang sebagai yang abadi).[31]
Posted on: Sat, 14 Sep 2013 05:39:00 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015