ini sebenernya udah pengen lama aku tulis.. kadang dibicarain sama - TopicsExpress



          

ini sebenernya udah pengen lama aku tulis.. kadang dibicarain sama temen-temen gila juga.. nah akhirnya kesampaian ditulis sebelum memulai lagi, di sini saya mengingatkan bahwa tulisan ini cuma sekedar pemikiran bodoh seseorang.. bebas dikomentari, didebat, dikriktik, dihujat, ato dipikirin lebih jauh.. hehe.. buat yang mau baca, makasih banget.. buat yang kasih feedback, makasih pake banget nget nget kali ini tentang apa? sebenernya mau membahas kesadaran sih.. tapi karena alasan biar judulnya agak keren dikit, makanya di judul dikasih tagline pemikiran.. hayuukk.. hajimemashooohhhh dari kecil.. gw punya satu pertanyaan yang sangat bikin gw berpikir.. bahkan hingga hari ini : apa iya, orang lain itu merasa melihat dan menerjemahkan dunia seperti kita melihat dan menerjemahkan dunia? maksudnya? gini sih.. kan gw menerjemahkan dunia ini dari mata gw, pemikiran gw, perabaan gw, pendengaran gw, de el el yang gw rasain sekarang.. nah itu bikin gw penasaran, apakah Anda juga merasakan perasaan yang sama seperti saya merasa menjadi diri saya? kalo yang saya pelajari sekelumit dari ilmu agama saya, memang manusia itu ada raga dan qalbu-nya.. di mana raga itu material rantai puanjang belibet C,H,O,N,S,P de el el yang udah dibentuk sedemikian indahnya dalam keteraturan sedemikian mantepnya oleh Allah.. sedangkan qalbu itu.. hem.. mungkin akan lebih bisa dipahami kalo diterjemahkan sebagai “kesadaran” nah.. saya pengen ngebahas hal kedua, dan implikasinya ke dalam hidup, termasuk kenapa saya nulis beginih kesadaran itu apa? susah banget dijelaskan secara oke.. intinya, dirimu menjadi dirimu karena kamu punya kesadaran itu.. dan kamu tidak akan menjadi dirimu ketika kesadaran itu hilang (bahasa gampangnya meninggal dunia) bukan cuma itu, kesadaran itu juga yang membentuk kepribadian unik sebuah bentukan manusia (walaupun raga juga bikin unik sendiri) tapi seenggaknya kesadaran itulah yang secara kasat mata gampang dilihat sebagai pembeda antara dua saudara kembar (kalo mau tes de en a ato liat sidik jari kan ribet yak?) kesadaran itu inti dirimu, yang akan kekal sampai alam baka.. yang membawa pahala dan dosamu.. yang membuat dirimu menjadi sebuah entitas yang eksis saya nggak berani membahas perdebatan diri saya sendiri mengenai pemahaman lebih lanjut mengenai kesadaran.. tapi saya bakal lebih fokus ke apa implikasi punya kesadaran cling seperti gw bilang sebelumnya, kesadaran tu yang bikin diri kita unik.. dan implikasinya adalah : kita punya sesuatu yang bernama kebebasan.. karena ya kita unik.. kesadaran kita membikin kita bisa memiliki keinginan.. karena keinginan manusia itu nggak mungkin disamaratakan, maka lahirlah kebebasan, yang menurut batasan gw adalah kapabilitas sebuah individu untuk mengekspresikan keinginan yang didasari oleh kesadarannya (ego) nah nah.. kerennya dari kepemilikan kesadaran adalah, karena kesadaran itu pula juga, kita jadi punya pembatasan terhadap kebebasan.. loh? menurut gw, pembuatan peraturan (dalam hal ini gw definisikan sebagai pembatas kebebasan) sebenernya juga didasari dari kebebasan (otomatis kepemilikan kesadaran) itu juga.. kenapa? karena untuk menjamin kebebasan masing-masing individu yang mutlak, kebebasan orang lain harus dibendung dan dikendalikan.. hadeh.. ribet yak? intinya, kebebasan mutlak (cara saya mengungkapkan istilah Hak Asasi Manusia alias HAM, bukan hamburger yak) itu harus dilindungi dari kebebasan tidak mutlak (yang masih bisa ditoleransi dan tidak akan menghilangkan kebebasan mutlak pemiliknya bila tidak dilakukan).. makanya peraturan itu ada nah kenapa saya ngomong belibet gini? gw abis baca postingan kerennya kak bochol (thanks ya kak.. terus nulis!!) ini Melawan Kesantunan gw jadi berpikiran, kenapa sih manusia banyak yang cari aman dengan mengambil “jawaban aman” ato “jalan tengah” dari suatu masalah (seperti dalam ulasan kak Bochol itu) pemikiran gw adalah seperti ini : manusia itu kesadarannya punya keinginan (yang akan disebut dalam kalimat sebelumnya sebagai ego) ego ini