coba baca informasi ini lumayan buat bahan skripsi - TopicsExpress



          

coba baca informasi ini lumayan buat bahan skripsi hehehe....Kompasiana Kompas Cetak ePaper Kompas TV Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Health Properti Urbanesia Images More Games KompasKarier PasangIklan GramediaShop Forum Back to Kompasiana Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez Home Humaniora Sejarah Artikel Sejarah Ibnu Dwi Cahyo Jadikan Teman | Kirim Pesan Fanatik pada kebenaran dan keadilan JombloRider 0inShare Menguak Akar Terorisme atas Nama Islam dan Mengurai ya: Perspektif Politik-Islam dalam Hukum InternasionalSolusin REP | 25 January 2011 | 03:11 Dibaca: 1018 Komentar: 15 0 Kondisi Global Saat Ini DI AWAL ABAD 21 INI, nampaknya kata terorisme menjadi sesuatu yang paling menarik dan tidak pernah berhenti untuk dikaji. Banyak kalangan dari akademisi hingga praktisi militer tersedot perhatiannya untuk memecahkan permasalahan yang satu ini. Yang paling menarik dari masalah terorisme ini adalah bahwa stigmanya ditujukan pada salah satu agama, yaitu Islam, meski bila kita telusuri tindakan kekerasan mengatasnamakan agama sebenarnya ada pada hampir semua agama. Dari sini, penulis ingin mengkaji secara singkat bagaimana akar sejarah dan pemikiran para teroris ini dan bagaimana pemecahan yang paling memungkinkan dengan melibatkan aspek hukum internasional maupun hukum Indonesia secara khusus. Keberadaan terorisme ini memang mulai terpantau dan terlihat pasca runtuhnya komunis di Eropa Timur. Karena itulah, banyak pihak dan akademisi yang menelurkan teori konspirasi, bahwa keberadaan terorisme ini hanyalah faktor utama berjalannya ekonomi di Barat yang bersandarkan minyak dan jual-beli senjata. Keberlangsungan industri Eropa dan Amerika Serikat selama ini ternyata sangat bergantung pada pasokan minyak dari Arab Saudi, Irak, dan Iran, yang pipanya harus melewati Turki dan Iran, bahkan negara-negara Balkan. Karena itu, bisa diambil kesimpulan sebenarnya instabilitas ekonomi Barat sangatlah besar. Belum lagi jual-beli senjata yang sangat menguntungkan. Industri AS maju sangat pesat pasca-Perang Dunia II disebabkan oleh faktor tingginya permintaan impor alutsista dari negara-negara Eropa yang khawatir pada agresi komunis Sovyet. Karena itulah saat perang dingin mereda dan naiknya harga minyak, industri Barat langsung kolaps pada akhir 1970-an sampai akhir 1980-an. Dengan runtuhnya kedigdayaan komunis Sovyet, tentunya peperangan dunia semakin berkurang dan, efeknya, jual beli senjata ikut turun drastis. Hal ini sangat dirasakan oleh industri senjata AS, sehingga beberapa industri pesawat tempur harus merger dengan perusahaan lainnya, seperti Lockheed Martin, Grumman, McDonnell Douglas, dan General Dynamics[1]. Dari fakta ini, AS memang membutuhkan “musuh baru” yang nyata dan punya basis global. Pilihan itu jatuh pada Islam. Sebuah agama yang menjadi sekutu terdekat AS dalam melawan Uni Sovyet di Afghanistan. Dalam hal jual-beli senjata dan penempatan kekuatan militer di Timur Tengah, AS sebenarnya telah bermain cukup lama. Contoh kasus dalam Revolusi Islam Syiah, AS jelas-jelas membiarkan peristiwa itu terjadi, padahal rezim berkuasa saat itu, Reza Pahlevi, adalah sekutu utama AS di Timur Tengah. Strategi ini ternyata ampuh, pasca-Revolusi di Iran itu, AS mendapatkan 2 sekutu sekaligus. Pertama, Irak yang menjadi pembeli senjata utama dari AS karena adanya perang Iran-Irak. Kedua adalah Arab Saudi, yang akhirnya menjadi sekutu utama AS di Timur Tengah setelah Israel. Saudi yang khawatir akan ekspansi Iran ke wilayahnya, akhirnya mengijinkan pembangunan kawasan militer AS di wilayahnya. Hal ini nantinya mendorong pemuda Arab bergabung dengan al-Qaedah. Sejarah dan Akar Masalah Terlepas dari adanya teori konspirasi ini, keberadaan teroris yang membawa bendera Islam ini memang ada dan tidak bisa dikesampingkan aksi-aksinya. Keberadaan mereka tidak hanya mengancam peradaban Barat, tetapi juga merusak Islam itu sendiri. Dalam khazanah sejarah Islam, kelompok semacam al-Qaedah ini sudah ada dalam bentuk Khawarij dan Assassin. Khawarij terbentuk karena ketidakpuasan pada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Sedangkan Assassin adalah sekelompok pembunuh Syi’ah yang membunuh para ulama Sunni dan pejabat Sunni dari Daulah Abbasyiah. Kondisi di Timur Tengah yang carut-marut, belum lagi permasalahan Palestina-Israel yang oleh banyak negara Arab dipandang sebelah mata inilah yang mendorong timbulnya ketidakpuasan di kalangan pemuda Arab, khususnya di Arab Saudi. Bila kita membicarakan pembaharuan Islam, tidak bisa lepas dari seorang Ibnu Taimiyah (1263-1328 M), seorang ulama yang besar saat Daulah Abbasyiah hancur digempur pasukan Mongol. Pada usia 22 tahun, Ibnu Taimiyah telah mengajar hadits menggantikan ayahnya yang meninggal. Dalam keadaan umat muslim yang kacau balau, Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa bobroknya umat dan kejatuhan khilafah disebabkan oleh lepasnya kehidupan masyarakat saat itu dari tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul. Dalam upaya perbaikan umat tersebut, Ibnu Taimiyah meminta para ulama dan pejabat kerajaan yang ada untuk menghilangkan segala kegiatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dari sinilah Ibnu Taimiyah dikenal sebagai seorang pembaharu Islam (mujtahid) generasi awal. Pemurnian Islam yang diharapkan dan didengungkannya membawa Ibnu Taimiyah dijebloskan ke penjara. Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa perjuangan umat Islam adalah menegakkan syariat Islam, sedangkan syariat Islam sendiri mempunyai substansi pada penegakkan keadilan[2]. Pendapat inilah yang diterjemahkan berbeda-beda oleh generasi Islam selanjutnya. Dari pemikiran Ibnu Taimiyah ini muncul dua kutub gerakan revivalis Islam, yaitu gerakan Wahabi dan gerakan reformasi Islam yang lebih modern. Gerakan Wahabi dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Gerakan Wahabi ini berfokus pada pemurnian ajaran Islam secara keras dan sangat konservatif. Pembacaan terhadap teks Qur’an dan Hadits cenderung secara harfiah dan literal, sehingga mengesampingkan karya ulama terdahulu. Ini bisa dipahami karena gerakan Wahabi dalam dakwahnya memang bersandar pada tiga orang ulama besar saja: Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim, dan Muhammad ibnu Hambal. Bertemunya Muhammad bin Abdul Wahab dengan Muhammad ibnu Sa’ud di Dir’iyyah menghasilkan sebuah koalisi luar biasa yang di masa mendatang menjadi Kerajaan Arab Saudi. Keduanya bersepakat untuk membentuk sebuah kerajaan atau negara dengan mazhab Wahabi yang memurnikan ajaran Islam. Jadilah Muhammad ibnu Sa’ud sebagai panglima dengan sumber daya manusia dan keuangan yang kuat. Di satu sisi, Muhammad bin Abdul Wahab mendapat legitimasi sebagai mufti gerakan ini. Penaklukkan mereka di kawasan jazirah Arab cukup merepotkan Khilafah Turki Ustmani sehingga mendapat perlawanan. Karena dakwahnya yang keras dan menolak dialog dengan muslim Syi’ah, maka terjadilah konflik dengan komunitas Syi’ah Batiniah. Menurut beberapa catatan, terjadi pembantaian di Karbala yang menewaskan 4.000 muslim Syi’ah. Inilah awal konflik antara Arab Saudi dengan Iran di kemudian hari. Pola gerakan dan dakwah yang cenderung keras ini akhirnya menuai sukses dan mendapat dukungan Barat, terutama Inggris. Pada tahun 1927 akhirnya berdiri Kerajaan Arab Saudi secara de facto dan baru benar-benar menjadi sebuah negara dengan dideklarasikan pada tahun 1932. Meski Saudi berdiri dengan paham keagamaan yang ultrakonservatif, demi keberlangsungan kerjaannya, raja Abdul Azis tidak menolak investasi minyak asing, sehingga menimbulkan protes dari banyak mufti agama yang sebagian adalah keturunan Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelumnya kita telah berbicara tentang gerakan Wahabi, yang merupakan revivalis Islam ultrakonservatif. Sekarang kita bicara tentang gerakan pembaharuan Islam yang cukup substansial. Tokohnya antara lain adalah Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Hasan al-Banna. Keempat tokoh ini mempunyai pengaruh besar di Mesir, sebagai kawasan pusat intelektual Islam, setelah Mekkah jatuh ke tangan Wahabi. Jamaluddin al-Afghani (1838-1897) adalah seorang tokoh yang lahir di Afghanistan. Menjadi seorang pengembara setelah selalu dibuang oleh para penjajah. Dari Afghanistan berpindah ke India, lalu diusir Inggris sehingga menetap di Mesir. Di Mesir, beliau bertemu dengan Muhammad Abduh (1849-1905), seorang pembaharu Islam yang sangat handal dalam bidang logika dan filsafat. Keduanya mengusung tagline perjuangan “Pan Islamisme“, sebuah ide gerakan yang menginspirasi berdirinya Muhammadiyah di Indonesia. Pan Islamisme adalah sebuah gerakan kebangkitan umat Islam di berbagai wilayah yang dijajah Barat, seruan untuk bangkit dan melawan tidak hanya dengan senjata, namun juga pendidikan. Saat keduanya wafat, seorang tokoh tarekat bernama Rasyid Ridha (1865-1935) terinspirasi untuk meneruskan