menginginkan tingkat energi yang rendah sehingga dirinya tidak merasa terancam dan dapat melakukan apa yang diinginkan (selanjutnya dirujuk menjadi comfort zone) ego akan selalu berusaha menjaga comfort zone nya karena dia tidak ingin membuang energinya terlalu banyak.. padahal kalo disadarin ya, mempertahankan comfort zone itu energinya kadang bisa lebih banyak loh daripada nyebrang ke negeri antah berantah di luarnya orang akan cenderung menghindari dirinya dihujat, dicemooh, atau dihina.. itu kayaknya perasaan yang membikin dirinya rendah.. dan pada dasarnya (biasanya) manusia enggak mau direndahin.. atau disalahin.. makanya mereka memutuskan untuk bertahan di garis abu-abu.. setidaknya itu yang mereka pikir bakal menjaga comfort zone mereka tidak terancam ini menurut saya loh ya padahal sih sebenernya, ya bener katanya Mbah Sudjiwo Tedjo yang dikutip di tulisannya Kak Bochol itu.. mestinya orang itu harus berani berbicara dari hati.. biar kalo salah harus nerima dikritik.. kalo bener ya alhamdulillah.. datang dari Allah.. nah.. ini balik ke kesadaran dan kebebasan itu.. dan juga peraturan yang membatasi ada baiknya, kita harus bisa berpikir bebas, berekspresi bebas, berbicara bebas.. tapi ada baiknya juga, kita harus menjamin kebebasan orang lain tidak menjadi tidak bebas lagi gara-gara memaksakan kebebasan kita nahlo *nb maaf ya ini postingan ngalor ngidul, muter-muter, dan krik.. gampangnya, saya pengen menquote nih berpikirlah dengan kebebasan dalam kesadaranmu.. tapi ungkapkanlah dengan menjaga kebebasan orang lain.. dalam pemikiran saya, quote tadi berarti : saya bisa berekspresi apapun, tapi harus siap buat ditanggepin ato bahkan dihujat.. seperti kata saya tadi jadi, ini saya bilang gini udah siap mau dibilang ato dipikirin apa sama orang.. kekeke.. tapi hendaknya oh hendaknya.. kita semua tahu cara penyampaian yang baik tentang kebebasan pemikiran kita.. bila kita sadar kebebasan orang lain itu mengganggu kebebasan kita, kayaknya (kayaknya loh ya.. CMIIW), cara yang paling asyik bin mak syuur buat bikin itu jadi ayem adalah ngomong langsung ke orangnya.. hal ini berlaku ketika kita emang bisa me-reach orangnya loh ya.. beda kalo mau protes sama presiden.. keke kebebasan oranglah buat memikirkan bahwa sesuatu’ itu benar atau salah dalam pemikirannya juga sesuatu’ itu sesuai dengan dirinya ato nggak juga sesuatu’ itu harus dikejar ato ditinggalin juga sesuatu’ itu harus dicintai ato dibenci karena kita punya kesadaran yang membikin kita unik satu quote lagi yang (semogaaaa aja) original bikinan gw pas SMA doeloe.. (maaf kalo ternyata udah ada yang ngequote duluan, tapi ini aku dapet dari penurunan rumus kayak obrolannya Mbah Tedjo di TEDx itu) perasaan itu nggak pernah salah.. yang salah itu cara mengungkapkannya yang artinya : ya itu tadi deh.. maaf muter lagi.. kita bebas mau sayang, benci, senang, sedih, marah, setuju, mau menghujat, ato apapun perasaan yang keluar dari ego kita terhadap sesuatu.. tapi hendaknya, ketika kita akan mengeluarkan perasaan ego itu, pakailah cara-cara yang nggak mengganggu kebebasan orang lain jadi, sebaiknya jangan maksain juga kalo sayang sama orang tiba-tiba ngejar orang itu dari kampus ampe asramanya, terus nodong pisau belati yang dikasih sticker lope-lope dan teriak galak “GUE SAYANG ELOHH!!”.. yakali .__. juga, sebaiknya dengarkanlah penjelasan seseorang mengenai keegoannya dia sebelum ngamuk-ngamuk dengan nada tinggi dan memaksakan bahwa pemikirannya adalah dewa di antara pemikiran lain yuhu.. again, this is just a stupid thinking about thinking itself no offense.. karena sekali lagi, ini ungkapan kebebasan saya, dan saya siap diterpa oleh kebebasan Anda untuk berekspresi juga.. sebenernya bukan siap sih.. tapi seneng.. suer dah seneng kalo tulisan gaje gini ditanggepin semoga bermanfaat dan bila ini benar adanya, maka kebeneran itu milik Allah yang kebetulan mampir lewat pikiran orang bego yang nulis ini.. dan kalo salah.. ya namanya juga orang bego.. hehehe.... "Selamat pagi all.. ^_^
Posted on: Sat, 31 Aug 2013 00:07:08 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015