perjuangan mereka, sehingga beliau meninggalkan tarekat tassawufnya untuk berjuang meneruskan ide pembaharuan Islam. Ide yang diusungnya adalah pemurnian ajaran Islam (purifikasi). Hampir sama dengan Wahabi, namun lebih luwes dan akomodatif. Keberadaan tiga tokoh tadi rupanya menginspirasi seorang guru madrasah dari Ismailiyah bernama Hasan al-Banna. Seorang sufi yang berjiwa haraki (pergerakan). Kematangan Hasan al-Banna diakui oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga pada tahun 1928 beliau mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin (IM). IM inilah yang oleh banyak pihak diakui sebagai pionir gerakan Islam modern sampai saat ini. Bahkan nanti akan dijelaskan bagaimana manhaj (ideologi) IM diplesetkan menjadi radikal oleh beberapa mantan anggotanya. Kehadiran IM di Mesir memang sangat menyejukkan bagi gerakan Islam, namun menjadi musuh bagi Prancis dan Inggris yang saat itu tengah menjajah Mesir dan kawasan Afrika Utara sampai dengan Timur Tengah. Kita tidak akan bicara terkait keberadaan IM dan Wahabi, namun keduanya bersinggungan dengan radikalisasi gerakan Islam di tahun 1970-an. Arab Saudi sampai pada tahun 1960-an menikmati limpahan petrodollar dari minyak bumi yang melimpah. Ini membuat Raja Faisal yang memimpin saat itu punya keinginan untuk menjadikan Arab Saudi sebagai rule model Islam sedunia, sekaligus sebagai pemimpin umat Islam sedunia. Karena itulah dia mulai mengirim bantuan dana dan al-Qur’an gratis ke seluruh negara muslim, termasuk Indonesia. Langkah paling spektakuler adalah mengundang para pelarian aktivis IM yang dikejar-kejar penguasa Mesir dan Suriah untuk mengajar di Perguruan Tinggi di Arab Saudi. Memang sejak tahun 1950-an, gerakan IM semakin meluas, namun juga diiringi oleh tindakan represif dari penguasanya yang diktator semacam Gamal Abdul Nasser. Puncaknya adalah penggantungan seorang tokoh Ikhwanul Muslimin, Sayyid Quthb. Beliau digantung karena menulis buku Maalim Fi ath-Thariq (Petunjuk Jalan/Milestone), yang berisi tentang konsep perjuangan dan perlawanan umat terhadap diktator dan penjajah Barat. Sejak buku ini keluar dan diterbitkan pada awal 1960-an, gerakan radikal Islam yang menggunakan kekarasan tidak langsung lahir. Karena mursyid ‘am (pemimpin) Ikhwanul Muslimin sendiri mempunyai pendapat dan tafsir moderat terhadap buku tersebut, sehingga meletusnya terorisme atas nama Islam harus menunggu sekitar 15 tahun, saat tulisan-tulisan Sayyid Quthb mulai ditafsir oleh kalangan Wahabi yang cebderung tekstual, tanpa mengindahkan konteksnya. Saat tokoh-tokoh IM ditangkap tahun 1950-an, para kader muda IM mendesak pimpinan IM untuk melakuka kudeta, namun berkali-kali ditolak, dengan mengedepankan kaidah menolak kerusakan lebih baik daripada mendapatkan kemenangan. Baik Hasan Hudaibi maupun Umar Tilmisani sebagai mursyi ‘am IM terus bersikap moderat di tengah tindakan represif rezim Gamal Abdul Nasser di Mesir. Hal inilah yang akhirnya bisa menahan ledakan radikalisme Islam setidaknya 15 tahun, samai akhirnya meledak di Arab Saudi. Mencari akar pemikiran terorisme akhirnya kita harus melihat sejarah gelap kehidupan di Arab Saudi. Di sana, cara beragama yang resmi adalah Wahabi, dengan seorang kepala agama yang setingkat menteri. Kita akan melihat bagaimana hasil dari pemikiran ultrakonservatif mempengaruhi kelahiran terorisme. Sejak perusahaan minyak dari AS masuk ke kerajaan Saudi, banyak protes dari ulama dan anak muda Arab. Melihat realita yang tidak sesuai dengan ajaran Islam ala Wahabi, sebagian dari mereka memberontak. Kejadian luar biasa terjadi pada tahun 1975, saat Raja Faisal tewas ditembak keponakannya sendiri di istana kerajaan, dengan alasan telah membiarkan orang kafir masuk wilayah kerajaaan. Puncak dari segala amarah anak muda Arab Saudi adalah peristiwa kudeta di Masjidil Haram yang dipimpin oleh Juhaiman al-Utaibah. Sebuah peristiwa yang banyak umat Islam tidak tahu sampai saat ini. Pada 20 November 1979, Juhaiman-seorang murid dari kepala keagamaan Saudi, Syeikh Abdul Azis bin Bazz-mempimpin pemberontakan terhadap Kerajaan Saudi yang dia nilai sudah keluar dari Islam[3]. Juhaiman sendiri dalam doktrinasi dan pencarian anak muda untuk bergabung dengannya menulis buku Tujuh Risalah, yang sampai saat ini masih dipakai al-Qaedah. Anehnya, Juhaiman yang tahu bahwa di Masjidil Haram Mekkah haram hukumnya menumpahkan darah, tetap dengan angkuh melakukan pemberontakan. Dengan alasan telah menemukan Imam Mahdi, dia meneruskan pertumpahan darah dengan 200 orang pengikutnya. Kesalahan fatal dilakukan oleh kerajaan dengan meminta bantuan AS dan Prancis untuk menumpas pemberontakan Juhaiman. Akhirnya Juhaiman tewas, namun masuknya pasukan asing non-muslim ke kawasan Mekkah memantik kemarahan anak muda Arab Saudi, termasuk Osama bin Laden, seorang anak jutawan keluarga kontraktor terbesar di Arab Saudi. Pascakejadian tersebut, pemikiran Juhaiman semakin tersebar ke seantero Timur Tengah. Dampak yang paling tampak adalah kader-kader muda Ikhwanul Muslimin yang tidak cocok dengan sikap moderat para mursyid-nya, akhirnya mendirikan Jihad Islam, sebuah elompok militan yang melakukan bom bunuh diri dan pembunuhan terhadap orang asing di Mesir. Pemimpin yang terkenal antara lain adalah Ayman Zawahiri (sekarang orang kedua di al-Qaedah) dan Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Azis (sudah taubat dan berhenti). Kelompok ini yang ditengarai ada dibelakang pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat pada 6 Oktober 1981 oleh seorang tentara berpangkat letnan satu, Khalid Islambuli[4]. Dari peristiwa dan kejadian ini, memang bisa ditarik kesimpulan bahwa wahabisme punya peran besar dalam melahirkan tindak terorisme, bahkan yang lebih berbahaya konsep dan cara beragama Wahabi tidak hanya mengganggu umat Islam, namun bisa membelokkan manhaj sebuah gerakan Islam dengan tafsir tekstualnya. Peristiwa di atas barulah pembuka saja. Ideologi al-Qaedah terbentuk di Afghanistan, saat Osama bertemu dengan para mujahidin dari seluruh dunia. Memang sebagian besar mujahidin seusai mengalahkan Uni Sovyet pulang ke negaranya dan tidak bergabung dengan Osama, namun di Afghanistan-lah embrio dan sel al-Qaedah terbentuk. Dari manakah paham terorisme terbentuk telah terjawab, yaitu hasil pemikiran Sayyid Quthb yang diterjemahkan secara keliru oleh paham Wahabi, sehingga menghasilkan energi destruktif yang luar biasa. Bisa disimpulakan bahwa wabisme punya saham terbesar dalam menyebarnya paham keagamaan semacam ini. Pertemuan Osama dengan Ayman Zawahiri telah menemukan chemistry yang cocok. Osama seorang jutawan keluarga kontraktor Bin Laden, mempunyai dana tak terbatas untuk operasi di seluruh dunia. Ayman Zawahiri seorang dokter asal Mesir yang merupakan ideolog utama al-Qaedah. Operasi masif pertamanya adalah meledakkan gedung Kedutaan Besar AS di Kenya pada tahun 1989 yang menewaskan sekitar 200 orang. Sejak itu Osama diburu intel AS, namun sampai sekarang belum tertangkap, entah memang karena susah atau sengaja dipelihara demi kepentingan perang AS. Setidaknya perlawanan al-Qaedah terhadap hegemoni AS ini telah menyebar, termasuk Indonesia. Penulis sendiri pernah berkomunikasi dengan beberapa orang yang mendukung dan berideologi al-Qaedah. Meski keberadaan mereka sangat minoritas di tengah umat Islam Indonesia yang moderat, kemampuan jaringan dan propaganda mereka sangat masif serta luas pengaruhnya. Mengurai Solusi Terorisme Keberadaan teroris di Indonesia bisa jadi memang ada. Tetapi, keberadaannya ini apakah dimanfaatkan oleh beberapa pihak, penulis juga masih samar-samar. Masuknya teroris di Indonesia memang masih banyak perdebatan. Ada memang alumni perang Afghanistan, tapi tidak banyak yang terlibat terorisme. Ada juga yang setelah belajar dari Timur Tengah menjadi kaki-tangan al-Qaedah, namun jumlahnya sangat kecil. Yang paling mungkin sekarang adalah perekrutan langsung di Indonesia, seperti para calon pengantin yang sempat ramai pascabom Ritz Carlton dan Hilton. Perekrutan dalam negeri bisa dengan efektif dicegah dengan melibatkan ormas Islam dan ulama. Proses deradikalisai pemikiran harus berjalan, karena meski pernah masuk penjara, ideologi teror masih ada. Maka sia-sia saja usaha pemberantasan teroris. Hal ini bisa melihat keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam proses deradikalisasi pemikiran. IM yang saat ini menjadi kekuatan oposisi politik terbesar di parlemen Mesir, terus melakukan deradikalisasi melalui pendidikan dan kegiatan sosial di masyarakat langsung. Bahkan dalam webnya, IM memberikan bahasan khusus terkait terorisme dengan judul IM vs al-Qaedah. Begitu juga dengan tokohnya, Yusuf Qaradhawi, terus menulis buku yang menolak kekerasan dalam Islam. Dalam skala global, hidupnya al-Qaedah dan pemikiran radikal didukung oleh keadaan dunia internasional yang menyudutkan umat Islam, seperti di Palestina, Moro, Thailand Selatan, Afghanistan, Irak, Somalia, dan tempat lain. Mereka melihat adanya ketidakadilan terhadap umat Islam. Yang terbaru adalah pelarangan jilbab di Kosovo, sebuah negara yang dahulu menjadi ladang jihad para mujahidin. Keadaan ini memaksa mereka tidak percaya pada entitas negara yang mereka tinggali, sehingga menjadi sah pula bila melakukan pemberontakan pada negaranya. Dalam konteks Indonesia, bila para ulama benar-benar pandai menjelaskan konsep bernegara kita dengan Pancasila, nampaknya proses deradikalisasi bisa berhasil. Tidak satu silapun dalam Pancasila yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ketuhanan yang Maha Esa (Rabbaniyah Wattauhidiyyah), Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Insaaniyyah wal Akhlaqiyyah), Persatuan Indonesia (Wihdah wal Ukhuwah), Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan (Hikmah wal Musyawarah), dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Al Adaalah AL Ijmitma’iyyah)[5]. Permasalahan utama yang merupakan ketidakpuasan pada dunia internasional ini haruslah disikapi secara bijak oleh para pemegang kebijakan, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, faktor kemiskinan dan kegagalan mengelola negara menjadi faktor suburnya teroris dan terorisme. Karena itu perlu perbaikan dalam proses bernegara dan berdemokrasi. Bagi Indonesia, kunci pemberantasan terorisme terletak pada perbaikan taraf hidup masyarakat dan terlibatnya ulama-ormas Islam dalam proses deradikalisasi. Selama ini seolah negara-dalam hal ini Polri-berjuang dan menikmati ongkos bantuan asing sendiri, sehingga tidak efektif, karena hanya proses represif yang terjadi. Tindakan represif aparat yang tidak pas bisa menimbulkan simpati masyarakat pada para pelaku teroris, sehingga menimbulkan benih baru. Terorisme ini perlu segera dituntaskan, sehingga tidak menjadi dagangan elit politik dan Polri. Menyikapi urusan terorisme global memang perlu pendekatan berbeda dan nampaknya akan sangat sulit. Kemerdekaan Palestina akan menjadi faktor yang ampuh mengurangi tindakan terorisme. Karena isu Palestina menjadi sangat penting di mata umat Islam, sedikit banyak akan menjadikan umat Islam mempunyai kepercayaan terhadap dunia internasional dan entitas negaranya sendiri. Karena memang terlihat hanya Turki, Suriah dan Iran yang sangat menyokong kemerdekaan Palestina. Ketegasan dunia internasional terhadap Israel juga wajib disorot. Kejahatan kemanusiaan dan agresi militer terhadap Palestina juga menjadi agenda yang wajib dituntaskan. Setidaknya untuk memulihkan kepercayaan pada semangat HAM dan demokrasi masyarakat internasional. Proses demokrasi yang sehat dan mengakomodasi hak umat islam nyatanya cukup ampuh meredam radikalisasi islam, terutama di Eropa. Jaringan Ikhwanul Muslimin di eropa, dalam kurun waktu 2 dasawarsa ini cukup berhasil membangun kesadaran demokratis dikalangan muslim eropa, yang terwujud dalam Islamic Center dan partai islam di eropa. Dalam kurun waktu beberapa lama, keberhasilan ini terlihat dengan adanya muslimah berhijab yang menjadi anggota parlemen Uni Eropa dan beberapa negara Eropa. Akomodasi hak ini mengurangi resistensi umat terhadap negaranya, sehingga dalam usaha pencapaian idenya lebih mengedepankan jalan yang demokratis ketimbang menempuh jalan kekerasan. Dalam sejarah, jalan kekerasan dilakukan oleh pihak yang dalam usaha mencapai idenya tidak mempunyai kendaraan dan jembatan politik dari masyarakat ke negara. Salah satu faktor penting yang mendasari gerakan fundamentalis-radikal adalah tumbuh suburnya paham liberalisme Islam dalam struktur kenegaraan. Ini juga patut diwaspadai, karena liberalisme-Islam selalu berdampingan dengan kapitalisme Barat secara sosial, politik dan ekonomi. Ini merupakan jawaban dan protes keras terhadap kebebasan yang kebablasan, misalnya mengizinkan konvensi gay dan lesbian di negara mayoritas muslim. Ini jelas mengganggu psikologi masyarakat. Dalam kondisi kebebasan yang keterlaluan, akan terjadi vis a vis antara liberalisme dengan radikalisme, yang tentunya mengancam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai penutup, radikalisme dalam Islam nyatanya telah hadir sejak awal peradaban Islam, dan kehadirannya menjadi hikmah yang harus dipelajari dan dipedomani. Pada akhirnya, permasalahan ini harus diselesaikan sendiri oleh umat Islam, bukan disandarkan pada pihak lain, apalagi terus-menerus menyalahkan pihak lain. Sudah saatnya umat Islam lepas dari kejumudan dan taqlid buta pada ulama. Saatnya membuka lembaran baru serta berkomunikasi antar peradaban dunia, di mana Islam akan mampu merepresantasikan diri sebagai Rahmatan lil ‘Alamin. [] [1] Robert Jackson, The Encyclopedia of Military Aircraft. Paragon Book: London, 2002. [2] Ahmad Dzakirin, Tarbiyah Siyasiyah. Era Intermedia: Surakarta, 2010. [3] John Esposito, Unholy War: Teror Atas Nama Islam. Ikon Teralitera: Yogyakarta, 2003. [4] Yaroslav Trofimov, Kudeta Mekkah. Pustaka Alvabet: Tangerang, 2007. [5] Adian Husaini, Pancasila Bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam. Gema Insani Press: Jakarta, 2009. Tulisan ini dimuat dalam Jurnal Lembaga Pers Mahasiswa Gema Keadilan FH UNDIP Laporkan Tanggapi Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. Siapa yang menilai tulisan ini? 0 Artikel ini belum ada yang menilai. KOMENTAR BERDASARKAN : 24 January 2011 21:10:14 lanjutkan mas… Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Febry Arisandi 25 January 2011 22:24:15 hmm…saya pernah ikut kajian orang2 wahabi..mereka mengutuk terorisme yg dilakukan oleh Imam Samudera dkk. Mungkin Wahabi disini wahabi yang mana karena seringkali orang mengidentikan wahabi dengan gerakan radikal Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Frial Ramadhan 26 January 2011 11:40:50 @frial: makanya saya tulis ini, bagaimana sikap anak muda wahabi akhirnya terpecah, antrara yg akhirnya ikut Al Qaedah dan tetap ikut ulamanya yg pro kerajaan. Yg membuat berbahaya adalah cara menafsirkan ajaran islam itu sendiri secara lieral saja. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Ibnu Dwi Cahyo 23 April 2011 20:42:17 Syaik Muhammad Bin Abdulwahhab (nisbah dari Wahhabi) atau diannggap sebagai imammnya wahhabi itu,belum ada ditemukan di dalam buku karangannya yang mengajarkan terorisme,radikalisme dan semacamnya ,kalau ada mohon diberi tahu,bahkan bukunya yang terkenal adalah kitab tauhid,bukan kitab terorisme,jadi salah besar kalau oranag mengatakan bahwa wahhabi itu mengajarkan terorisme dan semacamnya,wallahu a’lam Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Suparmanl Albugisy 23 April 2011 20:48:39 Fatwa Ulama Saudi: Bunuh Diri dan Terorisme Haram, dan Merupakan Langkah Syaitan Menyikapi meningkatnya kasus bunuh diri di Saudi dan juga maraknya tindakan terror yang telah banyak menelan korban jiwa, salah seorang ulama Saudi mengeluarkan fatwa haramnya bunuh diri dan tindakan terror dan menyebutnya sebagai tindakan syaitani. Bunuh Diri dan Terorisme Haram, dan Merupakan Langkah Syaitan Menurut Kantor Berita ABNA, Syaikh Shalih al Fauzan salah seorang ulama mufti Arab Saudi dalam penyampainnya mengeluarkan fatwa haramnya bunuh diri. Dalam ceramahnya beliau mengatakan bunuh diri dan tindakan terror yang menyebabkan kematian orang yang tidak bersalah adalah langkah-langkah syaitan, dan bagi setiap muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhirat agar menghindari perbuatan haram dan dosa besar tersebut. “Pelaku terror merasa bahwa apa yang dilakukannya berada di jalan Allah padahal sebenarnya ia sedang melangkah melalui jalan-jalan syaitan.” Tegasnya. Ia pun menegaskan bahwa tindakan terorisme yang terjadi belakangan ini yang merenggut banyak korban jiwa bukanlah bentuk jihad bahkan ulama Mufti Saudi ini mengeluarkan kecamannya bahwa tindakan tersebut merupakan dosa besar. Syaikh al Fauzan mengenai jihad mengatakan bahwa jihad adalah perintah suci dalam Islam dan memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. “Dan syarat terpentingnya adalah adanya perintah dari wali amr kaum muslimin. Namun yang dilakukan kelompok-kelompok teroris dengan menyebutkan itu jihad pada hakikatnya bukanlah jihad karena tidak memenuhi syarat-syarat syar’i. Pembunuhan dan penghilangan nyawa orang-orang tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan melanggar aturan syar’i adalah dosa besar yang akan mendapatkan ganjaran azab dari Allah SWT.” Diberitakan pula, sekitar 15 ulama besar Saudi mengutuk dan mengecam segala bentuk tindakan teroris yang belakangan ini semakin meningkat, di Mesir, Pakistan bahkan di Arab Saudi sendiri. Sumber: abna.ir Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Suparmanl Albugisy 24 April 2011 00:03:15 Saya baca di situs-situs WAHABI, mereka berkeyakinan bahwa taat kepada penguasa yang sah (kalo di Indonesia saat ini SBY) adalah WAJIB jadi tidak mungkin mereka akan MEMBERONTAK, kemudian mengutuk TERORISME, anti KEKERASAN dan lebih mengedepankan akhlak MULIA (contohny banyak sy baca mrk tdk setuju dgn sikap2 FPI), tidak mudah MENGKAFIRKAN sesama MUSLIM. Berikut saya sertakan situs-situs WAHABI yang pernah saya baca & kunjungi (dulu sy kunjungi, dalam rangka menge-cek karena pernah dapat kabar seperti yang pernah Anda TUDUHKAN) : muslim.or.id muslimah.or.id majalahalfurqon majalah-elfata firanda kangaswad.wordpress dll jadi tidak bisa ditarik kesimpulan ‘menafsirkan ajaran islam itu sendiri secara literal saja’ menyebabkan orang jadi TERORIS. Terbukti mereka KAUM WAHABI tidak demikian. Saya rasa ini adalah TUDUHAN semata yang tak berdasar Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 24 April 2011 19:06:25 Coba baca lagi tulisan saya, yg saya terangkan adalah lahirnya terorisme, di mana wahabi bertanggungjawab secara penuh terhadapnya. Klo fatwa2 yg sekarang ini kelaur kan efek dan tanggapan setelah lahirnya bentuk terorisme global. Tolong jgn tutup mata akan sejarah awalnya. Kaitan utamanya adalah cara beragama yg ekstrim. Saya juga nanya sama temen2 wahabi. Bagi kawan2 wahabi demokrasi haram, namun mengapa menerima SBY sbg presiden??? Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Ibnu Dwi Cahyo 26 April 2011 01:12:07 Saya mau nanggapi pernyataan bapak “Bagi kawan2 wahabi demokrasi haram, namun mengapa menerima SBY sbg presiden???” Yang saya simpulkan dari situs WAHABI : demokrasi memang HARAM, namun jika kepemimpinan diperoleh hanya dgn demokrasi maka pemimpin yg dihasilkan adalah SAH dan WAJIB ditaati. seperti adanya hadits bahwa Nabi pernah bersabda bahwa akan ada pemimpin yang statusnya BUDAK. Menurut logika TIDAK MUNGKIN budak menjadi PEMIMPIN karena dirinya sendiri DIKUASAI orang lain. Namun meski ini suatu yg tidak mungkin, akan tetapi jika TERJADI TETAP KATA NABI PEMIMPIN INI HARUS DITAATI. Begitu juga untuk pemimpin yang ditunjuk berdasar DEMOKRASI, menurut ’syariat islam yang benar’ itu TIDAK MUNGKIN dan TIDAK BOLEH, namun kalau ternyata TERJADI tetap KITA HARUS MENAATI SESUAI YANG NABI SABDAKAN. itulah yang saya baca dari referensi situs-situs WAHABI. Mudah2an bapak paham seperti saya juga telah memahaminya. Sekarang ada berita, otak pelaku BOM BUKU dan BOM SERPONG adalah lulusan IAIN, kita ketahui bahwa yang diajarkan di IAIN dipenuhi ajaran plurarisme dan sekulerisme. Sehingga bisa saya simpulkan bahwa ajaran ini berbahaya. Karena terbukti lulusan-lulusan yang mempelajarinya menjadi para TERORIS. Ini mungkin pak yang perlu kita WASPADAI. Dan tolong jangan MENUTUP MATA JUGA. SEPILIS bisa menjadi TERORIS. Akhirannya sama-sama IS, lebih cocok dibandingkan WAHABI -> TERORIS. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 27 April 2011 15:26:13 wah mas jatmiko mungkin ga mudeng tulisan saya. Lucu ya haram tapi wajib ditaati, aneh bin ajaib… Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Ibnu Dwi Cahyo 27 April 2011 23:52:32 O saya paham koq pak dgn tulisan di atas, makanya saya membuat perbandingan dengan realita yg terjadi di Indonesia saat ini. Yaitu peristiwa BOM BUKU dan BOM SERPONG. Kurang lebih khan sama y Pak. Jadi supaya seimbang maka paham SEPILIS juga perlu diwaspadai. Bahkan MUI telah mengeluarkan fatwa HARAM. Dan sekarang efeknya sudah TERBUKTI. Masalah pemimpin dan demokrasi itu kan sudah saya tunjukkan haditsnya, kalo bapak menganggap lucu berarti telah menertawakan hadits. Jika bapak faham masalah fiqih hal ini banyak kita temui. Misalnya masalah bersentuh kulit laki dan perempuan bukan MAHROM. Itu HARAM. Maka ada ulama yang berpendapat karena HARAM itu memBATALkan WUDHU. Namun ada juga yang berpendapat TIDAK MEMBATALKAN WUDHU. Namun tidak pernah ada ulama yang PRO membatalkan wudhu pada kasus ini menganggap LUCU bagi yang PRO TIDAK membatalkan WUDHU. Kesimpulannya : jika laki perempuan bukan MAHROM bersentuhan kulit itu ada ulama yang menyatakan TIDAK MEMBATALKAN WUDHU, namun tidak berarti ulama tersebut memBOLEHkan laki perempuan yang bukan MAHROM bersentuhan kulit. Sama dengan kasus sebelumnya : TAAT kepada PEMIMPIN yang diangkat dengan DEMOKRASI itu WAJIB tapi tidak berarti bahwa DEMOKRASI itu BOLEH. Salah satu alasannya HADITS yang saya sebutkan sebelumnya. Paham Pak? Kalo belum paham saya sarankan untuk belajar Fiqih/ Ushul Fiqih terlebih dahulu. Agar tidak menertawakan HADITS dan PARA ULAMA. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 28 April 2011 05:30:09 wahabi bilang demokrasi haram karena bukan dari islam. Arab Saudi yg berbentuk kerajaan itu juga bukan ajaran islam lho pak, kerajaan itu dari romawi dan persia, jadi memang wahabi itu tidak konsisten. Contoh fatwa lucu lagi adalah Albani memerintahkan warga palestina meninggalkan wilayahnya, fatwa macam apa itu. SEPILIS itu urusan lain, yg saya bicarakan adalah tentang sejarah terbentuknya teroris dalam artian anarkis dan bom bunuh diri. Anda tidak bisa mengelak bahwa itu lahir dari rahim wahabi to. Bahkan karena peristiwa berdarah di Mekkah itu, ulama Arab Saudi tidak sudi lagi disebut wahabi karena punya stigma negatif di timur tengah. Saya baru tahu ada kaedah fiqh bahwa sesuatu yg haram boleh diambil dan ditaati. Ajaran sesat lainnya dari wahabi ya pak. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Ibnu Dwi Cahyo 29 April 2011 00:46:06 1. Berarti bpk blm paham cr2 pengangkatan pemimpin dlm Islam. Nabi Daud itu raja Pak begitu juga anakny Sulaiman. Jadi klo begitu mrk keluar dr aturan Alloh y Pak (baca:Islam) mnurut bapak 2. Dulu nabi Muhammad jg pergi dr wilayahny krn beliau tdk pny kekuatan. Berarti nabi kita lucu y Pak mnurut bpk. Ato nabi musa ktika djajah fira’un. Koq mlah lari. Berarti nabi musa Dan Alloh Lucu y Pak. Ingat Pak, ktika ulama berijtihad dia pny dasar/dalil. Jika benar dpt 2 phl jk salah 1 pahala. Alloh sj menghormati mrk meski mrk salah. E ini ada seorg hamba Alloh yg CONGKAK mlh menertawakanny d menganggapny lucu. Na’udzubillah. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 29 April 2011 00:59:54 3. Sy tanggapi kbl ttg demokrasi d pemimpin. Sy ambil cth yg EKSTRIM y Pak. Misal bapak berZINA dg istri tetangga (moga tdk terjd y Alloh). Kemudian lahirlah anak dr hubungan gelap itu. Mk mnurut bapak awalny HARAM, hslny HARAM atau dg kt lain bpk tdk punya kwajiban utk menafkahi d menanggung anak haram bpk. Wah kl bpk pny pendpt gini enak donk Pak. Skrg kliatan gk Pak ygminute yg sesat. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 29 April 2011 01:00:25 3. Sy tanggapi kbl ttg demokrasi d pemimpin. Sy ambil cth yg EKSTRIM y Pak. Misal bapak berZINA dg istri tetangga (moga tdk terjd y Alloh). Kemudian lahirlah anak dr hubungan gelap itu. Mk mnurut bapak awalny HARAM, hslny HARAM atau dg kt lain bpk tdk punya kwajiban utk menafkahi d menanggung anak haram bpk. Wah kl bpk pny pendpt gini enak donk Pak. Skrg kliatan gk Pak yg mane yg sesat. Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae 29 April 2011 02:05:46 Oke dari tulisan bapak bisa saya simpulkan akar terorisme menurut bapak : muslim -> belajar pada WAHABI -> TERORIS (bukti negeri Saudi) Dan saya dari realita di Indonesia saat ini, berkesimpulan juga : muslim -> belajar SEPILIS -> TERORIS (bukti Indonesia, cono BOM BUKU/SERPONG) Bapak setuju dgn pernyataan/kesimpulan saya? Kalo misal tidak kenapa? Pak…Pak Ulama Saudi itu tidak mau disebut Wahabi bukan karena klaim Bapak. Coba perhatikan nama siapa yang mengawali dakwah Wahabi. Muhammad bin Abdul Wahab. Wahabi itu diambil dari nama Abdul WAHAB. Padahal Abdul Wahab bapaknya Muhammad. Harusnya bukan Wahabi tapi MUHAMMADI karena yang berbuat anaknya bukan bapaknya. Bapak mau misal ada keturunan bapak yang jadi KORUPTOR, TERORIS, PENJILAT yang dijelek-jelekin nama bapak saja. Sementara anak bapak secuilpun gak pernah disebut-sebut kebobrokannya Laporkan Komentar [suka] 0 Balas Sujatmiko Wae Tulis Tanggapan Anda Guest User REGISTRASI | MASUK FEATURED ARTICLE Bolehkah Wartawan Menerima Parsel Lebaran? … adian saputra TRENDING ARTICLES Jokowi dan Khalifah Umar bin Khatab … Masharsono| 3 jam yang lalu Siapa Bilang Ahok Beraninya Sama PKL dan … Katedrarajawen| 5 jam yang lalu Blusukan ala SBY Bukan Basa-basi dan Sekadar … Rico Lepanbatan| 5 jam yang lalu Warning: Ahok Diserang Jokowi Terancam … Muhammad Cobain| 15 jam yang lalu Klub Pro yang Memiliki dan Dimiliki Klub … Uchiha Muda| 16 jam yang lalu INFO & PENGUMUMAN KONTAK KOMPASIANA INDEX FREEZ: Apa Makna Mudik Lebaran bagi … Pemenang Kompasiana-World Vision Blog … FREEZ: Apa Persiapanmu untuk Masa … TERAKTUAL INSPIRATIF Inilah Alasan Kenapa China Banyak Medali Emasnya Rusa Jantan yang Sombong Nasihat Buya Hamka: Ambillah Keduanya! Korea : “Raksasa Tidur Itu Bernama Indonesia” Mengenang Presiden RI : Joko Widodo (2014-2024) Mak, Mengapa Kita yang Meminta Maaf? Surga dan Neraka Jokowi Khilaf, Melarang Konvoi Malam Takbiran Tak Ada yang Kupinta di Penghujung Ramadhan Kali Ini Menulis, itu Susah! BERMANFAAT MENARIK Subscribe and Follow Kompasiana: About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar © 2008-2011
Posted on: Thu, 08 Aug 2013 10:54:50 +0000

Trending Topics



argin-left:0px; min-height:30px;"> Education in Uganda: According to the book Development &

Recently Viewed Topics




© 2015